HOME

30 Maret, 2022

ISLAM DI SPANYOL

 

BAB I

PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang

Islam adalah agama universal yang merangkul seluruh ras, suku, budaya, dan negeri apapun di dunia. Meski Islam lahir dan mulai berkembang di tanah Arab, hal itu tidak berarti Islam hanya diperuntukkan untuk orang Arab saja, melainkan Islam juga untuk seluruh alam.

Lahirnya Islam di tanah Arab memang memiliki beberapa keuntungan bagi orang Arab, namun tak semua orang Arab meyakini bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Demikian juga dengan negara-negara non Arab, Indonesia misalnya, walaupun Islam lahir jauh dari bumi Nusantara, hal ini tidak menghalangi penduduk Indonesia memeluk agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, bahkan Indonesia merupakan negeri dengan penduduk terbesar yang memeluk agama Islam, padahal secara letak geografis jarak Indonesia dengan Jazirah Arab sangatlah jauh.

Islam juga berkembang sampai Eropa, bahkan Amerika. Mayoritas umat Islam tak mengetahui, bahkan tak menyangka bila Islam pernah berjaya di negeri-negeri Eropa, seperti Prancis, Spanyol. Para pahlawan Islam berani menyeberang ke Eropa setelah mampu menaklukan negeri-negeri Afrika Utara.

Perkembangan Islam di Spanyol sangat pesat dan cepat sehingga ketika Islam runtuh dan mengalami kemunduran yang signifikan di Eropa, khususnya Spanyol, masih tersisa beberapa budaya, peradaban dan ornamen bangunan yang sarat akan unsur-unsur Islam. Kemajuan Eropa di segala bidang baik politik, keilmuwan, infrastuktur, merupakan buah dari peradaban Islam di Spanyol. Setelah datangnya Islam Spanyol menjadi negeri ideal yang menjadi rujukan Eropa dalam segala bidang apapun.

      

    B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana letak geografis Spanyol?

2.      Bagaimana proses masuknya Islam ke Spanyol?

3.      Apa faktor penyebab mudahnya Islam masuk ke Spanyol?

4.      Bagaimana perkembangan Islam di Spanyol?

5.      Apa yang disumbangkan Islam dalam memajukan peradaban Spanyol?

6.      Apa penyebab dan kehancuran Islam di Spanyol?

7.      Apa pengaruh peradaban Spanyol-Islam di Eropa?

         

    C.    Tujuan

1.      Mengetahui letak geografis Spanyol.

2.      Memahami proses masuknya Islam di Spanyol.

3.      Mengetahui faktor penyebab mudahnya Islam memasuki Spanyol.

4.      Mengetahui berkembangnya Islam di Spanyol.

5.      Mengerti hal-hal yang telah disumbangkan Islam untuk kemajuan peradaban Spanyol.

6.      Memahami penyebab dan faktor kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol.

7.      Mengerti pengaruh peradaban Spanyol-Islam di Eropa.

 

    D.    Manfaat

1. Bagi penulis, dengan makalah ini Penulis menjadi paham dan mengerti sejarah perkembangan Islam di Spanyol.

2.   Bagi pembaca, makalah ini bisa menjadi sebuah rujukan singkat tentang perkembangan Islam di Spanyol.


BAB II

PEMBAHASAN

    A.    Letak Geografis dan Sebutan Andalusia

Andalusia pada masa sekarang ini terletak di kawasan Spanyol dan Portugal. Atau biasa dikenal sebagai Semenanjung Iberia. Luas Spanyol dan Portugal sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir.[1]

Andalusia merupakan negera yang terletak di arah baratdaya di ujung benua Eropa. Secara geografis, Andalusia hanya terpisahkan sebuah selat sempit dengan ujung benua afrika. Setelah Islam mampu menaklukkan Andalusia, selat tersebut dinamakan Selat Gibraltar. Lebar Selat Gibraltar sekitar 12,8 km.[2] Selat Gibraltar memisahkan lautan Tengah dengan lautan Atlantik.[3]               

Andalusia merupakan nama Semenanjung Iberia pada masa dinasti Umayyah.[4] Sebelum ditaklukkan bangsa Visigoths pada 507 M, Semenanjung Iberia pernah dihuni oleh bangsa Vandal atau Wandal. Wilayah mereka disebut Vandalusia.[5]

Raghib As-Sirjani dalam Bangkit dan Runtuhnya Andalusia menyebutkan, bahwa konon ada beberapa suku-suku kanibal yang berasal dari utara Skandinavia, dari kawasan Denmark, Swedia, Norwegia dan sekitarnya; mereka menyerang dan menguasai Andalusia, lalu menetap di sana dalam kurun waktu yang sangat lama. Adapula yang berpendapat suku-suku itu berasal dari Jerman.[6]

Suku Vandal adalah suku yang memiliki tabiat yang keras, kejam, dan sangat tidak kompromi dalam segala aturan yang mereka ciptakan. Jika memang benar apa yang dikatakan As-Sirjani, bahwa ada beberapa suku kanibal yang pernah menyerang Andaluisa dan menguasainya, maka kata Vandal sesuai dengan arti sebenarnya.

Vandalism dalam bahas Inggris berarti kekejaman, keberingasan, keganasan, dan perusakan. Kata ini juga bermakna cara dan tatanan kehidupan yang kuno dan udik. Suku ini dengan sendirinya meninggalkan Andalusia. Kemudian Andalusia dikuasai oleh kelompok Kristen lainnya yaitu “Gothik” atau “Gothik Barat”. Suku Ghotik Barat menguasai Andalusia setelah melayangkan desakan yang sangat luar biasa kepada suku Vandal untuk mundur meninggalkan Andalusia.[7] Ghotik Barat terus menguasai Andalusia hingga pasukan muslimin datang dan merebut Andalusia.[8]

 

    B.     Proses Islam Masuk ke Spanyol

Masuknya Islam ke Spanyol bermula dari dikuasainya Afrika bagian utara. Karena letak geografis yang sangat dekat dengan Afrika Utara, Spanyol menjadi pilihan utama untuk menyebarkan Islam di Eropa.

Afrika Utara dikuasai sepenuhnya oleh umat Islam pada zaman Khalifah ‘Abdul Malik (685-705 M.) dari dinasti Umayyah. Ia menunjuk Husna bin Nu’man sebagai gubernur, kemudian Husna bin Nu’man diganti oleh Musa bin Nusair.[9]

Tahun 705 M. Jabatan Khalifah jatuh ke tangan Al-Walid. Di zaman Al-Walid inilah, Musa bin Nusair[10] memperluas wilayah kekuasaannya dengan menguasai Al-Jazair dan Maroko. Bahkan selain itu, Musa bin Nusair mampu menaklukkan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak berbuat onar dan kekacauan lagi seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.[11]

Al-Walid mengizinkan gubernurnya, Musa bin Nusair, untuk ekspansi Islam ke Spanyol. Mulanya, Musa bin Nusair mengirim pasukan yang dipimpin oleh Tarif bin Malik untuk menjajagi daerah-daerah sasaran.[12]

Al-Walid mengizinkan Musa bin Nusair melakukan ekspansi ke Spanyol karena, menurut penulis, Spanyol lebih menjanjikan daripada negeri-negeri Afrika yang secara letak geografisnya panas, penuh dengan gurun sahara dan tidak nyaman. Al-Walid juga melihat masa depan Islam akan lebih berkilau jika kaum muslimin mampu menaklukkan Spanyol dan Eropa. Tentu pandangan dan wacana Al-Walid ini tidak luput dari siasat dakwah memperluas dan menyebarkan agama Islam, juga siasat politik untuk menguasai kawasan yang strategis dan menguntungkan.

Tarif bin Malik memimpin setidaknya 500 pasukan orang tentara muslim pada tahun 710 M.[13] Ia menyeberangi selat yang berada di Maroko yang menghubungkan benua Afrika dengan Eropa. Dengan membawa pasukan yang berjumlah cukup besar, Tarif melakukan ekspedisi ke Eropa. Dalam penyerbuan itu Tarif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti. Ia mampu dengan mudah menang dan membawa pulang ke Afrika Utara harta rampasan yang melimpah.[14]

Terdorong oleh keberhasilan Tarif dan melihat adanya konflik penguasa di kerajaan Spanyol Ghotik Barat, juga didorong hasrat memperoleh harta rampasan yang lebih banyak, Musa mengutus budak Berber yang sudah dibebaskan yaitu Tariq bin Ziyad[15] pada tahun 711 M ke Spanyol dengan pasukan 7000, yang mayoritas terdiri dari orang-orang Berber. Tariq mendarat di dekat gunung batu besar yang kelak mengabadikan namanya, Jabal (gunung) Tariq (Gibraltar).[16]

Setelah menguasai Gibraltar, pintu untuk menguasai Spanyol terbuka lebar. Pasukan Tariq bin Ziyad mampu mengalahkan tentara Raja Roderick[17] di suatu tempat bernama Bakkah. Dengan menaklukkan Bakkah, Tariq dan pasukannya dengan mudah menguasai Cordova, Granada, dan Toledo.[18]

Sebelum Tariq menaklukkan Toledo yang merupakan Ibukota kerajaan Ghotik saat itu, ia meminta pasukan tambahan ke Musa bin Nusair di Afrika Utara. Musa mengirim 5000 personel bersenjata, sehingga jumlah pasukan Tariq menjadi 12.000 orang. Jumlah ini tidak sebanding dengan musuh yang akan dihadapi dengan jumlah 100.000 pasukan Raja Roderick.[19]

Berbeda dengan Badri Yatim dan Samsul Munir Amin, Philip K. Hitti dan Dedi Supriyadi berpendapat bahwa Raja Roderick mengirimkan 25.000 pasukan penangkal untuk menghadapi paukan Tariq bin Ziyad yang berjumlah 12.000.[20]

Raghib As-Sirjani cenderung meyakini pasukan Raja Roderick berjumlah 100.000 prajurit kavaleri.  Ia memaparkan bahwa perhitungan jumlah pasukan Roderick memang berbeda-beda di kalangan ahli sejarah; tapi perhitungan paling sedikit 40.000, pendapat ini sebagaimana disebutkan Ibnu Khaldun dalam Tarikh nya. Adapun jumlah pasukan Roderick paling banyak adalah 100.000 orang, seperti yang telah dinukil dari Al-Himyari dalam Ar-Raudh Al-Mi’thar fi Khabar Al-Aqthar, juga Al-Muqri dalam Nafh At-Thib nya dan Husain Mu’nis dalam Fajr Al-Andalus.[21]

Pada tanggal 19 Juli 711 M (28 Ramadan 92 H), terjadilah pertempuran yang paling sengit dalam sejarah kaum muslimin di Lembah Barbate[22].[23] Tariq bin Ziyad dengan pasukan 12.000 dan dengan persenjataan yang seadanya serta pasukan yang lebih banyak infanteri daripada kavaleri. Hal ini berbeda dengan pasukan Roderick yang berjumlah 100.000 dengan persenjataan lengkap dan menaiki kuda (kavaleri).

As-Sirjani menganggap pertempuran ini paling sengit, karena menurut penulis, jumlah kedua pasukan yang banyak dan ini peperangan pertama kali di benua Eropa yang melibatkan jumlah pasukan yang sangat banyak. Peperangan ini juga tidak hanya untuk mempertahankan wilayah kenegaraan saja, tapi juga melibatkan peperangan ideologi, antara Islam dan Kristen. Peperangan inilah yang akan menentukan nasib Spanyol dan Eropa beberapa tahun ke depan.

Pertempuran tersebut berlangsung selama delapan hari berturut-turut.[24] Suara pedang berdentingan, darah  bercucuran, dan korban dari kedua pasukan berjatuhan. Meski dengan jumlah yang jauh lebih sedikit, kaum muslimin tak gentar dan terus dengan gencar melakukan perlawanan dan kuat dalam bertahan. Kaum muslimin berhasil melumpuhkan pasukan Roderick dan memperoleh kemenangan yang sangat luar biasa.

Philip K. Hitti menyebutkan bahwa kemenangan kaum muslimin juga didukung membelotnya dan pengkhianatan pasukan Roderick karena berbeda haluan dalam pandangan politik. Adapun Roderick, keberadaannya setelah itu tidak bisa dilacak. Kebanyakan sumber baik kronik Arab maupun Spanyol, menyatakan bahwa Roderick menghilang.[25] Ada yang mengatakan Roderick tewas terbunuh, namun dalam catatan sejarah yang lain disebutkan bahwa Roderick melarikan diri ke arah utara. Bisa dipastikan bahwa nama Roderick tak pernah disebut lagi setelah peperangan delapan hari berturut-turut tersebut.[26]

As-Sirjani menulis isi khutbah Tariq bin Ziyad untuk membakar semangat juang pasukannya. Banyak buku sejarah yang tak menyebutkan atau menguraikan isi khutbah Tariq, namun As-Sirjani menulisnya dengan lengkap dalam Bangkit dan Runtuhnya Andalusia nya dengan menukil Ibnu Khilkan dalam Wafayat Al-A’yan dan Al-Maqirri At-Tilmisany dalam Naft Ath-Thib. Berikut isi khutbah Tariq bin Ziyad:[27]

“Wahai sekalian pasukan muslimin! Ke mana kalian akan pergi? Lautan di belakang kalian dan musuh di depan kalian. Maka demi Allah, kalian tidak punya pilihan lagi, kecuali bersungguh-sungguh dan bersabar!

Ketahuilah, bahwa kalian di pulau ini jauh lebih sebatang kara dari anak-anak yatim. Musuh kalian telah menyambut kalian dengan pasukan dan persenjataan serta makanan yang serba lengkap. Sementara kalian sama sekali tidak mempunyai tempat berlindung selain pada pedang-pedang kalian. Kalian tidak mempunya perbekalan kecuali apa yang kalian rampas dari musuh-musuh kalian. Jika peperangan ini berkepanjangan dan kalian tidak segera mengatasinya, maka kekuatan kalian akan binasa. Berhat-hatilah, musuh kalian yang awalnya takut kepada kalian akan berganti berani melawan kalian. Karena itu, hilangkan rasa khawatir, takut, dan ragu dari hati kalian akan apa yang terjadi dengan menghadapi sang thaghut ini. Karena kotanya yang terbentengi itu telah menyerahkannya kepada kami.

Sesungguhnya sangat mungkin bagi kita untuk memanfaatkan kesempatan ini jika kalian merelakan kematian. Dan aku, jika aku mengingatkan kalian terhadap satu hal, maka aku juga ikut menanggungnya. Aku juga tidak pernah membebani kalian untuk mengorbankan nyawa kalian, kecuali aku sendiri telah memulainya.

Ketahuilah, jika kalian bersabar sedikit menghadapi hal yang paling berat, niscaya kalian akan  menikmati kenyamanan dan kelezatan dalam waktu yang panjang. Jadi, jangan memandang bahwa diri kalian telah berjasa kepadaku ketika kalian mendapatkan bagian yang lebih banyak dari bagianku. Mungkin kalian telah mengetahui tentang wanita-wanita cantik yang tumbuh dan lahir di pulau ini, yang berasal dari keturunan Yunani, perhiasan-perhiasan yang terbuat dari emas murni, serta wanita-wanita pingitan yang tinggal di dalam istana-istana yang bermahkota. Dan Al-Walid bin ‘Abdul Malik telah memilih kalian sebagai pahlawan-pawhlawan, serta meridoi kalian menjadi ipar dan kerabat para raja di pulau ini. Itu karena ia percaya bahwa kalian sangat tenang menghadapi tikaman-tikaman prajurit musuh, kelapangan dada kalian menghadapi tekanan-tekanan pasukan musuh yang berjalan kaki maupun yang berkuda; agar mendapatkan balasan Allah karena telah menegakkan agama-Nya, menampakkan agama-Nya di pulau ini, sehingga harta rampasan perangnya murni menjadi milik kalian, bukan milik khalifah dan kaum muslimin selain kalian. Dan Allah yang akan menolong kalian hingga nama kalian dikenang di dunia dan akhirat.

Ketahuilah, aku adalah orang yang pertama kali memenehui suruanku kepada kalian. Dan, sungguh aku akan berada di tempat pertempuran kedua pasukan, aku akan membawa diriku menghadapi thaghut itu; Roderick, dan membunuhnya, insha Allah. Maka bertahanlah bersamaku. Jika aku akhirnya gugur menghadapinya, maka setidaknya aku telah meringankan kalian dari bebannya. Kalian tidak akan kekurangan seorang pahlawan yang cerdas yang dapat kalian serahkan urusan kalian kepadanya jika aku akhirnya gugur sebelum sampai ke sana. Maka jika aku gugur, segeralah angkat penggantiku untuk menyelesaikan misiku ini, dan sabarkanlah diri kalian bersamanya. Cukupkanlah tekad kalian untuk menaklukkan pulau ini dengan membunuhnya, karena sepeninggalnya pastilah mereka akan segera dikalahkan.

