HOME

09 Maret, 2022

SUNAN AL-DARUQUTNI

 

BAB I

PENDAHULUAN

    A.    LATAR BELAKANG

Pada masa awal Islam, untuk menjaga keotentikan dan kelestarian al-Qur’an dihafal, ditulis dan pada akhirnya dibukukan,  hal yang serupa juga terjadi pada Hadis. Hadis pada awalnya dihafal, ditulis kemudian dibukukan.

Sebelum adanya model-model penulisan Hadis yang bermacam-macam dengan istilah yang kita kenal, pada masa awal islam telah ada beberapa istilah yang dipakai oleh ahli-ahli Hadis klasik untuk menunjuk pada catatan-catatan atau tulisan-tulisan Hadis, istilah-istilah itu ialah Daftar, Kurrasah, Diwan, Kitab, Sahifah, Tumar, Darj, dan lain-lain. Daftar, Kurrasah, Diwan, Kitab, Sahifahadalah alat tulis yang datar, dimana bentuk luarnya mirip buku yang dikenal sekarang ini. Sedang Tumar dan Darj biasanya merupakan alat tulis yang panjang dan digulung.[1]

Berbeda dengan buku-buku yang kita kenal sekarang ini, di mana penulisnya mencantumkan nama pada karya mereka. Kitab-kitab pada awal islam tidak selalu demikian. Tidak kurang dari lima puluh Sahabat Nabi SAW. Telah menulis kitab (Sahifah) yang berisi Hadis-Hadis yang mereka terima dari Nabi SAW. Atau mereka mendektekan kepada muridnya. Namun mereka tidak memberikan nama tertentu untuk kitab-kitab yang mereka tulis. Kecuali beberapa orang saja, seperti Sahabat ‘Ali bin Abi Talib, beliau memilki Sahifah (buku) yang selau diikatkan pada pedangnya. Sahifahini berisi Hadis-Hadis Nabi tentang hukum Pidana, Zakat, dan sebagainya. Karena Sahifah itu tidak memiliki nama tertentu akhirnya ia dikenal dengan Sahifah Amir al Mukminin Ali bin Abi Thalib.

Selain nama Sahifah terdapat juga Nuskhah, seperti Naskhah Samrah bin Jundub. Pengertian Naskhah di sini sama dengan Sahifah, yaitu catatan-catatan Hadis, umumnya Sahifah dan Naskhah adalah catatan yang dinisbatkan kepada nama penulisnya, dikarenakan penulisnya sendiri tidak mencantumkan nama tertentu untuk tulisannya. Di samping itu ada sebagian sahabat Nabi SAW. Yang sudah memberikan nama tertentu bagi karya tulisnya, sama dengan yang ada seperti sekarang. Misalnya Abdullah bin Amr bin al-Ash (7 SH – 65 H). Beliau meberi nama Sahifahnya dengan nama al-Shadiqah. Beliau memperoleh izin dari Nabi SAW. Untuk menulis Hadis-Hadis-nya.[2] Juga al-Sahifah al-Sahihah karya Hamam bin Munabbih yaitu salah seorang tokoh Tabi’in, yang mana Hamam ini berguru (mengambil riwayat) dari Abu Hurairah (sahabat Nabi SAW).[3]

Semua itu menunjukkan bahwa kegiatan tulis menulis sejak zaman Nabi saw sudah ada, dan terus mengalami perkembangannya. seiring bertambahnya waktu muncullah kreatif-kreatif ulama dengan menulis dan membukukan Hadis dengan metode penyusunan kitab Hadis yang mereka anggap dapat membantu dan mempermudah untuk mempelajari  dan menyebarkan Hadis di tangah-tengah masyarakat. Dalam ini kajian akan difokuskan pada kitab sunan karya Imam al-Daruqutni yang muncul pada pertengahan abad ke tiga Hijriyah.

 

    B.     Rumusan masalah

1.      Siapakah Imam al-Daruqutni ?

2.      Apakah yang diketahui tentang kitab al-Sunan al-Daruqutni ?

 

BAB II

AL-DARUQUTNI

    A.       Biografi al-Daruquthni.[4]

Beliau adalah al-Imam al-Hafidz, Amir al-Mu’minin dalam Hadis. Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas’ud bin Nu’man bin Dinar bin Abdullah, Abu al-Hasan al-Daruquthni[5]Al-Shafi’i.[6]lahir 5 Dzulqa’dah 306H. di kota Daruquthni Bagdad. Dan wafat pada bulan Dzulqa’dah tahun 385H.dimakamkan di “Bab ad-Diyar”, dekat dengan makam Syaikh Ma’ruf al-Karkhi.[7]

    B.       Pendidikan.

Keinginannya mencari ilmu sudah ada padanya sejak muda, dan beliau punya perhatian besar pada Hadis juga ilmu Hadis. Beliau berkumpul dengan memasuki kumpulan ulama sedang umur beliau belum 10 tahun, beliau berjalan dibelakang orang yang haus akan ilmu, sedang ditangannya adonan roti dan bumbu.dan ketika dilarang masuk beliau duduk dipintu dan menangis.[8]dari kecil beliau terkenal dengan hafalan yang kuat dan pemahaman yang dalam. diceritakan : ketika  al-Daruquthni mendengarkan Hadis di majelisnya Ismail Al-Shofar, sedang dia dalam keadaan menulis, kemudian salah satu orang yang hadir berkata; riwayatmu tidak sah. Karna kamu dalam keadaan menulis Daruquthni menjawab : pemahamanku berbeda dengan kalian. Dikatakan lagi; berapa Hadis yang sudah guru diktekan sampai sekarang kemudian Daruquthni menyebutkan seluruh Hadis lengkap dengan sanadnya. Sehingga membuat kagum orang yang hadir.[9]

Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu sehinga menjadi yang terdepan. Yang tiada tandingan pada masanya, menjadi imam dalam periwayatan Hadis, penyusun kitab al-Ilal dan Jarh wa al-Ta’dil, paling bagusnya susunan, luasnya periwayatan, dan sempurna dalam telaah pembahasan Hadis. Disertai sifat jujur, dapat dipercaya, faqih, berwibawa, mempunyai i’tiqad yang lurus dan madzhab yang benar.[10] Tertancap dalam hatinya pengetahuan tentang Hadis dan ilmu Ilal al-Hadis , sehingga menjadi yang terbaik dalam hal tersebut.[11] Beliau menaruh perhatian besar dalam  belajar Qira’ah, sanad diambilnya dengan hafalan juga sima’an dari Muhammad bin an-Naqasy dan Ali bin Said al-Qazaz dan yang lain. Sehingga beliau menguasai dalam bidang ini, sehingga orang-orang berkata : al-Daruqutni adalah seorang Qari’ kota ini. Sehingga beliau menulis sebuah kitab dalam masalah Qira’ah yang menjadi rujukan para Qari’ setelah beliau.[12]

Diceritakan bahwa al-Daruqutni berkata; saya dan al-Kattani sama-sama belajar Hadis, sehingga orang-orang berkata Kattani adalah seorang Muhaddith kota ini, dan al Daruquthni adalah Qari’kota ini, dan kenyataannya saya seorang Muhaddith dan al-Kattani seorang Qari’.[13]

Beliau juga ahli fiqih Mazhab Shafi’i,yang diambilnya dari Abi Said al-Asytukhri.[14]Ada yang mengatakan dari temanya.[15]Beliau mahir dalam masalah Ikhtilaf dalam madhab Syafi’i, seperti yang dikatakan oleh al-Khatib; kitab as-Sunan karya al-Daraqutni dalam bidang fiqih adalah menunjukkan bahwa beliau mempunyai perhatian besar terhadap ilmu fiqih.[16]Disamping itu ilmu ini menuntut dalam penguasaan ilmu Nahwu, Bahasa dan Shi’ir.

    C.       Pengembaraannya

Perjalanan beliau dalam mencari sanad diantaranya adalah Kufah, Bashrah, Wasith, Tannis, Syam, Mesir, dan kota Makkah di sana beliau belajar dan mengajar.[17]

    D.       Guru-guru al-Daruqutni.

Dalam mencari ilmu beliau tidak terbatas pada siapapun, guru-guru beliau yang menjadi perawi dalam kitab Al-Ilalnya kurang lebih dua ratus guru, diantaranya adalah :[18]

1.    Ibrahim bin al-Hasan al-Qarmisini (w 358 H)

2.    Ibrahim bin Hammad bin Ishaq, Abu Ishaq al-Azdi (W.323 H)

3.    Ahmad bin Ishaq bin Bahlul, Abu Jakfar al-Qadli (W.318 H)

4.    Ahmad bin Abbas bin Ahmad, Abu Al Hasan Al-Baghawi (W.322 H)

5.    Ahmad bin Abdillah bin Muhammad, Abu Bakar Wakil Abi al-S{ahrah (325 H).

6.    Ahmad bin Isa as-Sakin bin Fairuz, Abu al-Abbas as-Syaibani (W.323 H).

7.    Ahmad bin Muhamad bin Said, Abu Al-Abbas, Ibn Uqdah (W.332 H)

8.    Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ziad, Abu Sahl Al-Qattan (W.350 H).

9.    Ahmad bin Nasr bin T{alib Al-Hafiz (W.323 H).

10.     Ismail bin Muhammad bin Ismail Al-Shofar (W.341 H).

 

    E.       Murid-Murid Beliau

Banyak dari golongan hufadz dan fuqaha yang berguru pada beliau diantaranya adalah sebagai berikut :[19]

1.      Ahmad bin Abdullah bin Ahmad, Abu Nuaim Al-Asbihani (W.9430 H)

2.      Ahmad bin Muhamad bin Ghalib, Abu Bakar al-Barquni (W.425 H)

3.      Tamam bin muhammad bin Ubaidilllah bin Ja’far ar-Razi (W.414 H)

4.      Hamzah bin Muhamad bin T{ahir bin Yunus, Abu T{ahir al-Daqaq(w.424 H)

5.      Hamzah bin Yusuf bin Musa, Abu Al Qasim Al-Sahmi (427 H)

6.      Al-Hasan bin Ali bin Muhammad bin al Hasan bin Abdullah, Abu Muhammad Al-Jauhari (454 H)

 

    F.        Komentar Para Ulama Terhadap al-Daruquthni.

Al-hakim berkata: al-Daraqutni adalah satu-satu ulama yang Hafiz dan Wara’ pada masanya, Imam dalam Qira’ah dan Ilmu Nahwu. selama 4 bulan tinggal di Bagdad, Al-Hakim banyak mendapati gelar-gelar yang disifati oleh orang-orang terhadap beliau. Al hakim bertanya tentang ilmu Ilal Al-Hadis dan masalah perowi, ditangannya karya yang membahas panjang lebar masalah itu. Sehingga Al-Hakim menyaksikan bahwa Al-Daruqtni adalah seorang ilmuan yang tidak tergantikan.[20]

Abdul Ghoni al-Azdi berkata : tidak ada yang lebih bagus dalam membahas Hadis dan ilmu Ilal al-Hadis kecuali tiga orang : Ali bin al-Madini, Musa bin Harun dan Ali bin Umar ad-Daruqutni.[21]al-Azhari berkata; al-Daruqutni sangat antusias ketika membahas tentang suatu ilmu.[22]Al-Salami berkata; saya bersaksi demi Allah bahwa tidak ada yang sepadan diatas bumi ini dengan al-Daraqutni, dia tidak tergantikan oleh siapapun baik kalangan sahabat, tabiin, ataupun orang-orang setelah mereka.[23]

Al-Khotib berkata; al-Daruqutni tiada tandingan pada masanya, menjadi muara dalam ilmu Hadis dan ilmu Ilal al-Hadis, dan Jarah wa at-ta’dil. Disertai sifat jujur, dapat dipercaya, Faqih, berwibawa, mempunyai I’tiqad yang lurus dan Madzhab yang benar dan perhatiannya pada ilmu lain selain ilmu Hadis.[24] Ibn Al-Jauzi berkata; al-Daruqutni adalah seorang imam pada masanya, Terkumpul dalam dirinya ilmu Hadis, pengetahuan tentang para rawi dan Ilal Al-Hadith. pengetahuan tantang Qira’ah, Ilmu Nahwu, Ilmu Fiqih, Shi’ir, dapat dipercaya, berwibawa, dan lurusnya Aqidah.[25]Ibn Ashakir berkata; dia al-Hafiz terdepan di masanya.[26]berpendapat yang sama Ibn Kholikan, dan Ad-Dhahabi.[27] Ibn Kathir berkata; al-Daruqutni adalah al-Hafiz yang agung, paling bagus dalam pemikiran dan penta’lilan, imam pada masanya dalam hal parawi, amanah, thiqah adalah diterima saksinya, lurus i’tiqat dan Mazhab-nya, luas ilmunya tentang ilal al-hadits. Luasnya riwayat hadits dan sempurnanya dalam pembahasan hadits dirayah.[28]

    G.           Karya-Karyanya.

Beliau mempunyai banyak karangan dalam beberapa cabang disiplin ilmu, seperti ilmu Hadis, Asma al-Rijal, dan Qira’at, yang jumalahnya mencapai delapan puluh kitab. Diantara karya-karyanya tersebut adalah:[29]

1.      AHadis Al-Sifat

2.      Ahdith Al-Nuzul

3.      al-Afrad

4.      al-Zamat.

5.      al-Tatabu’.

6.      al-Ruwiyah.

7.      Sualat al-Barquni li al-Daruquthni.

8.      Sualat al-Hakim li Ad-Daruqutni.

9.      Sualat as-Salami li ad-Daruqutni.

10.  Sualat Al-Sahmi.

11.  al-Sunan.

12.  al-Duafa’ wa al-Matrukun.

13.  al-Ilalal-Waridah fi al-AHadis an-Nabawiyah.

14.  GhoroibMalik.

15.  al-Mu’talif wa al-Mukhtalif fi Asma ar-Rijal.


BAB III

Sunan Al-Daruqutni

    A.    Nama kitab al-Sunan.

Kata sunan adalah bentuk jamak dari kata sunnah yang menurut satu pendapat mempunyai pengertian sama dengan kata Hadis. Sedang yang dimaksud sunan dalam pembahasan ini adalah metode penyusunan kitab hadith dengan berdasarkan klasifikasi hukum Islam (Abwab Fiqhiyah), dan hanya mencantumkan Hadis-Hadis dari Nabi saja (Hadis Marfu‘). Apabila terdapat hadith Mauquf (dari sahabat) atau Hadis Maqtu‘ (dari Tabi’in) maka jumlah relatif sedikit. Model penyusunan kitab ini sama dengan Muwatta dan Musannaf, yang membedakan adalah  dalam Muwatta dan Musannaf banyak memuat Hadis Mauquf dan Maqtu‘.[30] Karna keberadaan kitab al-Daruqutni sebagaiman definisi di atas sehingga kitab beliau tersebut dinamakan al-Sunan yang kemudian dinisbatkan kepda pemiliknya yaitu al-Daruqutni.

    B.     Metode penyusunan kitab al-Sunan

Al-Daruqutni memulai kitabnya dengan kitab al-Taharah, kemudian kitab al-Haid, kitab al-Salat, kitab al-Jum’ah, kitab al-Witr, kitab al-Idain, kitab al-Istisq’, kitab al-Jana’iz, kitab al-Zakat, kitab Zakat al-Fitrih, kitab al-Siyam, kitab al-Haj, kitab al-Buyu’, kitab al-Hudud wa al-Diyat wa Ghairihi, kitab al-Nikah, kitab al-Talaq, wa al-Khulu’ wa al-Ila’, wa ghairihi, kitab al-Fara’id wa al-Sair wa Ghairu Dzalik, kitab al-Sair, kitab Baqiyat al-Fara’id, kitab al-Makatib, kitab al-Nawadir, kitab al-Wasaya, kitab al-Wakalah, kitab al-Rada’, kitab al-Ahbas, kitab fi al-Aqdiyah, wa al-Ahkam wa Ghairu Dzalik, kitab Umar Radiyallahu Anhu ila Abi Musa al-Ash’ari, kitab al-Ashrabat wa Ghairiha.

Kitab ini pertama kali dicetak di India pada tahun 1310 H. Al-Hafiz al-Ghassani mengatakan dalam sunan al-Daruqutni terdapat 4790 Hadis.

    C.    Motivasi penulisan.

Tujuan penulisan kitab al-Sunan adalah dalam rangka menuturkan beberapa Hadis yang asing dalam masalah Fiqih dan mengumpulakan jalur-jalurnya. Sehingga ketika jalur-jalur Hadis ini banyak maka dapat dijadikan Hujjah. Sedang Hadis-Hadis Mashhur yang terdapat dalam Sahih Bukhari dan Sahih Muslim juga yang lainnya, tidak beliau cantumkan dalam kitab ini.[31]

Ibn Taimiyah Menuturkan bahwa tujuan al-Daruqutni menuliskitab al-Sunan-nya adalah untuk mengumpulkan hadith-hadith yang Gharib (asing) sehinga dalam kitabnya ini beliau meriwayatkan Hadis-Hadis dhaif bahkan Maudu’yang tidak diriwayatkan oleh rawi yang lain dalam kitab-kitab mereka.[32]

    D.    Penilaian ulama terhadap kitab al-Sunan.

Para ulama Hadis sepakat akan ketidak bolehan berpegang pada Hadis yang hanya dicantukan dalam kitabnya al-Sunan.[33] al-Hafiz Ibn Abdul Hadi memanyatakan al-Daruqutni dalam al-Sunan-ya mencantumkan Hadis-Hadis Gharib, juga banyak di dalamnya riwayat-riwayat Hadis yang da’if dan Munkar, bahkan Maudu’, akan tetapi pada sebagian hadith-hadith tersebut beliau menjelaskan illat-illat dan sebab-sebab ke-munkaran-nya.[34]

    E.     Contoh Hadis dalam kitab al-Sunan.

1.      Hadis yang dinilai Sahih:[35]

باب الاغتسال في الماء الدائم

134- حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى قَالَ أَخبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ بُكَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا السَّائِبِ مَوْلَى بَنِي زُهْرَةَ حَدَّثَهُ أَنَّه سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لاَ يَغْتَسِلُ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ وَهُوَ جُنُبٌ فَقَالَ كَيْفَ نَفْعَلُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ يَتَنَاوَلُهُ تَنَاوُلاًإِسْنَادٌ صَحِيحٌ

Bercerita Padaku Abu Bakar al-Naisaburi, sesungguhnya Abu al-Sa’ib (budak bani Zuhrah) mendengar Abu hurairah berkata : rasulullah bersabda : Jangan salah satu dari kalian membasuh di dalam air yang diam sedangkan kalian sedang Junub, sahabat berkata bagaimana kami melakukannya wahai abu hurairah ? abu hurairah menjawab ambillah air tersebut sedikit demi sedikit.

 

2.      Hadis yang dinilai da’if ;[36]

سنن الدارقطني ـ تدقيق مكتب التحقيق - (1 / 49)

83- حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ الْقَلاَنِسِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا ابْنُ عَيَّاشٍ قَالَ حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى بْنُ الصَّبَّاحِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَيْتَةُ الْبَحْرِ حَلاَلٌ وَمَاؤُهُ طَهُورٌ

باب كل طعام وقعت فيه دابَّةٌ ليس لها دمٌ

84- حَدَّثَنَا أَبُو هَاشِمٍ عَبْدُ الْغَافِرِ بْنُ سَلاَمَةَ الْحِمْصِيُّ قَالَ وَجَدْتُ فِي كِتَابِي عَنْ يَحْيَى بْنِ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدٍ الْحِمْصِيِّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ بْنُ الْوَلِيدِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ بِشْرِ بْنِ مَنْصُورٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ (ح) وَحَدَّثَنَي مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدِ بْنِ سُهَيْلٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الأَخْيَلِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي ، قَالَ : حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ ، عَنْ بِشْرِ بْنِ مَنْصُورٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ ، عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا سَلْمَانُ كُلُّ طَعَامٍ وَشَرَابٍ وَقَعَتْ فِيهِ دَابَّةٌ لَيْسَ لَهَا دَمٌ فَمَاتَتْ فِيهِ فَهُوَ حَلاَلٌ أَكْلُهُ وَشُرْبُهُ وَوُضُوؤُهُ

لَمْ يَرْوِهِ غَيْرُ بَقِيَّةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الزُّبَيْدِيِّ وَهُوَ ضَعِيفٌ

Bercerita Padaku Abu Abu Hashim Abdul Ghafir, dari Salman berkata : bersabda Rasulullah  SAW. Wahai Salman setiap makanan dan minuman yang di hinggapi hewan melata yang tidah punya darah kemudian hewan tersebut mati di dalamnya maka halal memakan dan meminumnya juga dibuat wudu’.

Hadis ini tidak diriwayatkan kecuali dari Baqiyah dari Sa’id bin Abi Sa’id al-Zubaidi sedang dia adalah rawi yang da’if.

3.      Hadith yang dinilai Munkar:[37]

87- حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْفَتْحِ الْقَلاَنْسِيُّ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ سَعِيدٍ الْبَزَّازُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ الأَعْسَمُ ، قَالَ : حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضي الله عنها قَالَتْ نَهَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يُتَوَضَّأَ بِالْمَاءِ الْمُشَمَّسِ أَوْ يُغْتَسَلَ بِهِ وَقَالَ إِنَّهُ يُورِثُ الْبَرَصَ

عَمْرُو بْنُ مُحَمَّدٍ الأَعسمُ مُنْكَرُ الْحَدِيثِ وَلَمْ يَرْوِهِ عَنْ فُلَيْحٍ غَيْرُهُ ، وَلاَ يَصِحُّ عَنِ الزُّهْرِيِّ

Bercerita Padaku Muhammad bin al-Fatt al-Qalnsiyu, dari Aishah rah berkata: Rasulullah SAW. melarang berwudu’ dengan air yang terkenak sinar matahari atau membasuh dengan memakainya, sesungguhnya itu menyebabkan penyakit belang.

Umar bin Muhammad al-A’sam hadithnya Munkar tidak meriwatkan dari Fulaihin kecuali dia, dan riwayatnya dari Zuhri tidak sahih.

4.      Hadith yang dinilai Matruk : [38]

75- حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُبَشِّرٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ أَبَانَ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي مَاءِ الْبَحْرِ قَالَ الْحَلاَلُ مَيْتَتُهُ الطَّهُورُ مَاؤُهُ

أَبَانُ بْنُ أَبِي عَيَّاشٍ مَتْرُوكٌ

Bercerita Padaku Ali bin Abdullah bin Mubashir, dari Anas dari Rasulullah SAW. Tentang masalah air laut rasulullah bersabda : halal baikainya dan suci airnya.

 

Abanu bin Abi ‘Ayyashin adalah rawi Matruk (ditnggalkan Hadisnya).

5.      Hadith yang dinilaiMauquf:[39]

77- حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ أَحْمَدُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاهِدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ رَاشِدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ سَلَمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسِ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَنْ مَاءِ الْبَحْرِ فَقَالَ مَاءُ الْبَحْرِ طَهُورٌ

كَذَا قَالَ وَالصَّوَابُ مَوْقُوفٌ

Bercerita Padaku Abu Bakar Ahmad bin Musa bin Mujahid, dari Ibn Abbas berkata : rasulullah ditanya tentang air laut, beliau bersabda : air laut suci.

Menurut al-Daruqutni Hadis ini Mauquf .

6.      Hadith yang dinilai Maudu’ (palsu) :[40]

587 - حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدٍ الْقَاسِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعْبَةَ بْنِ جُوَانٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبَانَ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ الأَحْمَرُ عَنْ أَبِى خَالِدٍ عَنْ أَبِى هَاشِمٍ الرُّمَّانِىِّ بِهَذَا أَنَّهُ رَعَفَ فَقَالَ لَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « أَحْدِثْ لِذَلِكَ وُضُوءًا ». عَمْرٌو الْقُرَشِىُّ هَذَا هُوَ عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ أَبُو خَالِدٍ الْوَاسِطِىُّ مَتْرُوكُ الْحَدِيثِ قَالَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ أَبُو خَالِدٍ الْوَاسِطِىُّ كَذَّابٌ.

Bercerita Padaku al-Qasim bin Ismail, dari Abi Hashim sesungguhnya dia keluar darah dari hidungnya (Mimisan: jawa ) Rasulullah SAW. bersabda : batallah wudu’mu dengan sebab itu.

Umar al-Qurshi adalah Umar bin Khalid Abu Khalid al-Wasiti adalah rawi Matruk, Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in : Abu Khalid al-Wasiti pendusta.


Baca artikel tentang Ilmu Hadis lainya :


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.      Al-Daruqutniadalah al-Imam al-Hafiz, Amir al-Mu’minin dalam Hadis. Ali bin Umar bin Ahmad bin Mahdi bin Mas’ud bin Nu’man bin Dinar bin Abdullah, Abu al-Hasan al-Daruqutni[41]Al-Syafi’i.[42]lahir 5 Dzulqa’dah 306H. di kota Daruquthni Bagdad. Dan wafat pada bulan Dzulqa’dah tahun 385H.dimakamkan di “Bab ad-Diyar”, dekat dengan makam Syaikh Ma’ruf al-Karkhi.[43]

2.      Kitab ini menggunakan metode Sunan adalah tipe penyusunan kitab Hadis dengan berdasarkan klasifikasi hukum islam (Abwab al-Fiqhiyah), dan hanya mencantumkan Hadis-Hadis dari Nabi saja (Hadis Marfu‘). Apabila terdapat HadisMauquf (dari sahabat) atau HadisMaqtu‘ (dari Tabi’in) maka jumlah relatif sedikit.

