A.
Biografi Imam Abu Dawud
1. Latar Belakang Kehidupan Abu Dawud
Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman Bin al-Asy’as Bin Ishaq Al-Azdy al-Sijistaniy. Ia dilahirkan pada 202 H di Sijistani.[1] Suatu kota di Basrah. Sebagai ulama Mutaqaddimin yang produktif, beliau selalu memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu dan beribadah. Namun sangat disayangkan, informasi kehidupan Abu Dawud di masa kecil sangat sedikit. Sedangkan masa dewasanya banyak riwayat yang mengatakan bahwa beliau termasuk ulama hadis yang terkenal,
Abu Dawud adalah seorang perawi hadis yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800, di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud.[2]
Abu Zahwu dalam kitab nya Hadith Wal Muhaddithun mengatakan bahwa Imam Abu Dawud merupakan Imam yang paling faqih di antara a’imah al-sittah setelah Imam Bukhari. [3]
Abu Dawud terlahir di tengah keluarga yang agamis. Mengawali intelektualitasnya, ia mempelajari al-Qur’an dan literatur (bahasa) Arab serta sejumlah materi lainnya sebelum mempelajari Hadis, sebagaimana tradisi masyarakat saat itu. Dalam usianya kurang lebih dua puluh tahun, ia telah berkelana ke Baghdad.[4]
Setelah dewasa, beliau melakukan rihlah dengan intensif untuk mempelajari Hadis. Ia melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Irak, Jazirah Arab dan Khurasan untuk bertemu ulama-ulama Hadis.[5] Pengembaraannya ini menunjang Abu Dawud mendapatkan Hadis sebanyak-banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab sunannya.
Pola hidup sederhana tercermin dalam kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara berpakaiannya, yaitu salah satu lengan bajunya lebar dan satunya lagi sempit. Menurutnya, lengan yang ini (lebar) untuk membawa kitab sedang yang satunya tidak diperlukan, kalau lebar berarti pemborosan. Maka tidak heran jika banyak ulama yang semasanya atau sesudahnya memberikan gelar Zaid (mampu meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi) dan Wara’ (teguh atau tegar dalam mensikapi kehidupan).[6]
Abu Dawud berhasil meraih reputasi tinggi dalam hidupnya di basrah, setelah basrah mengalami kegersangan ilmu pasca serbuan Zarji pada tahun 257 H. gubernur basrah pada waktu itu mengunjungi Abu Dawud di Baghdad untuk meminta Abu Dawud pindah ke Basrah.
Diriwayatkan oleh al-Kahttabi dari Abdillah bin Muhammad al-Miski dari Abu Bakar bin Jabir (pembantu Abu Dawud), dia berkata: “Bahwa Amir Abu Ahmad al-Muffaq minta untuk bertemu Abu Dawud, lalu Abu Dawud bertanya: “Apa yang mendorong amir ke sini?”, Amir menjadi: “Hendaknya anda mengajarkan Sunan kepada anak-anakmu”. Yang kedua tanya Abu Dawud, Amir menjawab: “Hendaknya anda membuat majlis tersendiri untuk mengajarkan Hadis kepada keluarga khalifah, sebab mereka enggan duduk bersama orang umum”. Abu Dawud menjawab: “Permintaan kedua tidak bisa aku kabulkan, sebab derajat manusia itu baik pejabat terhormat maupun rakyat jelata dalam menuntut ilmu dipandang sama”. Ibnu Jabir berkata: “Sejak itulah putera-putera khalifah menghadiri majelis ta’lim, duduk bersama orang umum dan diberi tirai pemisah.”[7]
Atas
permintaan Gubernur Abu Ahmad tersebut, maka Abu Dawud pindah ke Basrah dan
menetap di sana hingga wafat. Pada tahun 275 H Abu Dawud al-Sijistaniy
menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 73 tahun atau tepatnya pada tanggal
16 syawal 275 H di Basrah.[8]
2.
Guru-guru Imam Abu
Dawud
Imam Abu Dawud memiliki banyak guru di antaranya ialah :
a.
Ahmad Ibn Hanbal
b.
Al-Qa’nabi
c.
Abu Umar al-D{arir
d.
Muslim Ibn Ibrahim
e.
Abdullah Ibn Raja’
f.
Abu al-Walid al-T{ayalisi
g.
dll
3.
Murid-murid Imam
Abu Dawud
Seperti hal nya jumlah guru gurunya, murid murid dari
Imam Abu Dawud juga banyak di antaranya :
a.
Abu ‘isa
al-Tirmidhi
b.
Abu Abd Al-Rahman
Al-Nasa’i
c.
Abu Bakar Ibn Abu
Dawud (anak nya sendiri)
d.
Abu ‘Iwanah
e.
Abu Sa’id
f.
dll
B.
Karya-karya Imam
Abu Dawud
1.
Karya tulis Imam
Abu Dawud Di antaranya adalah:[9]
a.
Al-Marasil, kitab ini merupakan kumpulan Hadis-hadis mursal (gugur
perawinya), yang disusun secara tematik, adapun jumlah hadisnya adalah 6000 Hadis
b.
Masail al-Imam Ahmad
c.
Al-Naskh wa al-Mansukh
d.
