HOME

10 Maret, 2022

Imam Abu Dawud

 

A.    Biografi Imam Abu Dawud

1.  Latar Belakang Kehidupan Abu Dawud

Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman Bin al-Asy’as Bin Ishaq Al-Azdy al-Sijistaniy. Ia dilahirkan pada 202 H di Sijistani.[1] Suatu kota di Basrah. Sebagai ulama Mutaqaddimin yang produktif, beliau selalu memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu dan beribadah. Namun sangat disayangkan, informasi kehidupan Abu Dawud di masa kecil sangat sedikit. Sedangkan masa dewasanya banyak riwayat yang mengatakan bahwa beliau termasuk ulama hadis yang terkenal,

Abu Dawud adalah seorang perawi hadis yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800, di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud.[2]

 Abu Zahwu dalam kitab nya Hadith Wal Muhaddithun mengatakan bahwa Imam Abu Dawud merupakan Imam yang paling faqih di antara a’imah al-sittah setelah Imam Bukhari. [3]

Abu Dawud terlahir di tengah keluarga yang agamis. Mengawali intelektualitasnya, ia mempelajari al-Qur’an dan literatur (bahasa) Arab serta sejumlah materi lainnya sebelum mempelajari Hadis, sebagaimana tradisi masyarakat saat itu. Dalam usianya kurang lebih dua puluh tahun, ia telah berkelana ke Baghdad.[4]

Setelah dewasa, beliau melakukan rihlah dengan intensif untuk mempelajari Hadis. Ia melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Irak, Jazirah Arab dan Khurasan untuk bertemu ulama-ulama Hadis.[5] Pengembaraannya ini menunjang Abu Dawud mendapatkan  Hadis sebanyak-banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab sunannya.

Pola hidup sederhana tercermin dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara berpakaiannya, yaitu salah satu lengan bajunya lebar dan satunya lagi sempit. Menurutnya, lengan yang ini (lebar) untuk membawa kitab sedang yang satunya tidak diperlukan, kalau lebar berarti pemborosan. Maka tidak heran jika banyak ulama yang semasanya atau sesudahnya memberikan gelar Zaid (mampu meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi) dan Wara’ (teguh atau tegar dalam mensikapi kehidupan).[6]

Abu Dawud berhasil meraih reputasi tinggi dalam hidupnya di basrah, setelah basrah mengalami kegersangan ilmu pasca serbuan Zarji pada tahun 257 H. gubernur basrah pada waktu itu mengunjungi Abu Dawud di Baghdad untuk meminta Abu Dawud pindah ke Basrah.

Diriwayatkan oleh al-Kahttabi dari Abdillah bin Muhammad al-Miski dari Abu Bakar bin Jabir (pembantu Abu Dawud), dia berkata: “Bahwa Amir Abu Ahmad al-Muffaq minta untuk bertemu Abu Dawud, lalu Abu Dawud bertanya: “Apa yang mendorong amir ke sini?”, Amir menjadi: “Hendaknya anda mengajarkan Sunan kepada anak-anakmu”. Yang kedua tanya Abu Dawud, Amir menjawab: “Hendaknya anda membuat majlis tersendiri untuk mengajarkan Hadis kepada keluarga khalifah, sebab mereka enggan duduk bersama orang umum”. Abu Dawud menjawab: “Permintaan kedua tidak bisa aku kabulkan, sebab derajat manusia itu baik pejabat terhormat maupun rakyat jelata dalam menuntut ilmu dipandang sama”. Ibnu Jabir berkata: “Sejak itulah putera-putera khalifah menghadiri majelis ta’lim, duduk bersama orang umum dan diberi tirai pemisah.”[7]

Atas permintaan Gubernur Abu Ahmad tersebut, maka Abu Dawud pindah ke Basrah dan menetap di sana hingga wafat. Pada tahun 275 H Abu Dawud al-Sijistaniy menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 73 tahun atau tepatnya pada tanggal 16 syawal 275 H di Basrah.[8]

 

2.    Guru-guru Imam Abu Dawud

Imam Abu Dawud memiliki banyak guru di antaranya ialah :

a.       Ahmad Ibn Hanbal

b.      Al-Qa’nabi

c.       Abu Umar al-D{arir

d.      Muslim Ibn Ibrahim

e.       Abdullah Ibn Raja’

f.       Abu al-Walid al-T{ayalisi

g.      dll

 

