HOME

06 Maret, 2022

Kitab-Kitab Yang Memuat Hadis Hasan

Para ulama belum pernah ada yang membukukan hadis hasan secara terpisah. Mereka menggabungkan hadis-hadis hasan dengan hadis sahih dan mencapurnya dengan hadis da’if, meskipun mereka tidak memasukkan hadis da’if  kedalam kitab-kitab susunan mereka kecuali sangat sedikit dan amat jarang.

Di antara sumber-sumber hadis hasan yang paling penting adalah al-Sunan al-Arba’ah, al-Musnad karya Imam Ahmad, dan Musnad Abi Ya’la al-Maushili.

1.    Al-Jami’ karya Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah al-Turmudhi (209 H-279 H)

Al-Turmudhi adalah salah seorang  murid al-Bukhari yang istimewa. Para ulama’ mengakui ketinggian ilmunya, kekuatan hafalannya, keluasan pengetahuannya, ketaatan beragamanya, dan wara’-nya; sehingga rasa takutnya kepada Allah swt, pada akhir hayatnya ia menjadi buta karena banyak menangis.[1]

Kitabnya, al-Jami’, yang terkenal dengan nama Sunan al-Turmudhi, adalah sumber hadis hasan yang paling penting, banyak mendapatkan tanggapan positif dan tersiar kebaikannya, Ibnu al-Salah berkata, “Kitab Abu ‘Isa al-Turmudhi merupakan kitab rujukan pokok untuk mengetahui hadis hasan. Dialah orang pertama yang menciptakan nama hadis hasan dan banyak menyebut nama itu dalam kitabnya.[2]

Kitab ini memiliki keistimewaan karena banyak faedahnya secara ilmiah dengan segala cabang ilmunya. Sehubungan dengan itu Ibn Rasyid berkata, “Sesungguhnya kitab al-Turmudhi memuat hadis yang di susun berdasarkan bab-babnya dan hal ini merupakan pokok ilmu tersendiri padanya. Memuat pula fikih yang merupakan ilmu kedua. Memuat illat-illat hadis yang mencakup penjelasan hadis sahih dan hadis da’if dengan berbagai tingkatannya, dan hal ini merupakan hal ketiga. Memuat penjelasan nama-nama dan gelar-gelarnya yang merupakan ilmu keempat. Memuat al-jarh wa al-ta’dil yang merupakan ilmu kelima. Memuat penjelasan tentang orang-orang yang pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad saw. Dan orang-orang yang tidak pernah beerjumpa dengannya di antara para rawi yang menyandarkan hadisnya kepada Nabi saw. Hal ini merupakan ilmu keenam, dan memuat pula penjelasan jumlah sanad yang merupakan ilmu ketujuh.[3]

2.    Al-Sunan karya Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Ash’ats al-Sijistani (202 H-273 H)

Abu Dawud adalah salah seorang murid al-Bukhari pula. Ia belajar darinya dan mengikti jejaknya dalam bidang keilmuwan. Ia menyeruai Imam Ahmad dalam hal ketakwaan, kecerdasa dan kepribadiannya.[4]

Kitabnya, al-Sunan, disusun dan disarikan dari 500.000 buah hadis. Dalam penyusunan kitabnya itu ia memperioritaskan penghimpuan hadis-hadis hukum. Ia menjelaskan metodologi penyusunan kitabnya itu secara ringkas sebagai berikut: “Hadis yang kualitasnya sangat rendah yang terdapat dalam kitabku aku jelaskan kondisinya. Di dalamnya terdapat hadis yang tidak sahih sanadnya. Hadis yang tidak saya komentari sama sekali adalah hadis sahih (patut, baik). Dan sebagian hadis-hadisnya lebih sahih dari pada sebagian yang lain.[5]