3.      Kritikan yang di lontarkan para ulama setelah al-daruqutni mereka mengatakan bahwa al-daruqtni tasahul dalam menilai Hadis, sehingga perlu pengkajian yang lebih mendalam.

 

Daftar Pustaka 

Ali, Mustafa Ya’qub. Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

Baghdadi (al), Ahmad bin Ali Abu Bakar al-Khatib, Tarikh Baghdad. Beirut:Dar al-Kutub al-Ilmiyah,tt.

Daruqutni (al), Abu al-Hasan Ali bin Umar ibn Ahmad bin Mahdi, Al-Ilal Al-Waridah Fi AHadis Al-Nabawiyah. Riyad: Dar al-Taybah, 1985.

Daruqutni (al), Abi al-Hasan Ali bin Umar. Sunan al-Daruqutni. t.tp. Muassasah al-Risalah,tt.

Dhahabi (al), Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman. Siyaru A’lam An-Nubala’. Beirut: Da<r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004.

_______.. Tadzkirah al-Hufadz. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1998.

Dimsyiqi (al), Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir al-Qursyi, al-Bidayah wa an-Nihayah ( t.tp : Dar Ihya’ at-Turats al-Arabiyah,1988).

Hadi, Ibn Abdul. Al-Sarim Al-Munki. Beirut : Mu’assasah al-Rayyan, 2003.

Hambali (al), Abd al-Hay bin Ahmad bin Muhammad al-Ukri. tt. Shazarat al-Zahab fi Akhbar min Zahab (Dimsyik: Dar Ibn Kathir).

Kattani (al), Muhammad Ja’far. Risalah Al-Mustatrafah Li Bayani Mashhuri Kutub Al-Musharrafah. Beirut: Dar al-Basha’ir al-Islamiyah, 1986.

Khalikan, Abu al-Abbas Shams al-Din Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar bin. Wafayat Al-A’yan Wa Anba’i Abna’ Al-zaman. Beirut: Dar Shadr, 1900-1994M.

Said, Abu Abdillah al-Bihri Muhammad bin.Thabaqat Al-Kubra. Beirut: Dar al-Shadr. 1968.

S{alah, Ibn. Thabaqat al-Fuqaha’ as-Syafi’iyah,(Beirut : Dar al-Bashair al-Islamiyah,1992.

Shafi’i, Abi al-Qasim, Ali bin al-Hasan Ibn Hibatullah bin Abdullah. Tarikh Madinah Dimsyiq. Beirut: Dar al-Fikr, 2000.

Subuki (al), Taj al-Din bin Abd al-Kafi. Tabaqat Al-Shafi’i Al-Kubra . Hajar: tp, 1413H.

Al-Ilal wa Ajnasuha (t.tp: tp,tt)

Taimiyah, Ibn. Majmu’ Al-Fatawa.  t.tp:Dar al-Wafa’, 2005.

Zahwu, Abu. Muhammad, Al-Sunnah Qabla al-Tadwin(t.t:t.p,1984).



[1] Ali Mustafa Ya’qub, Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), 68

[2] Muhammad Ajjaj al-Khat{ib, Al-Sunnah Qabla Tadwin (t.t:t.p,1984), 348.

[3]Ibid., 355.

[4]Muqaddimah Al-Ilal, 1, 9

[5] Ad-daraqutni adalah penisbatan pada sebuah kota di baghdad, lihat Al-Ansab,5,275

[6] Ahmad bin Ali Abu Bakar al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,tt),12,34, Siyara A’lam An-Nubala’ 10,259, At-Tadzkirah 3,991, Tabaqat Syafi’i Qubra., jilid 2,310

[7] Terjadi perbedaan penetuan hari dan tanggal, lihat tarikh bagdad, 12,40. Wafayat al-a’yan, 3,298. Siyaru A’lam an-Nubala’,10,261. At-Tadzkirah, 3,995. Bidayat wa an-Nihayah, 11,317.  Ibn Shalah, Thabaqat al-Fuqaha’ as-Syafi’iyah,(Beirut : Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1992) 2,616-617

[8] Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman ad-Dhahabi, Siyaru A’lam An-Nubala’ (Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah),10,260

[9]Al-Ilal Wa Ajnasuha,213. Dinukil dari aL-Khatib dalam tarikhnya., 12,63.