Risalah fi Wasf Kitab al-Sunan
e.
Al-Zuhd
f.
Ijabat al-Salawat al-‘Ajjuri
g.
As’illah Ahmad bin Hanbal
h.
Tasmiyah al-Akhwan
i.
Qaul Adar
j.
Al-Ba’as wa Al-Nusyur
k.
Al-Masa’il allati Halaf ‘Alaihi Al-Imam
Ahmad
l.
Dala’il Al-Ansar
m. Fadha’il Al-Ansar
n.
Musnad Malik
o.
Al-Du’a
p.
Ibtida’ Al-Wahyi
q.
Al-Tafarrud fi Al-Sunan
r.
Akhbar Al-Khawarij
s.
A’lam Al-Nubuwwat
t.
Sunan Abu Dawud
Sedangkan menurut Abu Shuhbah dalam kitab nya Fi Rihab
Al-Sunnah, Kitab-kitab karya Abu Dawud ada sembilan macam yaitu[10] :
1)
Kitab al-Sunan
2)
Kitab al-Marasil
3)
Kitab al-Qadr
4)
Al-Nasikh wa
al-Mansukh
5)
Fada’il al-A’mal
6)
Kitab al-Zuhd
7)
Dalail al-Nubuwwah
8)
Ibtida’ al-Wahyu
9) Ikhbar al-Khawarij
Dari karya-karya tersebut di atas, yang paling populer adalah kitab sunan Abu Dawud. Menurut riwayat Abu Ali bin Ahmad bin ‘Amr al-Lu’lui al-Basri, seorang ulama’ hadis mengatakan: ‘Hadis telah dilunakkan Abu Dawud, sebagaimana besi telah dilunakkan Nabi Dawud”. Ungkapan tersebut adalah perumpamaan bagi seorang ahli Hadis yang telah mempermudah yang rumit dan mendekatkan yang jauh, serta memudahkan yang sukar.[11]
Di kalangan kritikus Hadis, Abu Dawud
mendapatkan penilaian.[12]
a. Musa bin Harun berkata: bahwa Abu Dawud
diciptakan di dunia untuk Hadis dan di akhirat untuk surga. “Aku tidak pernah
melihat orang yang lebih utama dari dia.”
b. Abu Halim bin Hibban menyatakan bahwa Abu Dawud adalah
seorang imam dunia dalam bidang fiqh, ilmu hafalan, dan ibadah. Beliau telah
mengumpulkan Hadis-hadis dan tegak mempertahankan sunnah.
c. Al-Hakim mengatakan bahwa Abu Dawud adalah imam ahli Hadis
pada zamannya, tidak ada yang menyamainya.
d. Maslahah bin Qasim mengatakan bahwa Abu Dawud adalah seorang zahid, mempunyai ilmu pengetahuan tentang Hadis, seorang Imam pada zamannya.
Ahmad bin Muhammad bin Yasin al-Harawi menyatakan bahwa Abu Dawud adalah salah satu orang yang hafiz dalam bidang Hadis, yang memahami Hadis beserta illat dan sanadnya, dan memiliki derajat tinggi dalam beribadah, kesucian diri, ke-sahih-an, dan ke-wara’anBaca artikel tentang Hadis lainya :
- Aliran Khawarij, Sejarah Kemunculan, & Karakteristiknya
- Aliran Syi'ah & Sejarah Kemunculanya
- Hadis Palsu Atau Hadist Maudu’ Serta Faktor Kemunculanya
- Kaedah Melacak Hadis Palsu
- Peran Ulama Menyelamatkan Hadis Dari Pemalsuan
- Hukum Hadis Palsu Dan Daftar Buku Hadis Palsu
- Metode Dan Contoh Penyelesaian Mukhtalif Al-Hadith
- Mukhtalif Hadis
- Imam Al-Daruquthni
- Sunan Al-Daruqutni
- Imam Abu Dawud
- Kitab Sunan Abu Dawud
- Jarh wa ta‘dil
- Lafaz Jarh Wa Ta‘dil Serta Tingkatannya
- Beberapa Hal Yang Perlu Diketahui Dan Tertolak Dalam Jarh wa ta‘dil
- Metode Dalam Tarjih Dan Ta‘dil Perawi
- Pertentangan Dalam Jarh Wa Ta‘dil
- Kitab-Kitab Jarh Wa Ta'dil
[1]
Muhammad ‘Ajajj al-Khatib, Ushul
al-Hadith:
‘Ulumuhu wa Musthalahuhu,
(Damaskus: Dar al-Fikri, 1975), 320
[4] Mudasir, Ilmu Hadith, (Bandung: Pusaka Setia, 1999, 110
[6] Mudasir,
Ilmu Hadis…, 110
[7] Ibid., 110.
[8] Muhammad
‘Ajajj al-Khatib, Ushul al-Hadis…, 320
[9] Mustafa Azami, Ilmu Hadis, terj., (Jakarta: Lentera, 1995), 1429
[10] Muhammad
Muhammad Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub Al-Sihah al-Sittah, (Kitab
Digital/Pdf ), 136
[11] Ibid., 142
[12] M. Faith Surya Dilaga, Studi Kitab
Hadith,
(Yogyakarta: Teras, 2003), 88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar