HOME

10 Maret, 2022

STUDI KITAB HADIS SUNAN AL-DARIMI

 

BAB I

PENDAHULUAN

        A.    Latar Belakang

Hasil kodifikasi hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. yang dilakukan oleh ulama abad ke-2 H. Telah mengalami perkembangan yang cukup berarti dalam khazanah keilmuan Islam. Kenyataan tersebut memunculkan berbagai bentuk, corak dan ragam penulisan kitab hadis.

Salah satu hasil kodifikasi hadis tersebut adalah dalam bentuk sunan. Kitab  hadis dalam bentuk ini banyak dikenal di kalangan ulama seperti kitab Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidhi, Sunan al-Nasa’i dan Sunan Ibn Majah. Namun  jarang sekali yang mengenal Sunan al-Darimi. Kitab tersebut tidak banyak memuat hadis-hadis kecuali hadis yang telah dikutip oleh ulama dalam Kutub al-Sittah.

Dalam makalah ini penulis akan mengangkat pembahasan tentang Imam al-Darimi beserta Sejarah Penyusunan kitab Sunan al-Darimi tersebut.

        B.     Rumusan Masalah

            1.      Bagaimana biografi Imam al-Darimi?

            2.      Bagaimana sejarah penyusunan kitab Sunan al-Darimi ?

        C.     Tujuan

            1.      Untuk mengetahui biografi Imam al-Darimi.

            2.      Untuk memahami dan mengetahui sejarah penyusunan kitab Sunan al-Darimi.

        D.    Manfaat

            1.      Bagi penulis, makalah ini akan menambah wawasan dalam memahami kitab Sunan al-Darimi.

        2.      Bagi pembaca, makalah ini bisa dijadikan rujukan untuk mengetahui dan memahami sejarah singkat biografi Imam al-Darimi dan kitab Sunan al-Darimi.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Biografi al-Darimi

            1.      Nama Lengkap

Imam al-Darimi adalah seorang Shaikh al-Islam, bernama lengkap al-Hafiz al-Hujjah ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Rahman ibn Fadl ibn Bahram. Kunyahnya adalah Abu Muhammad al-Tamimi al-Samarqandi yang dinisbatkan kepada Darim ibn Malik ibn Hanzalah ibn Zaid Manat ibn Tamim.[1]

Ia dilahirkan pada tahun wafatnya Abd Allah Ibn al-Mubarak, yaitu pada tahun 181 H di kota Samarqand.[2] Dikatakan juga pada 13 tahun sebelum kelahirannya Imam Bukhari.[3]

Al-Darimi sejak kecil telah dikaruniai kecerdasan otak sehingga ia mudah untuk memahami dan menghafalkan setiap apa yang ia dengar. Dengan bekal kecerdasannya itulah ia menemui para shaikh dan belajar ilmu. Ia belajar ilmu baik kepada ulama yang lebih tua darinya, maupun ulama yang lebih muda darinya, sehingga  telah sebagian besar ulama yang pada masanya telah ia kunjungi dan telah serap ilmunya, walaupun tidak semua ilmu yang ia terima kemudian ia riwayatkan kembali.[4]

Samarqand adalah kota yang tidak pernah sepi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan munculnya para ulama, walaupun mungkin tidak semashhur kota-kota lain di seluruh negeri Islam. Meskipun demikian, al-Darimi Tidak merasa cukup dengan apa yang ada di Samarqand. Ia kemudian mengadakan rihlah, berkeliling dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana juga dilakukan oleh para ulama hadis pada masa itu, ia mengunjungi Khurasan dan belajar hadis dari para ulama yang ada di sana. Kemudian berkunjung ke Irak untuk belajar kepada ahli hadis yang ada di Baghdad, Kufah, Wasit dan Basrah. Ia juga mengunjungi Sham dan belajar kepada para ulama hadis yang berdomisili di Damaskus, Hims dah Shuwar. Ia juga pergi ke Jazirah dan Hijaz. Di Hijaz ia belajar hadis yang ada di kota Makkah dan Madinah. Setelah pengembaraannya itu, kembali ke kota Samarqand, kota kelahirannya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan hadis.[5]