[10]Ahmad bin ali abu bakar al-khatib al-baghdadi, Tarikh Baghdad (Beirut:Dar al-Kutub al-Ilmiyah,tt),12,36-37

[11] Seperti banyak penilaian ulama bahwa kitab al-Ilal karya ad-Daruqutni adalah yang paling sempurna.

[12] Al-Khatib, Tarikh Bagdad, 12,34-35

[13]Muqaddimah al-ilal, 11. Dinukil dari al-Munaddlom, 7,184

[14] Al-Khatib, Tarikh bagdad., 7,268-270

[15]  Ibid., jilid12,34-35

[16]  At tadzkirah,., 3,1135

[17]Muqaddimah al-Ilal,1, 11

[18] Ibid.,1,12

[19]Muqaddimah al-Ilal, 1,13

[20] Tarikh dimsyiq, 12,240, Muhammad bin ahmad bin Utsman ad-Dzahabi, Tadzkirah Al-Hufadz (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1998)., 3,132

[21] Muqaddimah al-Ilal al-Hadis li al-Daruqutni, jilid 1,9

[22]al-Khatib, Tarikh Baghdad (Beirut:Dar al-Kutub al-Ilmiyah,tt).12,36

[23]Ad-Dzahabi, Siyaru A’lam An-Nubala’ (Beirut: Da<r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004).10,261

[24]Tarikh bagdad., jilid12,36-37

[25] Muqaddimah al-Ilal lial-Daruqutni, 1,16

[26]Tarikh Dimsyiq.,12,2,240

[27]Tadzkirah.,3,991. Dia adalah ahmad bin Muhammad bin Ibrahim (w.681H) lihat Syadarat Ad Dzahab. 5,371

[28] Abu al-fida’ ismail bin umar bin katsir al-qursyi ad-Dimsyiqi, al-Bidayah wa an-Nihayah ( t.tp : Dar ihya’ at-turats al-arabiyah,1988)., 11,317

[29]Muqaddimah al-Ilal, 25

[30] Ali Mustafa Ya’qub, Kritik Hadis (Jakarta, Pustaka Firdaus, 2008),79.

[31]Muhammad Ja’fa Al-Kattani, Risalah Al-Mustatrafah Li Bayani Mashhuri Kutub Al-Musharrafah, (Beirut: Dar al-Basha’ir al-Islamiyah, 1986)., 68.

[32]Ibn Taimiyah, Majmu Al-Fatawa. (Dar al-Wafa’, 2005), 166.

[33]Ibid., 166.

[34]Ibn Abdul Hadi, Al-Sarim Al-Munki. (Beirut : Mu’assasah al-Rayyan, 2003),22.

[35]Abi al-Hasan Ali bin Umar al-Daruqutni. Sunan al-Daruqutni (t.tp. Muassasah al-Risalah, tt)1,78.

[36]Abi al-Hasan Ali bin Umar al-Daruqutni.Sunan al-Daruqutni(t.tp. Muassasah al-Risalah, tt)1,49

[37]Abi al-Hasan Ali bin Umar al-Daruqutni.Sunan al-Daruqutni(t.tp. Muassasah al-Risalah, tt)1,51

[38]Ibid,. 1,45

[39]Ibid,. 1,45

[40]Abi al-Hasan Ali bin Umar al-Daruqutni.Sunan al-Daruqutni(t.tp. Muassasah al-Risalah, tt)1,150.

[41] Ad-daraqutni adalah penisbatan pada sebuah kota di baghdad, lihat Al-Ansab,jilid5,275

[42] Ahmad bin Ali Abu Bakar al-Khatib al-Baghdadi, Tarikh Baghdad (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,tt),jilid12,34, Siyara A’lam An-Nubala’ jilid10,259, At-Tadzkirah jilid 3,991, Tabaqat Syafi’i Qubra., jilid 2,310

[43] Terjadi perbedaan penetuan hari dan tanggal, lihat tarikh bagdad, jilid 12,40. Wafayat al-a’yan, jilid3,298. Siyaru A’lam an-Nubala’,jilid10,261. At-Tadzkirah,jilid 3,995. Bidayat wa an-Nihayah,jilid 11,317.  Ibn Shalah, Thabaqat al-Fuqaha’ as-Syafi’iyah,(Beirut : Dar al-basyair al-islamiyah, 1992) jilid 2,616-617

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...