Menurut Manna’ Khalil al-Qattan dalam Mabahith fi ‘Ulum al-Quran menyebutkan, di antara hikmah
diulang-ulangnya kisah dalam al-Quran adalah[1]:
1. Menjelaskan ke-balaghah-an al-Quran.
Sebab di antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam
berbagai macam bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang itu dikemukakan di
setiap tempat dengan uslub yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang
merasa bosan karenanya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru
yang tidak didapatkan saat membacanya di tempat lain.
2. Menunjukkan kehebatan mukjizat al-Quran. Sebab
mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah
satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, merupakan tantangan
dahsyat dan bukti bahwa al-Quran itu datang dari Allah.
3. Memberikan perhatian besar terhadap kisah
tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini
karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa
besarnya perhatian.
4. Perbedaan tujuan dari tiap pengulangan. Maka sebagian dari
makna-maknanya diterangkan di satu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan.
Sedangkan makna-makna lain-nya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan
tuntutan keadaan.
Baca artikel lain yang berkaitan;
- Pengertian Qashah Al-Qur'an
- Macam-Macam Qashah Al-Qur'an
- Faedah Qashah Al-Qur'an
- Hikmah Pengulangan Qashas Dalam Al-Qur'an
- Perbedaan Kisah Dalam Al Qur'an Dengan Yang Lainnya
- Realitas Kisah Dalam Al-Qur'an
- Biografi Ibn Katsir
- Kitab Tafsir Ibn Katsir
- Imam Fakhruddin Al-Razi
- Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib
[1]
Manna Al Qattan, Mabahits Fi Ulumil
Quran, 306.
Qattan(al), Manna. Mabahits Fi Ulumil Quran. Beirut: Muassasah Ar Risalah, 1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar