HOME

07 Maret, 2022

Kaedah Melacak Hadis Palsu

 

Para ulama hadis telah merancang sedemekian rupa tentang kaedah guna melacak dan mengetahui hadis palsu. Ada dua hal untuk bisa mengidentifikasi apakah sebuah hadis itu palsu atau benar bersumber dari Rasululullah SAW, yaitu sanad dan matan.

Berikut penjelasan al-Khatib dalam Usul al-Hadith nya:[1]

1.      Sanad

Salah satu cara melacak hadis palsu adalah dengan sanad hadis tersebut. Ada beberapa kemungkinan sanad bisa menjadi cara jitu mengetahui hadis palsu, di antaranya:

a.             Pengakuan perawi

Seorang Zindiq bernama ‘Abd al-Karim bin ‘Auja’ mengaku telah memalsukan hadis sebanyak 4.000 hadis sebelum ia dihukum mati oleh gubernur Basrah, Muhammad bin Sulaiman bin ‘Ali.

b.             Bukti yang Mendesak Pengakuan Perawi

Sebagian perawi ada yang tetap tidak mau mengakui pemalsuan hadisnya. Namun meski demikian, hadis palsunya tetap bisa dilacak dengan; periwayatannya yang tidak pernah diriwayatkan gurunya, meski ia memastikan pernah mendengar dari gurunya. Atau perawi hadis palsu tersebut meriwayatkan dari seorang guru yang menetap di sebuah daerah yang tak pernah ia kunjungi. Bisa juga periwayatan hadis palsu tersebut dari seorang guru yang mana wafatnya terlebih dahulu daripada lahirnya perawi hadis tersebut. Atau saat sang guru meninggal, perawi itu masih balita dan belum sempat bertemu.

c.             Perawi yang Terkenal dengan Kedustaannya

Hadis palsu bisa juga diketahui dengan kondisi atau sifat perawinya. Bila perawinya seseorang yang dikenal sering berbohong dan tidak ada perawi thiqah yang meriwayatkan hadis darinya, bisa dipastikan bahwa hadis-hadisnya adalah palsu. Apalagi bila seluruh masyarakat di sekitarnya mengakui bahwa dia memang seorang yang sering berbohong hingga mayoritas masyarakat mengetahui kebohongannya.

d.            Perawi Seorang Rafidi dan meriwayatkan hadis-hadis tentang keluarga Nabi Muhammad SAW.[2]

2.             Matan

Matan juga menjadi titik fokus dalam melacak hadis palsu. Ada beberapa tanda yang mencolok dalam matan hadis untuk bisa mengetahui apakah hadis itu asli atau palsu, di antaranya:

a.             Kerancuan Bahasa

Para ulama yang berkecimpung dalam dunia hadis akan dengan mudah membedakan antara bahasa Nabi dengan bahasa orang lain. Mendeteksi kerancuan makna ini dilakukan jika perawi tidak mengaku atas perbuatan pemalsuannya.

b.             Kecataan Makna

Kecataan makna atau ketimbangan arti sebuah hadis adalah ciri-ciri yang termudah dalam melacak apakah hadis tersebut asli atau palsu. Seperti hadis:

البَذِنْجَانُ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ

  “Terong adalah obat dari segala penyakit.”

c.             Menyalahi Nas Alquran atau Hadis Mutawatir dan Ijma’

Hadis yang bertentangan dengan Alquran, hadis mutawatir, dan ijma bisa dihukumi bahwa hadis tersebut palsu seperti hadis yang menjelaskan bahwa umur kehidupan di dunia ini 7000 tahun,

مِقْدَارُ الدُنْيًا وَأَنَّهَا سَبْعَةُ آلاَفِ سَنَةٍ

Tentunya hadis tersebut menyalahi ayat Alquran yang menjelaskan bahwa hari kiamat hanyalah Allah yang mengetahui.

d.            Hadis yang Tak Pernah Diriwayatkan Sahabat

Hadis palsu juga berupa hadis yang diyakini disembunyikan oleh sahabat dan tak pernah diriwayatkan seperti hadis yang dibuat oleh kelompok Syiah,

هَذَ وَصِيِيِّ وَأَخِيْ وَالْخَلِيْفَةُ مِنْ بَعْدِيْ

“Ini (‘Ali) adalah wasiatku dan saudaraku, juga khalifah setelahku.”

e.             Hadis yang Berlebihan dalam Menjelaskan Pahala

Seperti hadis berikut:

مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ خَلَقَ اللهُ مِنْ كُلِّ كَلِمَةٍ طَائِراً مِنْقَارُهُ مِنْ ذَهَبوَوَرِيْشُهُ مِنْ مَرْجَانٍ

“Barang siapa yang mengucapkan kalimat tahlil, maka Allah akan menciptakan seekor burung yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan di setiap kalimatnya.”


Baca artikel tentang Hadis lainya :


[1]Muhammad Ajjaj al-Khatib, Usul Al-Hadis Ulumuhu wa Musthalahatuhu..., 432-436.

[2]Muhammad Mahmud Ahmad Bakkar, Bulughu al-Amal min Mustalahi al-Hadis wa al-Rijal...., 300.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...