Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, sebenarnya
‘Ilm Asbab Wurud al-Hadith sudah ada tetapi tidak
tersistematis menjadi sebuah disiplin ilmu. hal ini sudah dirasakan oleh para
sahabat yang menganggap bahwa adanya keterlibatan Asbab al-Wurud sangat
mempermudah mereka dalam memahami hadis. Misalnya hadis tentang ziarah kubur
bagi wanita yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.[1]
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم لعن زوارات القبور[2]
Kemunculan hadis di atas dihubungkan
dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang dijadikan Asbab
al-Wurud-nya. Hadis tersebut menceritakan bahwasa Rasulullah
menjumpai seorang wanita yang menangis di samping sebuah kuburan.[3]
Larangan ini disinyalir adanya fitnah atau intensitas ziarah yang keterlaluan yakni perempuan yang sedang berziarah tersebut terus
menerus meratap dengan tangisan di samping kuburan.[4]
Sedangkan dalam riwayat yang diceritakan oleh al-Hakim menceritakan bahwa
Aisyah berziarah ke kuburan saudaranya ‘Abd al-Rahman, kemudian beliau ditanya
"bukankah Rasul telah melarang menziarahi kuburan?", Aisyah menjawab
"iya benar Rasul pernah melarang namun kemudian Rasul memerintahkan untuk
menziarahinya".[5]
Hadis riwayat Anas bin Malik yang ditetapkan
sebagai Asbab al-Wurud tersebut memberikan penjelasan tentang kebolehan
menziarahi kuburan. Penjelasan ini mengindikasikan bahwa pada masa sahabat, asbab
al-wurud telah dilibatkan untuk memahami sabda Rasulullah. pentingnya
mengetahui Asbab al-Wurud sangat membantu memahami hadis dengan benar yang
sesuai dengan tujuan hadis tersebut disabdakan.
Para ulama pada abad ke 3 mulai
memperhatikan secara spesifik terhadap Asbab Wurud al-Hadith yang kemudian
dijadikan salah satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Hal ini terbukti dengan
adanya karya ilmiah yang khusus membahas tentang Asbab Wurud al-Hadith. Beberapa
karya yang membahas tentang ‘Ilm Asbab Wurud al-Hadith :[6]
1.
Kitab Asbab Wurud al-Hadith, karya Abu Hamid ‘Abdul Jalil bin Kaznah al-Jubari. Ia
adalah penulis pertama yang menyusun disiplin ilmu ini, tetapi karya ini tidak
sampai kepada kita.
2.
Kitab Asbab Wurud al-Hadith, karya Abi Hafs al-‘Akbari (380-458 H), keberadan kitab
ini sama dengan karyanya al-Jubari.
3.
Al-Luma‘ fi asbab al-Wurud al-Hadith, karya Jalal al-Din al-Suyuti (849-911
H). Kitab ini adalah karyanya yang terakhir, ditulis oleh muridnya Muhammad ‘Ali bin al-Daudi.
4. Al-Bayan wa al-Ta‘rif fi Asbab Wurud al-Hadith al-Sharif, karya Ibrahim bin Muhammad Kamal al-Din, dikenal dengan nama Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsiqi.
Baca artikel tentang Hadis lainya :
- Mukhtalif Al-Hadith
- Kontradiksi Hadis Dengan Ayat Al-Quran
- Contoh Kontradiksi Hadis Dengan Al-Qur’an Dan Solusinya
- Imam Al-Darimi
- Sunan Al-Darimi
- Definisi Sanad Dan Matan
- Unsur-Unsur Sanad Dan Matan
- Sanad Dan Dokumentasi Hadis
- Metode Penulisan Sanad Dan Matan
- Kandungan Matan Hadis Secara Umum
- Definisi Asbab Al-Wurud
- Sejarah Timbul Dan Beberapa Karya Kitab Tentang Asbab Al-Wurud
- Klasifikasi Kemunculan Dan Cara Mengetahui Asbab Al-Wurud
- Urgensi Asbab Al-Wurud
[1]Abu Naim BS, Urgensi Asbabu Wurudil Hadits dalam Memahami Hadits; Skripsi (IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1993), 12-13.
[2] Muhammad bin Yazid Abu ‘Abdullah al-Quzwaini, Sunan Ibn Majah, Juz I (Bairut: Dar al-Fikr, tt), 502. Muhammad bin ‘I<sa Abu ‘I<sa al-Turmudhi al-Salami, al-Jami‘ al-Sahih Sunan al-Turmudhi, Juz III (Bairut: Dar Ihya′ al-Turath al-‘Arabi, tt), 371. Ahmad bin Hanbal Abu ‘Abdullah al-Shaibani, Musnad al-Imam Ahman bin Hanbal, Juz II (Kairo: Muassasah Qurtubah, tt), 337, 356.
[3]Muhammad bin Isma′il Abu ′Abdullah al-Bukhari al-Ja′fi, al-Jami′ al-Sahih al-Mukhtasar, Juz I (Bairut: Dar Ibnu Kathir, 1987), 430.
[4]Muhammad bin ′Abdur Rahman bin ‘Abdur Rahim al-Mubarakfuri Abu al-′Ala, Tuhfat al-Ahwadhi bi Sharh Jami‘ al-Turmudhi, Juz IV (Bairut: Dar al-Kutub al-′Ilmiyah), 138.
[5]Ibid.
[6] Naim BS, Urgensi Asbabu... 14-17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar