Ahad merupakan bentuk jamak dari kata
"أحد" yang
mempunyai arti satu. Jadi hadis ahad secara bahasa adalah hadis
yang diriwayatkan oleh satu orang.[1]
Hadis ahad menurut istilah
adalah hadis yang di dalamnya tidak memenuhi kriteria hadis mutawattir.
Dikatakan khabar ahad karena ia menyamai khabar ahad dalam hal
memberikan kepastian yg bersifat zann bukan yaqin.[2]
Dilihat dari segi kuantitas
perawi yang meriwaytkannya, hadis ahad terbagi menjadi tiga,
yaitu Mashhur, ‘Aziz, dan Gharib. pembagian hadis ahad
menjadi tiga bagian tidak menutup kemungkinan kualitas hadis tersebut
ada yang sahih dan dha’if, bahkan terkadang ketiga macam hadis
tersebut ada yang sahih, hasan, dan dha’if, akan tetapi
kebanyakan hadis Gharib adalah dha’if.[3]
Berikut adalah definisi dari
masing hadis Mashhur, ‘Aziz, dan Gharib :
-
Menurut bahasa, Mashhur merupakan ism maf’ul
dari "شهرت الأمر" yang
bermakna aku mengumumkan dan menampakkan suatu perkara.
Sedangkan menurut istilah, hadis
Mashhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih,
dimana tidak sampai pada batas mutawattir.[4]
-
Dari segi bahasa, aziz bisa mempunyai dua
makna: pertama merupakan sifat mushabbihah dari "عزّ
يعِزّ" yang bermakna sedikit, atau yang kedua merupakan sifat mushabbihah
dari "عزّ يعَزّ" yang
bermakna kuat.[5]
-
Menurut istilah, hadis aziz adalah hadis
yang dalam rangkaian sanadnya terdapat dua orang rawi. Pendapat ini adalah
pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani dan merupakan pendapat yang Mashhur.
ada juga yang berpendapat bahwa hadis aziz adalah hadis
yang dalam rangkaian sanadnya terdapat dua orang rawi atau tiga. Pendapat ini
merupakan pendapat Ibnu Salah dan al-Baiquni.[6]
-
Secara bahasa merupakan sifat mushabbihah
dari kata "الغربة" dan "الغرابة" dengan makna isim fa’il. Kata “Gharib” memiliki
dua makna: pertama "المنفرد في
الجماعة بشيء ما" yang menyendiri atau
terpisah dalam sebuah kelompok/golongan. Kedua "البعيد
عن وطنه وأقاربه" yang jauh dari negara
dan kerabat.[7]
Menurut istilah, hadis Gharib adalah hadis yang dalam sanadnya hanya terdapat satu rawi saja yang meriwayatkan. Satu rawi tersebut bisa saja berada pada salah satu tingkatan sanad atau pada keseluruhan sanad.[8]
Baca selanjutnya, artikel yang lainya :
- Definisi Dan Kriteria Hadis Hasan
- Macam-Macam Hadis Hasan
- Kehujjahan Hadis Hasan
- Kitab-Kitab Yang Memuat Hadis Hasan
- Pengertian Hadis Dha'if & Kriteriannya
- Macam-Macam Hadis Dha'if
- Kehujjahan Hadis Dha’if
- Hadis Mutawattir
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Kuantitasnya
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Posisinya Dalam Hujjah
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Ketersambungan Sanad
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Penyandaran Berita
- Hadis Qudsi
- Definisi Hadis Ahad
- Hukum Mengamalkan Hadis Ahad
- Kehujjahan Hadis Ahad Dalam Penetapan Hukum Menurut Ulama Empat Mazhab
[1] Mahmud al-Tahhan, Taisir Musthalah al-Hadis
(Beirut: Dar al-Fikr), 21.
[2] Muhammad Abu al-Laits al-Khaira Abadi, Ulum
al-Hadis Ashiluha wa Mu’ashiruha, 139.
[3] Muhammad ibn Abd al-Baqi al-Zurqani, Sharh
al-Manzumah al-Baiquniyyah (Beirut: Dar al-Mashari’, 2001), 22.
[4] Mahmud al-Tahhan, Taisir Musthalah al-Hadis,
22.
[5] Muhammad ibn Alawi al-Maliki, al-Minhal al-Latif fi
Usul al-Hadith al-Sharif (Beirut: Dar al-Fikr, 1978), 95.
[6] Ibid.
[7] Muhammad Abu al-Laits, Ulum al-Hadis, 140
[8] Ibid,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar