Secara umum hikmah dan tujuan adanya Nasakh
ialah untuk menjaga kemaslahatan manusia, dan kemaslahatan manusia berubah
seiring dengan berubahnya kondisi manusia dan alam sekitarnya.[1]
Tujuan Nasakh juga untuk mempermudah manusia dalam
menapaki hukum-hukum syariat. Pada awal mula dakwah Rasulullah SAW, masyarakat
Mekkah merasakan kesusahan yang luar biasa dalam menjalankan hukum syariat
Islam dan meninggalkan kebiasaan, adat-istiadat mereka, apalagi perpindahan
akidah mereka yang selama ini menyekutukan Allah menjadi mengesakan Allah.[2]
Oleh
karenanya dalam sejarah dakwah Islam, kita mengenal al-Tadrij fi al-Tashri’ yaitu mengajarkan syariat dan
menjalankannya secara bertahap.
Rasulullah
SAW pernah ditanya perihal hukum meminum khamar dan bermain judi, Rasulullah
SAW pun menjawab dengan bahasa Alquran surata Al-Baqarah ayat 219,
يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِۗ قُلْ
فِيْهِمَآ اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِۖ وَاِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ
نَّفْعِهِمَاۗ وَيَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ەۗ قُلِ الْعَفْوَۗ كَذٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَۙ
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat
bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "yang
lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir.”[3]
Jawaban Rasulullah SAW dari pertanyaan
tersebut sangatlah tepat dan bijak. Pada permulaan dakwah, Islam tidak langsung
mengharamkan khamar dan judi, melainkan menginformasikan bahwa bahaya dan efek
negatif khamar dan judi lebih besar dan banyak daripada keuntungan dan dampak
positifnya. Pada ayat tersebut, hukum khamar dan judi tidak disebutkan secara
gamblang dan transparan. Selang beberapa waktu, ayat tentang larangan salat
dalam keadaan mabuk turun, surat Al-Nisa ayat 43. Ayat tersebut mengisyaratkan
bahwa pelarangan khamar berlaku secara bertahap. Kemudian turun ayat yang
menjelaskan pelarangan khamar secara mutlak, surat al-Maidah ayat 90.[4]
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا
الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكَارٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا
جُنُبًا اِلَّا عَابِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗوَاِنْ كُنْتُمْ
مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ
اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا
طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ
عَفُوًّا غَفُوْرًا
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti
apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.”[5]
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ
وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”[6]
Nasakh adakalanya dari hukum yang berat menjadi hukum yang ringan, tujuan Nasakh jenis ini adalah untuk meringankan manusia dalam menjalankan syariat Islam, juga sebagai bentuk kasih-sayang Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya. Namun ada Nasakh yang berupa mengubah hukum yang mulanya mudah menjadi berat. Nasakh semacam ini bertujuan untuk menambah pahala dan kebaikan, menguji iman dan kesetiaan seorang hamba kepada Allah SWT dan syariat Islam.[7]
Baca artikel lain yang berkaitan;
- Pengertian Nasakh, Nasikh, Dan Mansukh
- Hukum Dan Dalil Nasakh
- Syarat-Syarat Nasakh
- Macam-macam Nasakh Dan Contohnya
- Cara Mengetahui Nasakh
- Nasakh Dalam Surat Alquran
- Tujuan Nasakh
- Perbedaan Antara Nasakh, Bada, dan Takhsis
- Nasikh Dan Mansukh Alquran
- Biografi Al-Qurtubi
- Mengenal Kitab Tafsir Al-Qurtubi
Ayyub, H{asan. al-H{adist fi ‘Ulumi Alquran wa al-H{adith. Kairo: Dar al-Salam, 2007.
Bik, Muhammad al-Hadari. Tarikh al-Tashri’ al-Islami. Surabaya: al-Hidayah, t.h.
Departemen Agama. Alquran dan Terjemahannya. Bandung: Sygma, 2009.
Effendy,Ahmad Fuad. Sudahkah Kita Mengenal Al-Quran. Malang: Misykat Indonesia, 2013.
Jalal, ‘Abdul. ‘Ulumul Qura’n. Surabaya: Dunia Ilmu, 2013.
Khallaf, ‘Abd al-Wahhab. ‘Ilm Usul al-Fiqh. Kairo: Dar al-H{adith, 2003.
Maliki (al), Abu Bakr Ibn al-‘Arabi. al-Nasikh wa al-Mansukh fi Alquran al-Karim. Lebanon: Dar al-Kutub al-‘Islamiyah, 2010.
Sijistani (al), Abu Dawud. al-Sunan. Stuttgart: Maknaz al-Islami Digital, 2010.
Suyuti (al), Jalal al-Din. al-Itqan fi Ulumi Alquran. Kairo: al-Maktabah al-Taufiqiyah, 2008.
______. al-Tahbir fi ‘Ilmi al-Tafsir . Beirut: Dar al-Fikr, 1996.
Qattan (al), Manna’ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS. Surabaya: Litera AntarNusa, 2013.
Zarkashi (al), Muhammad bin ‘Abdillah. al-Burhan fi ‘Ulumi Alquran. Beirut: Maktabah al-Asriyyah, 2006.
Zarqani (al), Muhammad ‘Abd al-‘Azim. Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Alquran. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi, 1996.
[1] ‘Abd al-Wahhab Khallaf, ‘Ilm Usul al-Fiqh..., 205.
[2] H{asan Ayyub, al-H{adist fi ‘Ulumi Alquran wa al-H{adist..., 115.
[3] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya..., 34.
[4] Muhammad al-Hadari Bik, Tarikh al-Tashri’ al-Islami ..., 21.
[5] Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya..., 85.
[6] Ibid., 123.
[7] H{asan Ayyub, al-H{adist fi ‘Ulumi Alquran wa al-H{adith..., 116.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar