HOME

11 Maret, 2022

Metode Penulisan Sanad Dan Matan

 

    Menurut Kelengkapan Sanad dan Matan

Menurut kelengkapan sanad dan Matan dalam penulisan sebuah hadis, bisa diklasifikasikan menjadi dua. Pertama, sanad yang tertulis secara lengkap, begitupula dengan Matannya. Kedua, penulisan sanad atau Matan yang tidak lengkap. Pertama, sanad yang tertulis secara lengkap begitu juga Matannya. Jenis yang seperti banyak sekali ditemukan di kitab-kitab hadis. Ada juga kondisi di mana beberapa Matan hadis yang sama diulang secara lengkap, baik Matan tersebut sama lafalnya ataupun hanya sekedar sama maknanya. Sedang sanad-sanad dari Matan tersebut berbeda-beda, namun meskipun begitu sanadnya juga ditulis secara lengkap.[1]

Untuk poin kedua, bentuk atau kondisinya bermacam-macam. Di antaranya Idri memaparkan pertama, ada metode tahwil dengan menggunakan huruf ح sebagai kodenya. Menurut al-Nawawi, bila hadis memiliki dua sanad atau lebih, maka ketika dikemukakan perpindahan sanad dari yang satu kepada yang lain biasanya diberi kode ح yang merupakan singkatan dari التحويل من اسناد الى اسناد   (perpindahan dari sanad yang satu kepada sanad yang lain).[2] Penggunaan metode ini digunakan oleh Ibn al-Jawzi, ia mengikuti ulama sebelumnya seperti Muslim bin Hajjaj dalam kitab Sahihnya beserta Tirmidhi dalam al-Jami‘ atau yang lebih dikenal dengan Sunan Tirmidhi.[3]

Kedua, metode penambahan sanad lain dengan menyebutkan Matan dari sanad pertama, dengan menambahkan kata فذكره  (lalu menyebutkannya) atau kata فذكر مثله  (lalu menyebutkan serupa hadis itu) pada sanad kedua dan seterusnya. Kata-kata tersebut menggantikan Matan hadis yang sama secara lafal dengan Matan sebelumnya.[4] Muslim dan Bukhari pun menggunakan cara tersebut, hanya saja lafal yang mereka gunakan berbeda. Bukhari dalam Sahihnya memakai lafal بهذا الحديث  (dengan hadis ini) dan فقال مثل ذالك   (Nabi bersabda seperti itu). Sementara Muslim menggunakan lafal بمثل هذا الحديث   (dengan yang serupa hadis ini), يقول مثله سواء   (Nabi bersabda sama dengan itu) dan بمثله  (dengan yang serupa itu). [5]

Ketiga, menambahkan sanad lain dengan menyebutkan Matan dari sanad pertama, kemudian setelah sanad kedua dan seterusnya dicantumkan kata نحوه (seperti hadis itu) atau kata نحو الحديث الذى قبله  (seperti hadis sebelumnya). Maksudnya ialah Matan hadis dengan sanad belakangan tersebut, memiliki makna yang sama dengan Matan hadis sebelumnya. Imam Muslim seringkali menggunakan cara ini.

Metode penulisan selanjutnya terdapat sanad hadis –yang dalam hal ini adalah hadis maudu’ disebut sebagian saja, sementara Matan hadisnya disebutkan secara lengkap. Untuk contoh, Idri mengambil sampel dari kitab al-Mauduat hadis riwayat Jabir tentang aroma Rasulullah.

و أما حديث جابر رواه أحمد بن يحيى من حمزة من حديث جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من أراد أن يشم رائحتي فليشم رائحة الورد

Adapun hadis Jabir diriwayatkan oleh Ahmad bin Yahya dari Hamzat dari hadis Jabir berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa ingin mencium bauku, maka hendaklah ia mencium bau bunga mawar”.

Pada sanad di atas hanya ada tiga perawi, padahal seharusnya terdapat banyak perawi, karena jarak masa hidup Ibn al-Jauzi dengan Nabi sangatlah jauh. Apabila hadis ini tidak palsu maka hukumnya mu‘allaq. Yakni, hadis yang seorang perawi atau lebih di awal sanadnya digugurkan. Tapi karena hadis di atas maudu, maka hadis kategori ini disebut dengan sanad yang tidak lengkap (disebutkan sebagian saja).[6]

Baca artikel tentang Hadis lainya :


[1] Idri, Kriteria Hadis Mawdu’ oleh Ibn Al-Jawzi - Kajian terhadap Kitab Al-Mawdu’at, (Disertasi—Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), 187.

[2] Ibid., 184.

[3] Ibid., 185.

[4] Ibid., 185.

[5] Ibid., 186.

[6] Ibid., 187.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...