 Di samping merupakan ahli hadis, al-Darimi juga merupakan ahli fiqih dan ahli tafsir. Dalam bidang hadis, ia adalah hafidh sekaligus kritikus hadis yang sangat paham terhadap ‘ilal al-hadith dan ikhtilaf al-ruwwat. Dalam bidang fiqih, ia menguasai berbagai aliran madhhab fiqih, dan mampu memilah dan memilih ajaran fiqih yang berdasar kepada nas yang ma’thurah. Dalam bidang tafsir, ia ahli di bidang Ma’ani Alquran. Muhammad ibn Ibrahim ibn Manshur al-Shairazi mengomentarinya sebagai “Mufassir yang sempurna”.[6]

            2.      Guru-gurunya

Ia belajar ilmu hadis dari Ahmad ibn Hanbal, ‘Ali ibn al-Madini, Ishaq ibn Rahuwaih dan Yahya ibn Mu’in.[7] Ia juga pernah berguru tentang hadits kepada Yazid ibn Harun, Ja’far ibn ‘Aun, Ya’la ibn ‘Ubaid, Bashar ibn ‘Umar al-Zahrani, Abu ‘Ali ‘Ubaidillah ibn ‘Abd al- Majid al-Hanafi, Abu Bakar ‘Abd Kabir. Selain itu, ia juga pernah berguru kepada Muhammad ibn Bakar al-Barsani, Wahab ibn Jarir, dan Ahmad Ishak al-Hadrami. Ia juga pernah belajar pada ‘Uthman ibn ‘Umar ibn Faris, ‘Ubaidillah ibn Musa, Abu Musa al-Mughirah al-Khalwani, Muhammad ibn Yusuf al-Faryabi dan Abd al-Samad ibn ‘Abd al-Warith.[8]

            3.      Murid-muridnya

Murid-murid beruntung yang pernah belajar kepadanya adalah Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidhi, ‘Abd ibn Humaid, Raja’ ibn Marja’, dan Hasan ibn al-Shabbah. Selain mereka, Muhammad ibn Bashar Bandar, Muhammad ibn Yahya, Baqi ibn Makhlaf, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Salih ibn Muhammad Jazrah, Ibrahim ibn Abi Talib, dan juga Muhammad ibn Isma’il juga pernah belajar pada al-Darimi. Ja’far ibn Ahmad ibn Faris, Ja’far al-Farabi, ‘Abdullah ibn Ahmad, ‘Umar ibn Muhammad ibn Bujair, Muhammad ibn Nadhar al-Jarudi, dan Isa ibn ‘Umar al-Samarqandi juga pernah berguru kepada al-Darimi.[9]

            4.      Karya-karya al-Darimi

Karya al-Darimi yang terkenal adalah kitab hadis yang ia beri judul dengan al-Hadith al-Musnad al-Marfu’ wa al-Mauquf wa al-maqtu’. Akan tetapi dalam penerbitannya, judul kitab hadis tersebut diubah menjadi sunan al-Darimi. Perubahan judul tersebut dilakukan untuk menyesuaikan sistematika penyusun kitab. Al-Darimi menyusun kitab tersebut berdasarkan tata urutan dan sistematika kitab fiqih, sehingga karenanya lebih cocok diberin judul “sunan” daripada dengan “musnad”.[10]

Al-Darimi juga menyusun kitab tafsir dan kitab ensiklopedia (al-Jami’). Hanya sayang kedua kitab al-Darimi ini tidak bisa diketemukan lagi pada masa kini.[11]

            5.      Penilaian ulama terhadap al-Darimi

Al-Darimi sebagai seorang ilmuwan muslim yang menggeluti khazanah Islam telah mendapatkan posisi istimewa dalam pandangan ulama-ulama Islam. Berikut beberapa penilaian para ulama tentang kualitas seorang Al-Darimi[12]:

            a.        Ahmad bin Hanbal berkata: “Beliau adalah Imam”.

            b.      Al-Hafidz Bandar Muhammad ibn Basyar (salah satu guru al-Darimi): “Hafidh di seluruh dunia ini ada empat. Mereka adalah Abu Zur’ah di Ray, Muslim di Naisaburi, ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman (al-Darimi) di Samarqand, dan Muhammad ibn Isma’il (al-Bukhari) di Bukhara’”.

            c.       Al-Hafidh Abu Sa’id al-Ashji: “Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman adalah imam kami”.

        d.      Al-Hafidh ‘Uthman ibn Abi Shaibah, salah satu guru beliau: “Kecerdasan, hafalan dan kepribadian Al-Darimi lebih baik dari apa yang mereka perbincangkan”.

          e.       Muhammad ibn ‘Abd Allah al-Makhrami: “Wahai penduduk Khurasan, selama ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman ada beserta kalian, tidak perlu kamu bersusah payah kepada yang lainnya”.

            f.       Ibn Hibban: “Termasuk Huffadh yang kokoh. Ia orang yang wara’ dalam agama. Ia menghafal, mengumpulkan, mendalami dan menyusun kitab, dan menyebarkan sunnah di negerinya dan mengajak orang lain untuk mengikutinya”.

            6.      Wafatnya

Imam al-Darimi meninggal dunia pada hari Tarwiyah tahun 255 H setelah shalat ‘asar. Ia dikubur pada hari jumat yang bertepatan dengan hari ‘Arafah. Ketika meninggal, al-Darimi umurnya telah mencapai 75 tahun. Ada satu pendapat yang menyebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 250 H. akan tetapi pendapat ini diragukan kebenarannya.[13]


B.     Sunan al-Darimi

            1.      Sistematika Penyusunan

Dalam kitab al-Darimi ini memiliki sistematika penyusunan yang baik dan terdiri dari 24 kitab, ratusan bab, dan 3367 buah hadis. Adapun urutan sistematika penyusunan kitab adalah sebagai berikut:[14]

No..

Judul Kitab

Jumlah Hadis

Nomor Hadis

1

Muqaddimah

647

1-647

2

Al-Taharah

511

648-1158

3

Al-Salat

404

1159-1562

4

Al-Zakat

57

1563-1619

5

Al-Shaum

98

1620-1717

6

Al-Manasik

145

1718-1862

7

Al-Adahi

55

1863-1917

8

Al-Sayd

16

1918-1933

9

Al-At’imah

62

1934-1995

10

Al-Asyribah

47

1996-2042

11

Al-Ru’ya

27

2043-2069

12

Al-Nikah

92

2070-2161

13

Al-Talaq

32

2162-2193

14

Al-Hudud

33

2194-2226

15

Al-Nudzur wa al-Amin

18

2227-2244

16

Al-Diyat

38

2245-2282

17

Al-Jihad

45

2283-2327

18

Al-Siyar

91

2328-2418

19

Al-Buyu’

96

2419-2514

20

Al-Isti’zan

75

2515-2589

21

Al-Rizaq

136

2590-2725

22

Al-Faraidh

320

2726-3045

23

Al-Wasaya

126

3046-3171

24

Fada’il Alquran

195

3172-3367

 

            2.      Kritik terhadap Sunan al-Darimi

Belum nampak pada kita, ulama yang spesifik mengkritik kitab al-Darimi. Hal ini disebabkan masih jarangnya studi terhadap kitab hadis tersebut serta sharahnya. Akan tetapi beberapa hadis yang terdapat di dalamnya telah ada yang dikritik dengan menunjukkan cacat yang ada padanya, meskipun tidak secara jelas dalam mengkritik kitab al-Darimi tersebut. Hadis yang memiliki cacat (‘illat) jumlahnya ada beberapa hadis, sebagaimana juga hadis-hadis yang da’if dan munkar.[15]

Dalam Sunan al-Darimi terdapat sekitar 89 buah hadis mursal. Penyebaran hadis-hadis, tersebut adalah sebagai berikut:[16]

No

Judul Kitab

Jumlah Hadis Mursal

1.

Muqaddimah

40

2.

Al-Taharah

7

3.

Al-Salat

1

4.

Al-Zakat

1

5.

Al-Manasik

2

6.

Al-Nikah

6

7.

Al-Talaq

1

8.

Al-Hudud

1

9.

Al-Siyar

1

10.

Al-Riqaq

2

11.

Al-Faraidh

11

12.

Al-Wasaya

1

13.

Fada’il Alquran

15

 

Di samping adanya hadis-hadis mursal, dalam kitab Sunan al-Darimi berjumlah 240 buah hadis. Penyebaran hadis maqtu’ tersebut adalah sebagai berikut:[17]

No.

Judul Kitab

Jumlah Hadis Maqtu’

1.

Muqaddimah

64

2.

Al-Taharah

19

3.

Al-Salat

4

4.

Al-Zakat

1

5.

Al-Saum

2

6.

Al-Adahi

1

7.

Al-At’imah

3

8.

Al-Asyribah

1

9.

Al-Ru’ya

1

10.

Al-Nikah

3

11.

Al-Talaq

3

12.

Al-Hudud

3

13.

Al-Jihad

2

14.

Al-Siyar

3

15.

Al-Buyu’

5

16.

Al- Isti’dzan

4

17.

Al- Riqaq

1

18.

Al- Faraidh

86

19.

Al-Wasaya

11

20.

Fada’il Alquran

24

 

            3.      Kriteria al-Darimi

Al-Darimi tidak menyatakan secara eksplisit kriteria-kriteria tertentu yang ia pakai untuk menyaring hadis-hadis yang ia masukan ke dalam kitabnya tersebut. Begitu juga para ulama belum ada yang mengemukakan secara komprehensif mengenai kriteria al-Darimi tersebut.[18]

Al-Hafidh ‘Ala’i mengemukakan beberapa indikasi yang berkaitan dengan kriteria al-Darimi dalam menyaring hadis dalam kitabnya. Indikasi-indikasi tersebut menyebabkan ‘Ala’i lebih memilih Sunan al-Darimi sebagai kitab hadis yang keenam dari pada Sunan ibn Majah, untuk melengkapi lima kitab hadis sumber primer yang standar (Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan al-Tirmidhi, Sunan Abu Dawud, dan Sunan Al-Nasa’i). Menurut ‘Ala’i , dalam Sunan al-Darimi  sangat sedikit rijal yang dhaif, hadis yang munkar  dan syadz yang jarang dijumpai. Meskipun ada hadis-hadis yang mursal dan mauquf, tetapi secara umum kitab ini lebih utama dari sunan Ibnu Majah.[19]

            4.      Sanad Kitab

Ulama ahli hadis tidak ragu mengatakan bahwa kitab ini sebagai kitab Sunan al-Darimi. Adapun naskah yang diriwayatkan Abu ‘Imran ‘Isa ibn “Umar ibn al-‘Abbas al- Samarqandiy. Menurut al-Dhahabi, Abu ‘Imran ini adalah ahli hadis yang terpecaya, murid Abu Muhammad al-Darimi dan meriwayatkan musnad darinya. Ia adalah shaikh yang maqbul, untuk keterangan lebih lanjut kami belum mengetahui tentang keadaannya. Al-Dhahabi juga berkata: “Kami tidak mengetahui kapan ia (Abu ‘Imran) wafat. Adapun yang kami ketahui bahwa ia masih hidup pada sekitar tahun 320 H di Samarkand”[20].

            5.      Kedudukan Kitab

Kitab Hadis ini hanya popular dikalangan ulama dan ahli hadis saja, sementara dikalangan ulama pada umumnya, kitab ini tidak banyak dikenal. Hal ini disebabkan karena kitab hadis ini tidak banyak mengemukakakan tambahan hadis dari pada apa yang sudah ada dalam al-Kutub al-Sittah, disamping isi kandungannya yang memuat atsar, mauquf dan maqtu’.[21]

Akan tetapi kitab ini memiliki posisi yang tinggi dikalangan ahli hadis. Hal ini disebabkan karena keimanan penulisnya, dan kemampuan hafalannya, keluasan pengetahuan serta ketinggian tabaqat-nya yang melebihi imam Muslim dan penyusun kitab sunan lainnya. Juga disebabkan karena dalam kitabnya banyak terdapat sanad-sanad sahih yang tinggi kualitasnya, dan sedikitnya zaidah dalam hadis-hadisnya yang marfu’. Di samping itu, Imam Muslim dan para penyusun kitab sunan juga banyak meriwayatkan hadis dalam kitab Sunan al-Darimi ini sebagai mustakhraj dari apa yang ada didalamnya.[22]

Itulah kekuatan dan kelebihan kitab hadis ini yang menyebabkan Al-Hafidh al-‘Ala’i lebih memilih kitab ini untuk menjadi kitab hadis sumber standar keenam dari pada sunan Ibnu Majah.[23]


Baca artikel tentang Ilmu Hadis lainya :

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:

    1.      Al-Darimi merupakan sosok ulama gigih dalam mencari hadis dan diakui oleh kebanyakan ulama hadis. Salah satu karyanya adalah Sunan al-Darimi yang judul aslinya al-Hadith al-Musnad al-Marfu’ wa al-Mauquf wa al-maqtu’.

    2.      Sesuai dengan nama aslinya, kitab Sunan al-Darimi di dalamnya memuat hadis-hadis yang beragam dari marfu’, maqtu, dan mauquf. Kebanyakan hadis bersandar langsung dari Nabi Muhammad SAW. (marfu’), dan selebihnya 89 hadis mursal dan 240 hadis maqtu’. Hadis yang termuat dalam Sunan al-Darimi sebanyak 3367 hadis yang dibagi dalam 24 kitab dan ratusan bab.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Muhammad. Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, 2009.

Arifin, Zainul. Studi Kitab Hadis, Surabaya: Pustaka al-Muna, 2010

Darimi (al), ‘Abdullah ibn ‘Abd al- Rahman, Musnad al-Darimi, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002),

Dhahabi (al), Muhammad Husain. Tarajum al-Aimmat al-Kibar, Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993 M/ 1413 H.

Ghamri (al), Abu ‘Asim Nubail ibn Hashim. Fath al-Mannan Sharh al-Darimi, Makkah: Dar al-Basha’ir al-Islami, 1419 H.



[1] Abu ‘Asim Nubail ibn Hashim al-Ghamri, Fath al-Mannan Sharh al-Darimi, (Makkah: Dar al-Basha’ir al-Islami, 1419 H), 11.

[2] Ibid., 12.

[3] ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman al-Darimi, Musnad al-Darimi, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002), 5.

[4] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2009), 180.

[5] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka al-Muna, 2010), 134.

[6] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 181.

[7] Muhammad Husain al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmat al-Kibar, (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993 M/ 1413 H), 149. 

[8] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, 135.

[9] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 182.

[10] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 182.

[11] Ibid.

[12] Muhammad Husain al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmat al-Kibar, (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993 M/ 1413 H), 150. 

 

[13] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 184.

[14] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, 143.

[15] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, 144.

[16] Ibid., 144.

[17] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, 145.

[18] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 192.

[19] Ibid.

[20] Ibid., 193.

[21] Ibid., 194.

[22] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 194.

[23] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...