3.    Murid-murid Imam Abu Dawud

Seperti hal nya jumlah guru gurunya, murid murid dari Imam Abu Dawud juga banyak di antaranya :

a.    Abu ‘isa al-Tirmidhi

b.    Abu Abd Al-Rahman Al-Nasa’i

c.    Abu Bakar Ibn Abu Dawud (anak nya sendiri)

d.   Abu ‘Iwanah

e.    Abu Sa’id

f.     dll

            B.  Karya-karya Imam Abu Dawud

1.    Karya tulis Imam Abu Dawud Di antaranya adalah:[9]

a.    Al-Marasil, kitab ini merupakan kumpulan Hadis-hadis mursal (gugur perawinya), yang disusun secara tematik, adapun jumlah hadisnya adalah 6000 Hadis

b.   Masail al-Imam Ahmad

c.   Al-Naskh wa al-Mansukh

d.   Risalah fi Wasf Kitab al-Sunan

e.   Al-Zuhd

f.     Ijabat al-Salawat al-‘Ajjuri

g.    As’illah Ahmad bin Hanbal

h.   Tasmiyah al-Akhwan

i.     Qaul Adar

j.     Al-Ba’as wa Al-Nusyur

k.   Al-Masa’il allati Halaf ‘Alaihi Al-Imam Ahmad

l.     Dala’il Al-Ansar

m.  Fadha’il Al-Ansar

n.   Musnad Malik

o.   Al-Du’a

p.   Ibtida’ Al-Wahyi

q.   Al-Tafarrud fi Al-Sunan

r.    Akhbar Al-Khawarij

s.    A’lam Al-Nubuwwat

t.     Sunan Abu Dawud

Sedangkan menurut Abu Shuhbah dalam kitab nya Fi Rihab Al-Sunnah, Kitab-kitab karya Abu Dawud ada sembilan macam yaitu[10] :

1)      Kitab al-Sunan

2)      Kitab al-Marasil

3)      Kitab al-Qadr

4)      Al-Nasikh wa al-Mansukh

5)      Fada’il al-A’mal

6)      Kitab al-Zuhd

7)      Dalail al-Nubuwwah

8)      Ibtida’ al-Wahyu

9)      Ikhbar al-Khawarij

Dari karya-karya tersebut di atas, yang paling populer adalah kitab sunan Abu Dawud. Menurut riwayat Abu Ali bin Ahmad bin ‘Amr al-Lu’lui al-Basri, seorang ulama’ hadis mengatakan: ‘Hadis telah dilunakkan Abu Dawud, sebagaimana besi telah dilunakkan Nabi Dawud”. Ungkapan tersebut adalah perumpamaan bagi seorang ahli Hadis yang telah mempermudah yang rumit dan mendekatkan yang jauh, serta memudahkan yang sukar.[11]

Di kalangan kritikus Hadis, Abu Dawud mendapatkan penilaian.[12]

a.   Musa bin Harun berkata: bahwa Abu Dawud diciptakan di dunia untuk Hadis dan di akhirat untuk surga. “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih utama dari dia.”

b.  Abu Halim bin Hibban menyatakan bahwa Abu Dawud adalah seorang imam dunia dalam bidang fiqh, ilmu hafalan, dan ibadah. Beliau telah mengumpulkan Hadis-hadis dan tegak mempertahankan sunnah.

c.   Al-Hakim mengatakan bahwa Abu Dawud adalah imam ahli Hadis pada zamannya, tidak ada yang menyamainya.

d.  Maslahah bin Qasim mengatakan bahwa Abu Dawud adalah seorang zahid, mempunyai ilmu pengetahuan tentang Hadis, seorang Imam pada zamannya.

            Ahmad bin Muhammad bin Yasin al-Harawi menyatakan bahwa Abu Dawud adalah salah satu orang yang hafiz dalam bidang Hadis, yang memahami Hadis beserta illat dan sanadnya, dan memiliki derajat tinggi dalam beribadah, kesucian diri, ke-sahih-an, dan ke-wara’an

Baca artikel tentang Hadis lainya :


[1] Muhammad ‘Ajajj al-Khatib, Ushul al-Hadith: ‘Ulumuhu wa Musthalahuhu, (Damaskus: Dar al-Fikri, 1975), 320

 [2] Agus Salahuddin dan Agus Suyadi, Ulum al-Hadith, (CV Pustaka setia, Bandung 2009), 240

 [3] Muhammad muhammad Abu Zahwu, Hadith wa al-Muhaddithun, (kitab Digital, Pdf) ,411

[4]  Mudasir, Ilmu Hadith, (Bandung: Pusaka Setia, 1999, 110

 [5]  Muhammad ‘Ajajj al-Khatib, Ushul, 320

[6] Mudasir, Ilmu Hadis…, 110

[7]  Ibid., 110.

[8] Muhammad ‘Ajajj al-Khatib, Ushul al-Hadis…, 320

[9] Mustafa Azami, Ilmu Hadis, terj., (Jakarta: Lentera, 1995), 1429

[10] Muhammad Muhammad Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub Al-Sihah al-Sittah, (Kitab Digital/Pdf ), 136

[11]  Ibid., 142

[12]  M. Faith Surya Dilaga, Studi Kitab Hadith, (Yogyakarta: Teras, 2003), 88

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...