Khutbah Tariq sangat luar biasa dan mempu membakar semangat juang pasukan Islam, namun penulis menyayangkan beberapa poin isi khutbah tersebut. Tariq terlalu banyak mengulang tentang kenikmatan duniawi dalam khutbahnya. Seakan-akan titik fokus dan tujuan dari peperangan itu adalah agar pasukan Islam bisa menikmati harta rampasan dari musuh dan menguasai Spanyol dengan suka cita. Terlepas dari itu, khutbah Tariq mampu mengubah Spanyol menjadi negara Islam.

Dari hasil kemenangan peperangan ini ada beberapa catatan penting, di antaranya:[28]

1. Spanyol/Andalusia akhirnya menutup lembaran kelamnya. Kebodohan, kehancuran, kesenjangan sosial, kezaliman dan kelaliman terkikis sirna, dan dimulailah lembaran kebangkitan dan kemajuannya.

2. Kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yang sangat banyak; di antaranya kuda. Mereka berperang dengan jalan kaki (infanteri) dan pulang dengan membawa kuda-kuda pasukan kavaleri (berkuda) Roderick.

3.  Kaum muslimin berjumlah 12.000 dan tersisa 9.000. Hal ini menunjukkan bahwa yang syahid dalam peperangan tersebut berjumlah 3000 syuhada.

Ada satu poin hasil kemenangan pasukan muslimin yang terlupakan oleh As-Sirjani, yaitu dengan kemenangan ini, maka panji-panji Islam mulai berkibar di bumi Eropa dan masa depan Islam di Eropa, khususnya Spanyol, menemukan titik terang. Dengan dikusainya Spanyol dan runtuhnya kekusaan Roderick, Islam semakin mudah dikembangkan di daerah atau kota-kota di sekitar kekuasaan Roderick.

Setelah kemenangan penting ini, pasukan muslim berjalan melintasi kota-kota Spanyol dengan mudah, dan hampir tanpa perlawanan yang berarti. Ecija, jalan menuju Toledo, Sevilla, Granada, Arkidona, Elvira, Malaga, dan Cordova berhasil ditaklukan dan berada di tangan kaum muslimin.[29]

Cemburu akan keberhasilan letnannya yang tak terduga dan sangat fenomenal, Musa bergerak menuju Spanyol dengan 10.000 pasukan yang terdiri dari orang non Arab dan orang Arab Suriah pada Juni 712. Tujuannya adalah menyerang kota-kota kecil dan benteng-benteng yang belum ditahlukkan Tariq bin Ziyad, seperti Medina Sidon dan Carmona. Sevilla yang merupakan kota terbesar dan pusat intelektual Spanyol serta pernah menjadi ibukota Romawi, bertahan cukup lama dan memberikan perlawanan yang sangat gigih. Namun kota ini berhasil dikuasai setahun berikutnya, pada 1 Juni 713.[30]

Setelah Spanyol dengan kota-kota di sekitarnya jatuh ke tangan umat Islam, sejak saat itu secara politik Spanyol berada di bawah kekuasaan khalifah Bani Umayah.

Dengan demikian kekuatan politik Bani Umayyah saat itu  meluas ke barat dan timur yang meliputi Afrika Utara, Mesir, bahkan Andalusia, dan India serta perbatasan Cina.[31]

 

    C.    Faktor-faktor Penyebab Mudahnya Islam Masuk Spanyol

Ada dua faktor yang menjadi penyebab mudahnya Spanyol ditahlukkan oleh kaum muslimin, internal dan eksternal.

Faktor internal adalah kegigihan dan kedisiplinan prajurit muslim dalam peperangan.[32] Mereka tak takut mati. Semangat juang mereka sangat luar biasa. Dan koordinasi antara pimpinan pasukan dan pasukan sangat harmoni sehingga menciptakan sebuah persatuan dan kesatuan yang utuh. Persamaan visi dan misi juga ikut andil dalam mempermudah menahlukkan musuh.

Adapun faktor eksternal terbagi menjadi beberapa poin, di antaranya:[33]

1.    Perpecahan politik di tubuh penguasa kerajaan Ghotik Spanyol. Witizia yang mulanya memimpin Ghotik disingkirkan begitu saja oleh Roderick. Bahkan ada yang mengatakan Witizia dibunuh Roderick.[34] Tak hanya itu, Roderick juga merampas kekuasaan dari anak Witizia, Achila. Setelah berkuasa, Roderick memindah ibukota dari Sevilla ke Toledo. Beberapa hal inilah yang memancing Oppas dan Achila, kakak dan anak Witizia, untuk menghimpun kekuatan menumbangkan Roderick. Roderick juga bersitegang dengan Julian. Julian, penguasa Septah, memiliki hubungan baik dengan Witizia dan memutuskan bergabung dengan kaum muslimin untuk menghancurkan Roderick.[35]

2.    Kondisi sosial dan ekonomi Spanyol. Perpecahan politik memperburuk keadaan sosial dan ekonomi masyarakat Spanyol. Perekonomian Spanyol cukup baik saat berada di bawah kekuasaaan Romawi. Namun perekonomian lumpuh saat kerajaan Ghotik berkuasa di Spanyol. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi dengan kemelaratan, ketertindasan.[36]

3.    Intoleransi antar agama atau aliran agama. Penganut agama Yahudi yang merupakan agama terbesar saat itu di Spanyol dipaksa dibaptis masuk ke agama Kristen. Sedangkan yang tidak bersedia akan disiksa, dan dibunuh secara sadis.

4.    Pasukan Roderick yang tidak bersatu dan membelot. Hal ini sangat menguntungkan kaum muslimin, kehidupan yang serba tertekan dan tidak mengenakkan menjadikan pasukan Roderick tidak bersemangat dalam berjuang. Bahkan pasukan Roderick dari kaum Yahudi membelot dan melakukan pengkhianatan dengan bergabung dan mendukung kaum muslimin. Tentu hal ini sangat membantu kaum muslimin dalam menjemput kemenangan mengalahkan pasukan Roderick.


 BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN


    D.    Perkembangan Islam di Spanyol

Samsul Munir dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, mengutip tulisan Badri Yatim, ia membagi perkembangan Islam di Spanyol menjadi 6 periode sebagai berikut:[37]

1.      Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, spanyol berada di bawah kekuasaan Bani Umayah. Jadi pemegang pemerintahan di Spanyol adalah wali yang ditunjuk oleh khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada fase ini, Spanyol mengalami dua gangguan sekaligus, baik dari internal maupun eksternal.

Politik Spanyol masih dalam keadaan labil karena memang masih seumur jagung. Konflik internal antar elite politik dan penguasa tak bisa diredam dengan baik sehingga mempengaruhi jalannya roda pemerintahan yang baru.

Adapun gangguan eksternal adalah datang dari musuh-musuh Islam yang masih tersisa di Spanyol yang tinggal di pegunungan.

Menurut pandangan penulis memang sangat wajar bahwa permulaan terasa berat dan susah. Merintis lebih sulit dari melanjutkan. Demikianlah kalimat yang cocok untuk keadaan Spanyol pada periode ini.

Pada periode ini Andalusia dipimpin oleh Al-Wali atau gubernur. Ada 22 gubernur yang memimpin Andalusia pada masa Al-Wulat ini, atau lebih tepatnya 20 gubernur karena 2 di antaranya menjabat sebanyak 2 kali.[38]

Berikut nama-nama gubernur Andalusi/Spanyol pada periode pertama ini:[39]

 

No.

Nama Gubernur

Masa Jabatan

1.

Thariq bin Ziyad

711-713 M

2.

Musa bin Nusair

713-714 M

3.

Abdul Aziz bin Musa

714-716 M

4.

Ayub bin Habib Al-Lahmi

716-717 M

5.

Al-Hur bin Abdurrahman As-Saqafi

717-719 M

6.

Samah bin Malik Al-Khaulani

719-721 M

7.

Abdurrahman Al-Ghafiqi[40]

721-721 M

8.

Anbasah Al-Kalbi

721-725 M

9.

Uzrat Al-Fikhri

725-726 M

10.

Yahya bin Salmah Al-Kalbi

726-729 M

11.

Huzaifah bin Al-Ahwas

729-729 M

12.

Usman bin Abi Nisat Al-Kasai

729-730 M

13.

Haitsam bin Ubaid Al-Kinani

730-731 M

14.

Muhammad bin Abdul Malik

731-732 M

15.

Abdurrahman Al-Ghafiqi

732-733 M

16.

Abdul Malik bin Qatan[41]

733-735 M

17.

Uqbah bin Al-Hajjaj

735-740 M

18.

Abdul Malik bin Qatan

740-741 M

19.

Balj bin Bashar Al-Kusairi

741-742 M

20.

Tsalabah bin Salamah

742-743 M

21.

Hisam bin Darar Al-Kalbi

743-748 M

22.

Yusuf bin Abdurrahman bin Habib

748-756 M

 

2. Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini Spanyol berada di bawah kekuasaan khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama yang memimpin adalah ‘Abdurrahman I pada tahun 755 M. Ia diberi gelar “Ad-Dakhil” yang berarti orang yang masuk. Ad-Dakhil keturunan Bani Umayah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayah di Damaskus. Selanjutnya Ad-Dakhil berhasil mendirikan Dinasti Umayah di Spanyol. Penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman Ad-Dakhil, Hisham I, Hakam I, ‘Abdurrahman Al-Ausat, Muhammad bin ‘Abdurrahman, Munzir bin Muhammad, dan ‘Abdullah bin Muhammad.

Mulai periode ini Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan dalam bidang politik dan peradaban. Ad-Dakhil juga mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah besar di Spanyol. Hisham berjasa dalam menerapkan dan menegakkan hukum Islam. Hakam dikenal sebagai pembaharu di bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan ‘Abdurrahman Al-Ausat masyhur kecintaannya akan ilmu. Pada pemerintahan Al-Ausat pemikiran filsafat mulai memasuki Spanyol. Ia juga mendatangkan para pemikir dan ahli dunia Islam dari luar Spanyol untuk mengajar dan menghidupkan kegiatan ilmu pengetahuan Islam di Spanyol.

Pada periode ini, tepatnya pertengahan abad 9, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi dan tak bisa dibendung. Stabilitas negara terganggu dengan adanya gerakan Kristen fanatik yang meneriakkan kesyahidan. Namun tak semua pemeluk Kristen meresponnya dengan positif gerakan itu, karena pemerintah Islam memberikan kebebasan dalam beragama dan memperbolehkan umat Kristen memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum dan undang-undang agama Kristen.

Tak hanya itu, gesekan-gesekan konflik juga muncul dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo membentuk negara kota yang berlangsung hingga 80 tahun. Dan perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab terus meruncing dan tak bisa diredam.

Berikut nama-nama Amir Andalusi/Spanyol pada periode kedua ini:[42]

No.

Nama Amir

Masa Jabatan

1.

Abdurrahman Ad-Dakhil

756-788 M

2.

Hisham I

788-796 M

3.

Hakam I

796-822 M

4.

Abdurrahman II

822-852 M

5.

Muhammad I

852-886 M

6.

Mundzir

886-888 M

7.

Abdullah

888-912 M

 

3.      Periode  Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan ‘Abdurrahman An-Nasir sampai munculnya Muluk At-Tawaif[43]. Pada periode ini Spanyol dipimpin penguasa bergelar khalifah. Penggunanan gelar khalifah mulanya digunakan oleh Abdurrahman An-Nasir ketika mendengar kabar, bahwa Al-Muqtadir, khalifah Bani Abbasiyah meninggal dibunuh pengawalnya. An-Nasir menggunakan memonetum ini untuk mengembalikan kekhalifhan Bani Umayyah yang telah hilang 150 tahun. Ia pun memproklamirkan diri sebagai khalifah Andalusia. Gelar ini dipakai mulai 929 M. Ada tiga khalifah besar yang memimpin Spanyol pada periode ini: Abdurrahman An-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), Hisham II (976-1009 M).

Spanyol mengalami puncak kejayaan pada masa ini, menyaingi daulat Abbasiyyah. An-Nasir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakannnya memiliki koleksi ratusan ribu buku. An-Nasir dengan semangat serta jiwa nasionalismenya mampu menyelesaikan masalah-masalah utama yang diwariskan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya, hingga Spanyol menjadi negara yang aman, tentram, dan makmur.[44]

Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan berlangsung begitu cepat.

Meskipun Hakam II termasuk penguasa terbaik Spanyol, namun di masa akhir kekuasaannya ia telah melakukan kesalahan terbesar. Pada masa akhir kekuasaannya ia menderita penyakit stroke dan mengangkat putra tertuanya Hisham bin Hakam yang saat itu masih berumur 11 tahun. Hakam mengangkat seorang anak yang masih berumur jagung untuk mengurus Spanyol.[45]

Di masa pemerintahan Hisham inilah awal mula hancurnya khilafah Bani Umayyah di Spanyol. Tahun 1009 M, Hisham mengundurkan diri, namun beberapa orang yang dicoba menjadi khalifah tak mampu memperbaiki keadaan. Tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan khalifah. Saat itu Spanyol terpecah menjadi negara-negara kecil atau dikuasai oleh Muluk At-Tawaif.

Berikut nama-nama khalifah Andalusi/Spanyol pada periode ini:[46]

No.

Nama Khalifah

Masa Jabatan

1.

Abdurrahman An-Nasir

912-961 M

2.

Hakam II

961-976 M

3.

Hisham II

976-1009 M

4.

Muhammad II

1009-1010 M

5.

Sulaiman Al-Mustain

1010-1010 M

6.

Hisham II

1010-1013 M

 

4.      Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini Spanyol terkotak-kotakkan menjadi beberapa negara kecil dan dipimpin oleh Muluk At-Tawaif yang berpusat di Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Hal ini mencerminkan adanya ketidakharmonisan etnik dan persaingan antar kelompok militer di Spanyol.[47]

Pada masa ini Spanyol mengalami konflik intern. Ironisnya, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Pada fase pemerintahan ini pulalah, kaum Kristen mulai melancarkan serangan-serangannya kepada umat Islam Spanyol.

Meski dunia perpolitikan carut marut saat itu, namun dunia keilmuan dan keintelektualan terus berkembang dan terus lahir sarjana-sarjana yang luar biasa.

 

5.      Periode Kelima (1086-1248 M)

Periode ini Spanyol dipimpin oleh dua dinasti, Murabithun (1086-1143 M) dan Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf bin Tashfin di Afrika Utara. Philip K. Hitti menulis dalam History of the Arabs nya bahwa, dinasti Murabitun ialah sebuah paguyuban militer keagamaan yang didirikan oleh seseorang yang saleh di sebuah ribath[48].[49]

Yusuf bin Tashfin masuk Spanyol atas “undangan” raja-raja atau Muluk At-Tawaif yang tengah memikul beban berat dalam mempertahankan negeri-negerinya dari gempuran dan serangan-serangan umat Kristen.

Yusuf bin Tashfin memasuki Spanyol pada 1086 M dan berhasil mengalahkan Castilia. Karena melihat adanya perpecahan di kalangan Muluk At-Tawaif, Yusuf melangkah lebih jauh ingin menguasai Spanyol. Ia pun berhasil. Akan tetapi penguasa-penguasa yang menggantikan Yusuf adalah raja-raja yang lemah. Hal ini berbunut pada kekuasaan dinasti Murabithun yang berakhir pada tahun 1143 M baik di Spanyol maupun di Afrika Utara.

Setelah dinasti Murabithun berakhir, kekuasaan digantikan dinasti Muwahhidun[50]. Dinasti ini didirikan oleh Muhammad bin Tumart.[51] Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol pada 1114 di bawah pimpinan Abd Al-Mun’im. Antara 1114 sampai 1154 M, kota-kota Islam penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada berhasil dikuasai. Dalam beberapa dekade dinasti mengalami banyak kemajuan dan kekuatan Kristen dapat dipukul mundur setelah pada tahun 1118 M mampu menguasai Saragossa. Akan tetapi tidak lama setelah itu dinasti Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa.

Dengan keambrukan kekuasaan Muwahhidun dan kekalahan demi kekalahan yang dialami, penguasa Muwahhidun memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Keadaaan Spanyol semakin runyam. Kristen semakin merajalela menyerang negara-negara kecil dan menguasainya. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan Kristen dan Seville juga dikuasai pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol lepas kecuali Granada.

 

6.      Periode Keenam (1248-1492 M)

Seperti yang telah tertulis pada periode kelima, bahwa seluruh daerah di Spanyol telah berada di tangan Kristen kecuali Granada. Maka pada periode keenam ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah kekuasaan dinasti Bani Ahmar[52].

Pada periode ini pemerintahan Granada menjadi tak jelas dan semrawut. Para pemimpin Bani Ahmar saling berebut kekuasaan dan tak bisa menyelesaikan konflik internal mereka. Hal ini terbukti dengan masa 1232-1492 M ada 21 sultan yang memerintah, dan enam di antaranya memerintah dua kali. Satu satu sultan al-Mutamassik memerintah tiga kali (1417-1427 M, 1429-1432 M, 1432-1444 M).[53]

Kehancuran Granada dilengkapi dengan bersekutunya keturunan Bani Ahmar, Muhammad Abu ‘Abdillah ke kaum Kristen. Muhammad Abu ‘Abdillah meminta bantuan ke dua penguasa kaum Kristen, Ferdinand dan Isabella, untuk merebut kekuasaan Bani Ahmar dari tangan saudaranya Muhammad bin Sa’ad. Cita-cita Muhammad Abu ‘Abdillah terwujud dan ia naik tahta menjadi penguasa Granada.

 Ferdinan dan Isabella akhirnya mempertemukan dan mengawinkan dua kerajaan Kristen, lalu menyerang Muhammad Abu ‘Abdillah. Muhammad Abu ‘Abdillah akhirnya menyerahkan kekuasaannya, kemudian ia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol secara keseluruhan pada tahun 1492 M.

 

    E.     Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol

Semenjak datangnya Islam di Spanyol, keadaan Spanyol berubah lambat laun menjadi sebuah bangsa yang memiliki nilai-nilai positif. Perubahan demi perubahan dibawa oleh para penguasa Islam di Spanyol. Spanyol yang mulanya negara dengan banyak kecatatan hukum, politik, sosial, hingga dalam beragama menjelma menjadi negara yang adil, tentram, makmur, sentosa dan toleran dalam menjalankan syariat agama masing-masing penduduknya.

Sumbangsih yang diberikan Islam kepada Spanyol sangatlah banyak dan beragam. Berikut akan penulis paparkan beberapa kemajuan yang tak bisa dielakkan dalam sejarah Spanyol, bahkan Eropa:

1.      Bidang Keilmuan

        Umat Islam Spanyol telah menggoreskan tinta emas dalam sejarah bangsanya. Pada pertengahan abad 8 hingga 13, nafas intelektual yang dimiliki bangsa Spanyol begitu dalam dan mengagumkan.[54]

Spanyol menjadi negeri yang subur dalam hal keilmuan. Datangnya para pemikir dan munculnya para pemikir baru, menegaskan bahwa Spanyol pernah menjadi sebuah negara yang membubulkan namanya dalam peringkat teratas dunia intelektual.

Meski masyarakat Spanyol majemuk dan sangat dinamis, namun komunitas Arab[55], Barbar[56], Al-Saqakibah[57], Yahudi dan Kristen Muzareb[58] di Spanyol saling memberi sumbangsih dalam dunia intelektual dan pendidikan di Spanyol. Hanya Kristen yang menentang kehadiran dan pemerintahan Islam saja yang apatis dan enggan untuk ikut serta dalam memajukan dunia keilmuan dan pendidikan Spanyol.[59]

a)      Tafsir

     Salah satu ahli tafsir yang sangat terkenal adalah Imam Al-Qurtubi. Nama lengkapnya Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al-Ansari Al-Khazraji Al-Andalusi (w. 1273 M). Karya tafsirnya sangat fenomenal dan menjadi rujukan para ulama tafsir dan fikih, yaitu Al-Jami’u li Ahkami Al-Quran[60], yang terdiri dari 20 jilid dengan nama populer Tafsir Al-Qurtubi.[61] Al-Qurtubi merupakan asli dari kata Cordova atau Cordoba, namun logat Arab menyebutnya dengan Qurtuba.

b)     Fikih

     Mazhab fikih yang berkembang di Spanyol adalah mazhab Maliki[62]. Adapun yang menyebarkan dan mengembangkan mazhab fikih ini Ziyad bin ‘Abdrrahman. Para ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr bin Al-Qutiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluti, Ibnu Rushd[63], As-Shatibi[64].[65]

c)      Qiraat

    Ilmu ini membahas tentang tatacara membaca lafal-lafal Al-Quran dengan baik dan benar. Ilmu Qiraat amat berkembang di Spanyol. Abu Amr Al-Dani Utsman bin Said (w.444 H) adalah ulama ahli Qiraat di zamannya. Dia sangat terkenal di Spanyol. Sekitar 120 buku yang telah ia tulis, di antaranya Al-Muqni’u wa At-Taisir.[66]

d)     Filsafat

     Muhammad bin ‘Abdillah bin Misarrah Al-Batini (w. 319 H) dari Cordova dikenal sebagai orang yang pertama menekuni filsafat di Andalusia. Ilmu filsafat begitu pesat perkembangannya pada masa An-Nasir dan mencapai puncaknya pada masa Al-Muntasir.[67] Namun Badri Yatim menyebutkan, bahwa tokoh utama dan pertama dalam sejarah falsafat Arab-Spanyol adalah ‘Abu Bakr Muhammad bin Al-Sayigh yang lahir di Saragosa sekitar abad 4.[68]

Jika mengkomparasikan antara dua pendapat tersebut, penulis lebih condong ke pendapat pertama bahwa tokoh utama dan pertama yang memprakarsai ilmu filsafat di Spanyol adalah  Muhammad bin ‘Abdillah bin Misarrah Al-Batini karena ia meninggal pada tahun 319 H, yang mana saat abad itu juga lahirlah As-Sayigh.

Pada akhir abad ke12 M, munculnya pengikut Aristoteles yang sangat terkenal dalam sejarah ilmu filsafat, yaitu Ibnu Rushd[69] dari Cordova. Selain itu dia juga ahli ilmu fikih.[70]

e)      Sains

     Ilmu-ilmu sains seperti kedokteran, astronomi matematika, dan kimia sudah berkembang dengan baik di Spanyol. Abbas bin farnas terkenal dengan ilmu kimia dan astroniminya, bahkan ia orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim bin Yahya An-Naqqas seorang ahli astronimijuga. Ia mampu menentukan waktu gerhana matahari dan juga berhasil membuat teropong modern yang bisa mengukur jarak tata surya dan bintang-bintang. Ahmad bin Ibas dari Cordova seorang tabib yang sangat paham obat-obatan. Dan Ummul Hasan bin ‘Abi Ja’far seorang dokter perempuan.[71]

Dalam bidang sejarah Spanyol mempunyai sederet nama-nama terkenal sekelas Ibnu Jubair dari Valencia, Ibnu Batutah dari Tangier, Ibnu Al-Khatib, dan yang paling mashur adalah Ibnu Khaldun yang merumuskan filsafat sejarah. Semua sejarwan itu bertempat tinggal di Spanyol lalu pindah ke Afrika.[72]

f)       Bahasa dan Sastra

       Bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan pemerintahan di Spanyol. Penduduk Spanyol menerima bahasa Arab dengan senang hati, bahkan rela menomorduakan bahasa asli mereka sendiri. Banyak dari mereka yang mahir, ahli bahasa dan menjadi sastrawan bahasa Arab, di antaranya Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik[73], Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu ‘Ali Al-Ishbili, Abu Hasan bin ‘Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnati.[74]

Seorang penyair, Ibnu Zaydun, dalam puisinya lebih menyukai mabuk karena cinta daripada mabuk karena anggur. Ia mengembangkan suatu puisi dari Abu Firas, berikut terjemahan puisinya:[75]

Oh malam yang kegembiraannya tidak akan pernah aku lupa,

Ketika segala kesenangan hadir;

Dia di sini, aku bersamanya, dan anggur menjadi orang ketiga,

Kita habiskan malam hingga pagi saling memberi minum,

Seolah puteri buah anggur

Menuangkan anggur terpilih langsung dari bibirnya.

Beberapa kitab yang bermunculan dalam bidang sastra atau bahasa selain Alfiyah Ibnu Malik, seperti Al-‘Iqd Al-Farid milik Ibnu ‘Abd Rabbih, Al-Dhakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Al-Qalaid oleh Ibnu Khaqan.[76]

2.      Bidang Seni dan Arsitektur

a)      Seni Musik

         Dalam bidang musik Spanyol mencapai puncak keemasannya dengan tokohnya Al-Hasan bin Nafi’. Ia dijuluki Zaryab. Di mengisi acara di setiap pertemuan dan jamuan. Ia mampu mengubah lagu-lagu menjadi lebih ciamik. Ilmu seni musiknya ini ia turunkan ke murid, anak, cucu dan budaknya sehingga namanya populer dalam sejarah permusikan Spanyol.[77]

Zaryab atau Ziryab[78] datang ke Cordova pada 822 M. Karena keunggulannya dalam bermusik jauh melebihi seniman lainnya, ia dengan cepat melesat dan terkenal di Spnyol. Ia juga mendapat pujian karena telah mengganti Plectra yang terbuat dari kayu dengan cakar elang, menambahkan senar kelima pada lute. Tak hanya itu, ia juga membuka sekolah pengembangan musik di Cordova. Setelah itu, baru sekolah-sekolah musik lainnya dibuka di Seville, Toledo, Valencia, dan Granada.[79]

Pada masa dinasti Muwahidun, Ibnu Sab’in memiliki suatu pembahasan tentang nada-nada musik yang ia beri judul Kitab Al-Adwar Al-Manshub.[80]

b)     Seni Arsitektur

        Sejak dipimpin penguasa Islam, Spanyol seperti disulap menjadi negara yang berdiri gagah dengan bangunan-bangunan berhiaskan seni aristektur yang sangat indah. Dekorasi, model relief dan ukiran serta lapisan emas dan perak menjadi sesuatu yang pokok di setiap bangunan-bangunan Spanyol.[81]

      Di antara bangunan-bangunan yang megah di Spanyol adalah Masjid Cordova, istana Al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragosa, istana Al-Gazar, istana Al-Makmun, tembok Toledo, Masjid Seville, istana Al-Hamra, dan menara Girilda.[82]

      Masjid Cordova adalah peninggalan dari Abdruraahman Ad-Dakhil yang didirikan pada 786 M dengan dana 80.000 dinar. Tahun 793 M, Hisham I menyelesaikan bagian utama masjid dan menambahan menara. Al-Ausat, Al-Nasir, Al-Muntasir dan Al-Mansur memperluas dan memperindahnya sehingga Masjid Cordava menjadi masjid termegah di zamannya.[83]

         Masjid ini memiliki menara dengan tinggi 20 meter terbuat dari marmer dan sebuah kubah besar didukung oleh 300 pilar yang terbuat dari marmer pula. Di sekeliling kubah besar itu terdapat 19 kubah kecil. Di sekitar mihrab, terdapat 4 tiang yang terbuat dari batu pualam berdiri saling berpunggungan. Dua di antaranya berwarna hijau dan dua lainnya berwarna biru. Bangunan masjid ini tidak semuanya beratap. Atap masjid disokong oleh 1293 tiang yang terbuat dari pualam dan bertatahkan permata. Sedangkan talangnya berjumlah 280 terbuat dari perak murni. Ada semnilan pintu yang dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari tembaga kecuali pintu maqsurah terbuat dari emas murni. Ketika Cordova jatuh ke tangan Fernando III atau Ferdinand pada tahun 1236 M, masjid ini dijadikan gereja dengan nama Santa Maria, namun penduduk Spanyol lebih akrab menyebutnya La Mesquita yang berasal dari bahasa Arab Al-Masjid.[84]

 

F.     Faktor Penyebab Kemunduran Islam di Spanyol

Badri Yatim dalam Sejarah Peradaban Islam nya menyebutkan setidaknya ada lima faktor penyebab mundurnya Islam di Spanyol.  Berikut kelima faktor tersebut:[85]

1.      Konflik Islam – Kristen

Penguasa Islam di Spanyol memang terkenal sangat toleran dan moderat. Mereka tak memaksa kaum Kristen Spanyol untuk memeluk Islam dan tak mengusirnya dari tanah kelahiran mereka. Kaum Kristen hanya dikenakan pajak. Mereka juga diberi kebebasan untuk menjalankan syariat dan mendirikan pengadilan sendiri yang sesuai dengan agama mereka. Namun kebebasan itu justru menjadi secercah kesempatan mengembalikan Kristen melawan Islam dan menguasai kembali Spanyol.

Konflik antara Islam dan Kristen di Spanyol selalu muncul -walaupun kecil-  dan tak pernah menemui titik tepinya, hingga pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam mengalami kemunduran. Momentum ini dimanfaatkan kaum Kristen untuk menguasai Spanyol seutuhnya dan tidak menyisakan satu pun umat Islam di bumi Andalusia karena mereka tak ingin umat Islam bangkit lagi dan menguasai Spanyol kembali.

2.      Memudarnya Rasa Persatuan

Konflik internal yang meletup di kalangan umat Islam Spanyol disebabkan karena tidak adanya ideologi pemersatu dan tokoh yang mampu mendamaikan seluruh masyarakat Spanyol. Konflik internal itu muncul karena gaya politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus diadopsi dan dipraktekkan di Spanyol, yaitu orang-orang pribumi (Spanyol) yang masuk Islam tidak dianggap setara dengan orang-orang Arab muslim yang datang dan menguasai Spanyol. Orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi.

Setidaknya hingga abad 10 M, orang-orang masih memberi istilah ‘Ibad atau Muwalladun, yang berarti hamba-hamba atau orang-orang yang terlahir kembali, kepada para muallaf Spanyol.

Kesenjangan inilah yang memberikan dampak negatif kepada kehidupan sosio-ekonomi Spanyol. Persatuan di kalangan penduduk Spanyol pun selalu memudar hingga akhirnya Spanyol menjadi negara yang terpecah belah sebelum hancur dan dikuasai oleh umat Kristen.

3.      Krisis Ekonomi

Sejak Spanyol berkembang dan menjadi rujukan perdaban Eropa, bahkan dunia, para penguasa Spanyol sibuk dengan membangun bangunan-bangunan megah dan  indah. Masjid, istana, dan bangunan-bangunan lainnya dibangun dengan menggunakan dana yang sangat besar sehingga mereka terbuai dengan bentuk fisik negara dan lalai dengan kondisi perekonomian negara.

Kelalaian mereka ini menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di Spanyol. Negara dalam kondisi defisit dan tak mampu memakmurkan kembali rakyatnya. Sehingga juga mempengarui kekuatan militer negara, dan negara dengan mudah dikahlahkan.

4.      Haus Kekuasaan

Tidak jelasnya sistem peralihan kekusaan di Spanyol mengakibatkan adanya saling berebut kekuasaan antar keturunan penguasa. Hausnya kekuasaan di antara anak keturunan penguasa Spanyol ini menambah poin konflik internal pemerintahan.

Bani Umayyah runtuh di Spanyol juga disebabkan ketidakjelasan dalam peralihan tampuk kekuasaan, sehingga muncullah Al-Muluk Al-Tawaif. Akhirnya Granda yang merupakan kota terakhir yang dikuasai umat Islam di Spanyol juga raib sebab saling berebutnya kekuaasaan, bahkan sampai pada tahap saling bunuh-membunuh. Dengan demikianlah akhirnya Granada dengan mudah diambil alih oleh Ferdinand dan Isabella, maka berakhirlah kukuasaan Islam di Spanyol.

5.      Terpisah dan Terkucilkan

Berbeda dengan daerah lainnya yang pada umumnya bergabung dan ada saling keterkaitan serta interaksi dengan negara-negara Islam lainnya, Spanyol merupakan negara yang terpisah dan terkucilkan.

Spanyol selalu berjuang sendiri tanpa mendapatkan bantuan dari Afrika Utara, apalagi dinasti Abbasiyyah. Oleh karenanya perjuangan untuk mempertahankan Spanyol tak bisa berjalan lama dan pada waktunya akan mengalami kekalahan dan kehancuran. Dengan demikian tidak ada kekuatan bantuan atau alternatif untuk membendung serangan-serangan kaum Kristen.

 

    G.    Pengaruh Peradaban Spanyol di Eropa

Dalam sejarah Eropa, Spanyol tertulis dengan tinta emas. Hampir seluruh peradaban Eropa muncul dari Spanyol.  Kemajuan Eropa dalam segala hal, hampir bisa dipastikan merupakan replika dari kemajuan-kemajuan yang pernah diukir oleh Spanyol saat umat Islam berkuasa. Mulai dari peradaban intelektual, seni dan musik, hubungan politik, sosial dan perekonomian, serta bentuk bangunan di Eropa merupakan embrio dari rentetan kemajuan yang telah diraih oleh Spanyol.

Salah satu tokoh Spanyol yang sangat berpengaruh di Eropa dalam bidang keilmuan adalah Ibnu Rushd, atau Averros (1120-1198 M). Ibnu Rushd dikenal sebagai orang yang melepaskan belenggu tradisi taklid atau “membebek” di Eropa. Ia me nganjurkan kebebasan berpikir dan mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara memikat minat orang lain untuk berpikir bebas.[86]

Pengaruh Ibnu Rushd atau Averros sungguh besar di Eropa sehingga muncul gerakan Averoesime, pihak gereja sangat menolak pemikiran Ibnu Rushd ini. Dari gerakan inilah, kemudian muncul reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Beberapa buku Ibnu Rushd juga dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489 dan 1500 M. Karya-karyanya juga diterbitkan dan beredar pada abad ke-16 di Napoli, Bologna, Lyons, dnan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 di Jenewa.[87]

Pengaruh-pengaruh peradaban Islam Spanyol ke Eropa ini berawal dari banyaknya para pemuda-pemuda kristen Eropa yang belajar di universitas Islam di Spanyol seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Samalanca. Selama belajar di Spanyol itu pemuda-pemuda tersebut menerjemahkan buku-buku ilmuwan muslim. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan universitas-universitas yang sama. Tercatat universitas pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M. Di akhir zaman pertengahan Eropa, barulah muncul universitas-universitas lainnya dengan jumlah sekitar 18 universitas. Adapun materi yang dikaji di universitas-universitas tersebut adalah ilmu dan pemikiran dari para cendikiawan muslim seperti Ibnu Rushd, Ibnu Sina, dan Al-Farabi.[88]

Tidak hanya filsafat, bahasa Arab pun juga memainkan peranannya di Eropa melalui Spanyol. Banyak bahasa Spanyol yang tercetak dari bahasa Arab. Karena lamanya Islam di sana, tak kurang dari 7000 kata dalam bahasa Spanyol berasal dari bahasa Arab. Begitu juga dengan bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman. Misalnya kata As-Sukkar  yang berarti gula, dalam bahasa Spanyol Azukar, dalam bahasa Inggris sugar. Al-kuhul yang berarti alkohol menjadi alcohol. Al-Fil  yaitu gajah menjadi marfil (bahasa Spanyol). Dan sharab (minuman cair) menjadi syrup, dan lain-lain.[89]

Perkembangan seni musik di Spanyol juga memberikan pengaruh yang luar biasa pada seni musik di kawasan Eropa. Ketika kaum Kristen menerima model lirik muslim, nyanyian Arab menjadi populer di seluruh semenanjung. Penelitian terbaru menyebutkan, bahwa musik pop Spanyol, bahkan musik pop seluruh daratan Eropa Barat, pada abad ke-13 dan setelahnya, bisa ditelusuri dari Andalusia/Spanyol, kemudian ke Persia via Arab, lalu ke Bizantium, dan akhirnya ke Yunani sebagai sumbernya. Bahkan sejumlah instrumen yang tampak pada karya-karya miniatur Spanyol awal, bisa dipastikan artis dan pemain musiknya beragama Islam.[90]


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1.    Andalusia pada masa sekarang ini terletak di kawasan Spanyol dan Portugal. Atau biasa dikenal sebagai Semenanjung Iberia. Luas Spanyol dan Portugal sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Andalusia merupakan negera yang terletak di arah baratdaya di ujung benua Eropa. Secara geografis, Andalusia hanya terpisahkan sebuah selat sempit dengan ujung benua afrika. Setelah Islam mampu menaklukkan Andalusia, selat tersebut dinamakan Selat Gibraltar.

2. Ekspansi umat Islam ke Spanyol berawal dari dikuasainya Afrika Utara. Lalu dikembangkan ke benua Eropa yang paling dekat dengan Afrika Utara yaitu Spanyol. Ada tiga pahlawan Islam dalam penaklukan Spanyol: Tarif bin Malik yang merupakan perintis, Tariq bin Ziyad sebagai menerus dan penakluk banyak daerah di Spanyol dan sekitarnya, lalu Musa bin Nusair yang merupakan gubernur Afrika Utara dan pimpinan tertinggi Tarif dan Tariq.

3.    Faktor yang memudahkan Spanyol takluk pada umat Islam, di antaranya: kondisi sosial dan ekonomi Spanyol yang memang lumpuh dan mengalami krisis, terciptanya kasta dan pengkelasan dalam strata kehidupan sosial, intoleransi dalam umat beragama yang diterapkan oleh penguasa Spanyol sebelum Islam, dan perpecahan atau pertikaian internal di kalangan keluarga Raja Spanyol.

4.    Perkembangan Islam di Spanyol terdiri dari enam periode: Periode Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M), Periode Keempat (1013-1096 M), Periode Kelima (1086-1248 M), Periode Keenam (1248-1492 M). Di setiap periode terdapat kelebihan dan kelemahan masing-masing.

5.  Kemajuan perdaban yang dicapai Spanyol pada saat Islam memimpin sangatlah luar biasa. Dalam bidang intelektual; mulai ilmu tafsir, fikih, qiraat, filsafat, sains, para ilmuwan muslim Spanyol sangatlah menonjol dan fenomenal dengan diskursus keilmuannya masing-masing. Dalam bidang seni dan srsitektur, Spanyol melampaui bangsa lainnya. Musik Eropa berkiblat kepada hasil karya seniman muslim Spanyol. Beragam bangunan megah dan mewah dibangun dan menunjukkan bahwa peradaban arsitektur Spanyol tidak bisa dianggap remeh. Masjid Cordova, istana Az-Zahra, tembok Toledo, dan nebara Girilda, merupakan bukkti konkrit peradaban arsitektur yang dimiliki oleh Spanyol.

6.     Kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol disebebkan beberapa hal: krisis ekonomi, konflik Islam – Kristen yang tak bisa diredam, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, terkucilkannya Spanyol dari negara-negara Islam lainnya dan hilangnya rasa persatuan dan kesatuan.

7.   Eropa sangat beruntung mempunyai Spanyol, karena hampir seluruh peradaban Eropa terlahir di Spanyol. Ilmu filsafat dan bahasa Arab misalnya, hingga sekarang masih menghiasi peradaban Eropa dengan prosinya masing-masing. Tak hanya itu, musik yang berkembang masa masa Islam Spanyol merupakan cikal-bakal dari musik-musik pop Eropa mulai abad ke-13 hingga saat ini.

B.  Saran

Sesuai dengan dengan kesimpulan di atas, penulis menganjurkan pembaca untuk lebih merujuk ensiklopedia dan buku-buku sejarah islam di Eropa guna mendalami dan lebih mengerti tentang perjalanan Islam di Eropa. Banyak literatur yang sangat lengkap dan apik dalam mengurai sejarah Islam di Spanyol.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Akbar S.  Rekonstruksi Sejarah Islam, terj. Amru Nst. Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2003.

Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2013.

Bukhari, Rana daan Mohammad Seddon. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Erlangga, 2010.

Fu’ad, Ah. Zakki. Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis. Surabaya: Indo Pramaha, 2012.

Hitti, Philip K. History of the Arabs, terj. Cecep Lukman Yasin, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010.

Lubis,A. B. Umar. “Dinasti di Andalusia”. Dunia Islam Bagian Barat, Vol. 2. Jakarta: PT. I. B. Van Hoeve, 2002.

Sirjani (al), Raghib. Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, terj. Muhammad Ihsan dan Abdul Rasyad Shiddiq.  Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011.

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Sya’roni, Maman A. Malik. “Peradaban Islam Masa Bani Umayyah II di Andalusia”, Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Lesfi, 2004.

Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, terj. Hartono Hadikusumo. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Depok: Rajagrafindo, 2013.


[1] Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, terj. Muhammad Ihsan dan Abdul Rasyad Shiddiq  (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), 12.

[2] Ibid., 12.

[3] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2013), 159.

[4] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 113.

[5] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 160.

[6] Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, 14.

[7] Ibid., 17.

[8] Ibid., 14.

[9] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam..., 118.

[10] Musa bin Nusair merupakan seorang panglima yang memiliki sifat ketakwaan dan kewara’an. Dia merupakan anak seorang panglima yang pernah mengikuti perang Yarmuk. Ayahnya, Nusair bin Abdurrahman bin Yazid, bahkan pernah menjabat sebagai ketua polisi di masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Dalam riwayat lain disebutkan Nusair menjadi komandan pasukan pengawal pribdi Muawiyah. Ibu Musa, juga seorang mujahidah sejati. Ibunya juga pernah mengikuti perang Yarmuk bersama ayahnya. Hal ini terbukti Musa bin Nusharir menjadi seorang panglima yang sangat luar biasa dalam berperang. Lihat Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 27-28.

[11] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 88.

[12] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam..., 118.

[13] Maman A. Malik Sya’roni, “Peradaban Islam Masa Bani Umayyah II di Andalusia”, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta:Lesfi, 2004), 79.

[14] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 88. Lihat juga Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 162.

[15] Tariq bin Ziyad bukanlah dari kalangan bangsa Arab. Ia berasal dari Berber. Secara fisik, ia berkulit putih, mata biru, dan warna rambut yang kecoklatan. Ia berbadan besar dan berperawakan kuat. Meski bukan dari Arab, ia memiliki kapabilitas yang tinggi dalam misi ke Spanyol.  Kemampuannya dalam memahami dan memimpin kaumnya sendiri tidak diragukan lagi. Ia panglima perang yang menggabungkan rasa takut kepada Allah dan sikap wara’. Kemampuan militer, kecintaan pada jihad, dan cita-citanya mati dalam keadaan syahid menambah kesempurnaan sosok Tariq bin Ziyad dalam medan perang. Lihat Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 27-28.

[16] Philip K. Hitti, History of the Arabs, terj. Cecep Lukman Yasin (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), 628.

[17] Awalnya Roderick adalah tangan kanan Witizia, penguasa Ghotik sebelumnya. Setelah Witizia meninggal atau dibunuh Roderick, estafet kepemimpinan diteruskan oleh anaknya, Achilia, namun karena masih muda dan awam, Achilia dengan mudah digeser Roderick hingga Roderick mentahbiskan dirinya menjadi penguasa  Ghotik. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 628. Lihat juga Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 41.

[18] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 89.

[19] Ibid., 89. Lihat juga Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 162-163.

[20] Philip K. Hitti, History of Arabs..., 628. Lihat juga Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam..., 118.

[21] Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 54.

[22]Barbate merupakan sebuah sungai kecil yang sekarang disebut Salado. Orang Arab menyebutnya Wadi Bakkah, berubah menjadi Guadilbeca, dan menjadi kacau dengan sebutan Guadelete. Demikian yang dikutip Philip K. Hitti dengan menukil dan mengkolaborasikan pendapat Stanley Lane-Poole dan Arthur Gilman. Lihat Philip K. Hitti, History of Arabs..., 628.

[23] Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 56.

[24] Ibid., 58.

[25] Philip K. Hitti, History of Arabs..., 630.

[26] Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 60.

[27] Ibid., 61-62.

[28] Ibid., 60.

[29] Philip K. Hitti, History of Arabs..., 630.

[30] Ibid., 631.

[31] Ah. Zakki Fu’ad, Sejarah Peradaban Islam: Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis (Surabaya: Indo Pramaha, 2012), 105.

[32] Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 168.

[33] Ibid., 166-167.

[34] Lihat Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 41.

[35] Ibid., 41.

[36] Lihat Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.., 91.

[37] Lihat Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 168-171. Lihat juga Badri Yatim, Sejarah Peradapan Islam.., 91-100.

[38] Lihat Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 94.

[39] Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 433-434.

[40] Ketika Samah bin Malik gugur di medan jihad, penduduk Andalusia memilih ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah Al-Ghafiqi sebagai pemimpin mereka. Namun sekembalinya ke Andalusia, periode jabatannya hanya berlangsung 2 bulan dan digantikan Anbasah bin Suhaim. Pasca periode Anbasah, Andalusia dipimpin enam gubernur hanya dalam kurun waktu sekitar 5 tahun. Di mana dalam rentang waktu tersebut perpecahan kaum muslimin semakin tak terbendung. Hingga akhirnya Allah memilih seseorang yang bisa menyeelesaikan masalah tersebut dengan memilihnya sebagai pemimpin Andalusia untuk kedua kalinya, dialah ‘Abdurrahman Al-Ghafiqi. Lihat Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 100-102.

[41] Setelah beredar kabar mengejutkan syahidnya Abdurrahman Al-Ghafiqi, Ubaidah bin Abdurrahman Al-Qaisy, Gubernur Afrika saat itu, memberi kabar kepada Khalifah Umawy, Hisham bin Abdul Malik, tentang pengangkatan Abdul Malik bin Qatan sebagai Gubernur Andalusia. Abdul Malik bin Qatan terkenal culas, keras, dan mempunyai kebijakan politik yang keras, sehingga Gubernur Afrika saat itu Ubaidillah bin Al-Habhab tak mempunyai pilihan lain selain mencopotnya dan mengangkat Uqbah bin Al-Hajjaj. Selepas wafatnya Uqbah bin Al-Hajjaj, kekuasaan Andalusia pun berpindah ke tangan Abdul Malik bin Qatan lagi untuk kedua kalinya. Lihat Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 130-134.

[42] Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 434.

[43] Penguasa negara-negara kecil pasca dinasti Umayyah. Pada paruh pertama abad ke-11, tidak kurang dari 20 negara berumur pendek yang bermunculan. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 683.

[44] Lihat W. Montgomery Watt, Kejaan Islam: Kajian kritis dari Tokoh Orientalis, terj. Hartono Hadikusumo (Yogyakarta:Tiara Wacana, 1990), 173.

[45] Lihat Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia..., 276.

[46] Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 434.

[47] A. B. Umar Lubis, “Dinasti di Andalusia”, Dunia Islam Bagian Barat, Vol. 2, (Jakarta: PT. I. B. Van Hoeve, 2002), 201.

[48] Sejenis padepokan masjid yang dibentengi,  disebuah pulau di Senegal. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 688.

[49] Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 688.

[50] Sebuah gerakan agama-politik yang didirikan seorang Berber. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 694.

[51] Muhammad bin Tumart (1078-1130) dari suku Masmuda. Ia menyandang gelar Al-Mahdi dan menyatakan diri sebagai nabi yang diutus untuk memulihkan Islam ke ajaran murninya. Ia mengajarkan kepada sukunya tentang ketauhidan. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 694.

[52] Bani Ahmar merupakan anak keturanan dari pendiri dinasti Nasriyah (1232-1492 M) yang bernama Muhammad bin Yusuf bin Nasr yang lebih dikenal dengan nama Ibn Al-Ahmar. Oleh karenanya keturunannya disebut Bani Ahmar. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 698.

[53] Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs..., 701.

[54] Ibid., 708.

[55] Penduduk asli Spanyol yang memeluk agama Islam.

[56] Penduduk Spanyol yang berasal dari Afrika Utara.

[57] Penduduk Konstatinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman lalu dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran.

[58] Kristen Muzareb adalah keturunan Kristen Iberia yang hidup di bawah pemerintahan Islam. Meskipun tetap memeluk agama Kristen, mereka hidup sesuai dengan adat istiadat Arab dan berbahasa Arab. Lihat Rana Bukhari dan Mohammad Seddon, Ensiklopedia Islam  (Jakarta: Erlangga, 2010), 92.

[59] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 100-101.

[60] Al-Jami’u li Ahkami Al-Quran menjadi rujukan ulama tafsir dan fikih karena begitu lengkap membahas hukum-hukum Islam atau syariat Islam yang bersumber dari ayat-ayat Al-Quran. Kitab tafsir ini tak pernah bisa terlupakan oleh pelajar tafsir, sebab selain isinya yang padat, isi dan gaya bahasa penyampaian Imam Al-Qurtubi begitu runtut, luas, dan sangat jelas.

[61] Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 174.

[62] Salah satu mazhab fikih yang dipelopori oleh Malik bin Anas (w. 179 H). Mazhab fikih Maliki ini mayoritas dipraktekan oleh kaum muslimin Afrika, Eropa, dan sebagian Asia.

[63] Penulis kitab Bidayat Al-Mujtahid wa Nihayat Al-Muqtasid.

[64] Penulis kitab Al-Muwafaqat fi Usul As-Shari’ah.

[65] Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 174.

[66] Maman A. Malik Sya’roni, “Peradaban Islam Masa Bani Umayyah II di Andalusia”, Sejarah Peradaban Islam..., 92.

[67] Ibid., 92.

[68] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 101.

[69] Karya Ibnu Rushd yang paling terkenal dalam ilmu filsafat adalah Tahafut Al-Tahafut yang berrati kacaunya kekacauan, sebagai jawaban dan bantahan atas kitabnya Al-Ghazali yang berjudul Tahafut al-Falasifah (kekacauan filsafat). Dengan karyanya inilah, Ibnu Rushd menjadi seorang ahli filsafat yang paling tenar di dunia Islam. Di kalangan Yahudi dan Kristen ia dikenal sebagai komentator Aristoteles. Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs.., 742-743.

[70] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 101.

[71] Ibid., 102.

[72] Ibid., 102.

[73] Pengarang kitab nahwu terkenal Alfiyah yang biasa disebut Alfiyah ibnu Malik. Kitab ini juga menjadi rujukan para pengkaji ilmu bahasa Arab. Bahkan kitab ini merupakan salah satu kitab tertinggi dalam tingkatan ilmu nahwu.

[74] Ibid., 103.

[75] Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam, terj. Amru Nst, (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2003).

[76] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 103.

[77] Ibid., 103.

[78] Badri Yatim menulisnya Zaryab, sedang Philip K. Hitti Ziryab. Lihat Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 103 dan Philip K. Hitti, History of the Arabs.., 763.

[79] Philip K. Hitti, History of the Arabs.., 763.

[80] Ibid., 764.

[81] Ibid., 754.

[82] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 104-105.

[83] Maman A. Mal ik Sya’roni, “Peradaban Islam Masa Bani Umayyah II di Andalusia”, Sejarah Peradaban Islam..., 84.

[84] Ibid., 85.

[85] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam..., 107-108.

[86] Samul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam..., 177.

[87] Ibid., 177.

[88] Ibid., 178.

[89] Ibid., 178-179.

[90] Philip K. Hitti, History of the Arabs.., 765.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...