3.    Al-Mujtaba  karya Imam Abu Abdurrahman Ahmad bin Shu’aib al-Nasa’i (215 H-303 H)

Al-Nasa’i dikenal sangat teliti terhadap hadis dan para rawi,  dan bahwa kreterianya dalam men-thiqah-kan rawi itu sangat tinggi. Kitab al-Mujtaba di susun berdasarkan bab-bab fikih, dan untuk tiap bab diberinya judul yang kadang-kadang mencapai tingkat keunikan yang tinggi. Ia mengumpulkan sanad-sanad suatu hadis di satu tempat. Dengan demikian ia telah menempuh suatu jejak muhaddisin yang paling rumit dan agung.[6]

4.    Sunan al-Mustafa karya Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, seorang hafiz yang agung dan seorang mufassir (209 H-273 H)

Abu Ya’la al-Khalili al-Hafiz berkata, “Ibnu Majah adalah seorang yang thiqqah, agung, disepakati dapat di jadikan hujjah, luas pengetahuannya, dan kuat hafalannya.

Kitab ini di akui sebagai kitab sunan yang ke empat dan merupakan pelengkap al-kutub al-sittah yang merupakan sumber pokok bagi sunnah nabawiyah, ulama mutaqaddimin menghitung kitab-kitab sumber itu ada lima dengan tidak memasukkan kitab Ibnu Majah ini, kemudian sebagian mereka menempatkan al-Muwata’ di tempat ke enam. Namun setelah beberapa orang hafiz mengetahui bahwa kitab kitab Ibnu Majah itu merupakan kitab yang sangat berfaedah dan besar manfaatnya di bidang fikih, serta banyak zawa’id (hadis yang tidak terdapat dalam kitab lain) padanya, maka mereka memasukkannya ke dalam jajaran kitab-kitab sumber pokok dan menempatkannya pada tempat terakhir.[7]

5.    Al-Musnad  karya imam Ahmad bin Hambal, imam ahli Sunah dan Hadis (164 H-241 H)

Imam Ahmad menyusun kitab ini supaya dapat menjadi rujukan dan pegangan bagi kaum Muslim. Kitab ini di susun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan, layaknya sistematika penyusunan kitab musnad. Oleh karena itu kitab ini menjadi sangat lengkap dan besar sekali. Jumlah hadisnya kurang lebih mencapai 30.000 buah yang terdiri atas hadis sahih, hasan dan da’if. Sebagian di antaranya sangat da’if sehingga sebagian muhaddisin menghukumi beberapa hadisya sebagai hadis maudu’. Akan tetapi Ibn Hajar telah menyusun sebuah kitab dengan nama al-Qaul al-musaddad fi al-Dhabbi ‘an al-Musnad. Kitab ini berisikan pembuktian tidak dipalsukannya hadis-hadis yang kami singgung itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya hadis-hadis tersebut baik, dan tidak ada satu hadis pun dapat dipastikan sebagai hadis maudu’ bahkan tidak ada penilaian bahwa salah satu hadisnya maudhu’ oleh beberapa orang meski ada kemungkinan kuat untuk membantahnya.[8]

6.    Al-Musnad karya Abu Ya’la al-Maushili Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna (210 H-307 H)

Musnad Abi Ya’la adalah suatu kitab al-Musnad yang besar. Ia juga menyusun kitab al-Musnad yang kecil. al-Musnad yang besar merupakan kitab sumber yang besar, lengkap dan derajat hadis-hadisnya mendekati hadis-hadis Musnad Imam Ahmad.

Baca selanjutnya, artikel yang lainya :

DAFTAR PUSTAKA 

‘Itr, Nuruddin, Ulum al-Hadith, terj.Mujiyo. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.



[1] Nuruddin ‘itr, Ulum al-Hadith, 280.

[2] Ibid., 280.

[3] Ibid., 280.

[4] Ibid., 281.

[5] Ibid., 281.

[6] Ibid., 282.

[7] Ibid., 283.

[8] Ibid.,  284.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...