Para
ulama belum pernah ada yang membukukan hadis hasan secara
terpisah. Mereka menggabungkan hadis-hadis hasan dengan hadis
sahih dan mencapurnya dengan hadis da’if, meskipun mereka
tidak memasukkan hadis da’if kedalam kitab-kitab susunan mereka kecuali
sangat sedikit dan amat jarang.
Di
antara sumber-sumber hadis hasan yang paling penting adalah al-Sunan
al-Arba’ah, al-Musnad karya Imam Ahmad, dan Musnad Abi Ya’la
al-Maushili.
1.
Al-Jami’ karya
Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah al-Turmudhi (209 H-279 H)
Al-Turmudhi
adalah salah seorang murid al-Bukhari
yang istimewa. Para ulama’ mengakui ketinggian ilmunya, kekuatan hafalannya,
keluasan pengetahuannya, ketaatan beragamanya, dan wara’-nya; sehingga
rasa takutnya kepada Allah swt, pada akhir hayatnya ia menjadi buta karena
banyak menangis.[1]
Kitabnya,
al-Jami’, yang terkenal dengan nama Sunan al-Turmudhi, adalah
sumber hadis hasan yang paling penting, banyak mendapatkan
tanggapan positif dan tersiar kebaikannya, Ibnu al-Salah berkata, “Kitab Abu
‘Isa al-Turmudhi merupakan kitab rujukan pokok untuk mengetahui hadis hasan.
Dialah orang pertama yang menciptakan nama hadis hasan dan banyak
menyebut nama itu dalam kitabnya.[2]
Kitab
ini memiliki keistimewaan karena banyak faedahnya secara ilmiah dengan segala
cabang ilmunya. Sehubungan dengan itu Ibn Rasyid berkata, “Sesungguhnya kitab
al-Turmudhi memuat hadis yang di susun berdasarkan bab-babnya dan hal
ini merupakan pokok ilmu tersendiri padanya. Memuat pula fikih yang merupakan
ilmu kedua. Memuat illat-illat hadis yang mencakup penjelasan hadis
sahih dan hadis da’if dengan berbagai tingkatannya, dan
hal ini merupakan hal ketiga. Memuat penjelasan nama-nama dan gelar-gelarnya
yang merupakan ilmu keempat. Memuat al-jarh wa al-ta’dil yang merupakan
ilmu kelima. Memuat penjelasan tentang orang-orang yang pernah berjumpa dengan
Nabi Muhammad saw. Dan orang-orang yang tidak pernah beerjumpa dengannya di
antara para rawi yang menyandarkan hadisnya kepada Nabi saw. Hal
ini merupakan ilmu keenam, dan memuat pula penjelasan jumlah sanad yang
merupakan ilmu ketujuh.[3]
2.
Al-Sunan karya
Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Ash’ats al-Sijistani (202 H-273 H)
Abu
Dawud adalah salah seorang murid al-Bukhari pula. Ia belajar darinya dan
mengikti jejaknya dalam bidang keilmuwan. Ia menyeruai Imam Ahmad dalam hal
ketakwaan, kecerdasa dan kepribadiannya.[4]
Kitabnya,
al-Sunan, disusun dan disarikan dari 500.000 buah hadis. Dalam
penyusunan kitabnya itu ia memperioritaskan penghimpuan hadis-hadis
hukum. Ia menjelaskan metodologi penyusunan kitabnya itu secara ringkas sebagai
berikut: “Hadis yang kualitasnya sangat rendah yang terdapat dalam
kitabku aku jelaskan kondisinya. Di dalamnya terdapat hadis yang tidak sahih
sanadnya. Hadis yang tidak saya komentari sama sekali adalah hadis
sahih (patut, baik). Dan sebagian hadis-hadisnya lebih sahih
dari pada sebagian yang lain.[5]
3.
Al-Mujtaba karya Imam Abu Abdurrahman Ahmad bin Shu’aib
al-Nasa’i (215 H-303 H)
Al-Nasa’i
dikenal sangat teliti terhadap hadis dan para rawi, dan bahwa kreterianya dalam men-thiqah-kan
rawi itu sangat tinggi. Kitab al-Mujtaba di susun berdasarkan
bab-bab fikih, dan untuk tiap bab diberinya judul yang kadang-kadang mencapai
tingkat keunikan yang tinggi. Ia mengumpulkan sanad-sanad suatu hadis
di satu tempat. Dengan demikian ia telah menempuh suatu jejak muhaddisin
yang paling rumit dan agung.[6]
4.
Sunan al-Mustafa karya
Ibnu Majah Muhammad bin Yazid al-Qazwini, seorang hafiz yang agung dan
seorang mufassir (209 H-273 H)
Abu Ya’la al-Khalili al-Hafiz
berkata, “Ibnu Majah adalah seorang yang thiqqah, agung, disepakati
dapat di jadikan hujjah, luas pengetahuannya, dan kuat hafalannya.
Kitab ini di akui sebagai kitab sunan
yang ke empat dan merupakan pelengkap al-kutub al-sittah yang merupakan
sumber pokok bagi sunnah nabawiyah, ulama mutaqaddimin menghitung
kitab-kitab sumber itu ada lima dengan tidak memasukkan kitab Ibnu Majah ini,
kemudian sebagian mereka menempatkan al-Muwata’ di tempat ke enam. Namun
setelah beberapa orang hafiz mengetahui bahwa kitab kitab Ibnu Majah itu
merupakan kitab yang sangat berfaedah dan besar manfaatnya di bidang fikih,
serta banyak zawa’id (hadis yang tidak terdapat dalam kitab lain)
padanya, maka mereka memasukkannya ke dalam jajaran kitab-kitab sumber pokok
dan menempatkannya pada tempat terakhir.[7]
5.
Al-Musnad karya imam Ahmad bin Hambal, imam ahli Sunah
dan Hadis (164 H-241 H)
Imam
Ahmad menyusun kitab ini supaya dapat menjadi rujukan dan pegangan bagi kaum
Muslim. Kitab ini di susun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan
hadis yang bersangkutan, layaknya sistematika penyusunan kitab musnad.
Oleh karena itu kitab ini menjadi sangat lengkap dan besar sekali. Jumlah hadisnya
kurang lebih mencapai 30.000 buah yang terdiri atas hadis sahih, hasan
dan da’if. Sebagian di antaranya sangat da’if sehingga sebagian muhaddisin
menghukumi beberapa hadisya sebagai hadis maudu’. Akan
tetapi Ibn Hajar telah menyusun sebuah kitab dengan nama al-Qaul al-musaddad
fi al-Dhabbi ‘an al-Musnad. Kitab ini berisikan pembuktian tidak
dipalsukannya hadis-hadis yang kami singgung itu. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa umumnya hadis-hadis tersebut baik,
dan tidak ada satu hadis pun dapat dipastikan sebagai hadis maudu’
bahkan tidak ada penilaian bahwa salah satu hadisnya maudhu’ oleh
beberapa orang meski ada kemungkinan kuat untuk membantahnya.[8]
6.
Al-Musnad karya
Abu Ya’la al-Maushili Ahmad bin Ali bin al-Mutsanna (210 H-307 H)
Musnad Abi Ya’la adalah suatu kitab al-Musnad yang besar. Ia juga menyusun kitab al-Musnad yang kecil. al-Musnad yang besar merupakan kitab sumber yang besar, lengkap dan derajat hadis-hadisnya mendekati hadis-hadis Musnad Imam Ahmad.
Baca selanjutnya, artikel yang lainya :
- Definisi Dan Kriteria Hadis Hasan
- Macam-Macam Hadis Hasan
- Kehujjahan Hadis Hasan
- Kitab-Kitab Yang Memuat Hadis Hasan
- Pengertian Hadis Dha'if & Kriteriannya
- Macam-Macam Hadis Dha'if
- Kehujjahan Hadis Dha’if
- Hadis Mutawattir
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Kuantitasnya
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Posisinya Dalam Hujjah
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Ketersambungan Sanad
- Klasifikasi Hadis Dari Segi Penyandaran Berita
- Hadis Qudsi
- Definisi Hadis Ahad
- Hukum Mengamalkan Hadis Ahad
- Kehujjahan Hadis Ahad Dalam Penetapan Hukum Menurut Ulama Empat Mazhab
DAFTAR
PUSTAKA
‘Itr, Nuruddin, Ulum al-Hadith, terj.Mujiyo. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar