Menurut Kelengkapan Sanad dan Matan
Menurut kelengkapan sanad dan Matan
dalam penulisan sebuah hadis, bisa diklasifikasikan menjadi dua.
Pertama, sanad yang tertulis secara lengkap, begitupula dengan Matannya.
Kedua, penulisan sanad atau Matan yang tidak lengkap. Pertama, sanad
yang tertulis secara lengkap begitu juga Matannya. Jenis yang seperti
banyak sekali ditemukan di kitab-kitab hadis. Ada juga kondisi di mana
beberapa Matan hadis yang sama diulang secara lengkap, baik Matan
tersebut sama lafalnya ataupun hanya sekedar sama maknanya. Sedang sanad-sanad
dari Matan tersebut berbeda-beda, namun meskipun begitu sanadnya
juga ditulis secara lengkap.[1]
Untuk poin kedua, bentuk atau kondisinya
bermacam-macam. Di antaranya Idri memaparkan pertama, ada metode tahwil dengan
menggunakan huruf ح sebagai kodenya. Menurut al-Nawawi,
bila hadis memiliki dua sanad atau lebih, maka ketika dikemukakan
perpindahan sanad dari yang satu kepada yang lain biasanya diberi kode ح yang merupakan singkatan dari التحويل من اسناد الى اسناد (perpindahan dari sanad
yang satu kepada sanad yang lain).[2]
Penggunaan metode ini digunakan oleh Ibn al-Jawzi, ia mengikuti ulama
sebelumnya seperti Muslim bin Hajjaj dalam kitab Sahihnya beserta
Tirmidhi dalam al-Jami‘ atau yang lebih dikenal dengan Sunan Tirmidhi.[3]
Kedua, metode penambahan sanad lain dengan
menyebutkan Matan dari sanad pertama, dengan menambahkan kata فذكره (lalu menyebutkannya)
atau kata فذكر مثله (lalu
menyebutkan serupa hadis itu) pada sanad kedua dan seterusnya.
Kata-kata tersebut menggantikan Matan hadis yang sama secara
lafal dengan Matan sebelumnya.[4]
Muslim dan Bukhari pun menggunakan cara tersebut, hanya saja lafal yang mereka
gunakan berbeda. Bukhari dalam Sahihnya memakai lafal بهذا الحديث (dengan hadis ini)
dan فقال مثل ذالك
(Nabi bersabda seperti itu). Sementara Muslim
menggunakan lafal بمثل هذا الحديث (dengan yang serupa hadis ini), يقول مثله سواء (Nabi
bersabda sama dengan itu) dan بمثله
(dengan yang serupa itu). [5]
Ketiga, menambahkan sanad lain dengan
menyebutkan Matan dari sanad pertama, kemudian setelah sanad
kedua dan seterusnya dicantumkan kata نحوه (seperti hadis itu) atau kata نحو الحديث الذى قبله (seperti hadis
sebelumnya). Maksudnya ialah Matan hadis dengan sanad
belakangan tersebut, memiliki makna yang sama dengan Matan hadis
sebelumnya. Imam Muslim seringkali menggunakan cara ini.
Metode penulisan selanjutnya terdapat sanad hadis
–yang dalam hal ini adalah hadis maudu’ disebut sebagian saja,
sementara Matan hadisnya disebutkan secara lengkap. Untuk contoh,
Idri mengambil sampel dari kitab al-Mauduat hadis riwayat Jabir tentang
aroma Rasulullah.
و أما حديث جابر رواه أحمد بن يحيى من حمزة من حديث جابر
قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من أراد أن يشم رائحتي فليشم رائحة الورد
Adapun hadis Jabir diriwayatkan oleh Ahmad bin Yahya dari Hamzat dari hadis Jabir berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa ingin mencium bauku, maka hendaklah ia mencium bau bunga mawar”.
Pada sanad di atas hanya ada tiga perawi, padahal seharusnya terdapat banyak perawi, karena jarak masa hidup Ibn al-Jauzi dengan Nabi sangatlah jauh. Apabila hadis ini tidak palsu maka hukumnya mu‘allaq. Yakni, hadis yang seorang perawi atau lebih di awal sanadnya digugurkan. Tapi karena hadis di atas maudu, maka hadis kategori ini disebut dengan sanad yang tidak lengkap (disebutkan sebagian saja).[6]
Baca artikel tentang Hadis lainya :
- Mukhtalif Al-Hadith
- Kontradiksi Hadis Dengan Ayat Al-Quran
- Contoh Kontradiksi Hadis Dengan Al-Qur’an Dan Solusinya
- Imam Al-Darimi
- Sunan Al-Darimi
- Definisi Sanad Dan Matan
- Unsur-Unsur Sanad Dan Matan
- Sanad Dan Dokumentasi Hadis
- Metode Penulisan Sanad Dan Matan
- Kandungan Matan Hadis Secara Umum
- Definisi Asbab Al-Wurud
- Sejarah Timbul Dan Beberapa Karya Kitab Tentang Asbab Al-Wurud
- Klasifikasi Kemunculan Dan Cara Mengetahui Asbab Al-Wurud
- Urgensi Asbab Al-Wurud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar