A. Pengertian Hadis Palsu atau Hadist Maudu’
Secara bahasa hadis adalah antonim dari kata qadim
yang berarti lama.[1]Jadi hadis secara bahasa berarti
baru.Hadis juga berati sebuah kabar atau berita.[2]
Hadis secara istilah segala sesuatu yang dinisbatkan atau
bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan,
sifat, dan biografi.[3]
Adapun Maudu’ adalah
isim maf’ul dari kata Wada’a yang memiliki beberapa arti, di
antaranya menjatuhkan, meninggalkan, atau memalsukan.[4]
Secara istilah, hadith
maudu’ adalah segala sesuatu, baik perkataan, perbuatan, persetujuan, yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW dengan cara berbohong atau mengelabuhi,
sedangkan Rasulullah SAW tidak pernah mengatakan, melakukan, dan menyetujui hal
itu.[5]
B. Sejarah Munculnya Hadis Palsu dan Peran Khawarij dan Syiah.
Terjadinya konflik dan perpecahan
politik pada masa pemerintahan khalifah Ustman bin ‘Affan adalah awal mula
munculnya pemalsuan hadis. Konflik tersebut juga memicu pertumpahan darah
antara pasukan ‘Ali dan pasukan Mu’awiyah. Semenjak saat itulah, kaum muslimin
terpecah ke dalam beberapa golongan. Golongan mayoritas mendukung ‘Ali,
golongan lain mendukung Mu’awiyah, dan golongan lain yang keluar dari golongan ‘Ali
dan Mu’awiyah. Perpecahan yang terjadi di tubuh kaum muslimin disebabkan karena
hasrat politik.[6]
Sangat disayangkan sekali, perpecahan yang
mulanya karena politik itu, menjadi kelompok-kelompok keagamaan. Sehingga
kelompok-kelompok itu tidak lagi memainkan politik untuk kekuasaan namun juga
memainkan agama utama meraih hawa nafsunya tersebut.[7]
Setiap kelompok itu berusaha untuk
mengolah Alquran dan hadis untuk mendulang suara politik mereka. Mulanya mereka
memainkan Alquran dengan menafsirkan ayat-ayat Alquran. Mereka menafsirkannya
dengan sesuai keinginan politik mereka. Setelah memainkan tafsir ngawurnya,
mereka tak puas sampai di situ, mereka mencoba untuk memainkan hadis dengan
memalsukan hadis yang seakan-akan hadis itu bersumber dari Rasulullah SAW.
Hadis-hadis tersebut mereka buat dengan sengaja untuk dijadikan senjata
mendukung kelompok-kelompok mereka masing-masing.[8]
Muhammad ‘Ajjaj Al-Khatib menyataakan
dalam Usulu al-Hadith nya bahwa pemalsuan hadis masih jarang dilakukan
pada abad 1 dan 2 H, karena pada zaman itu, masih banyak sahabat dan tabiin
besar yang selalu mengawal hadis-hadis Rasulullah SAW. Hadis palsu terus
bertambah banyak seiring dengan bertambahnya fitnah dan bid’ah di kalangan kaum
muslimin.[9]
Al-Khatib melanjutkan, bahwa seiring
waktu dan wafatnya para sahabat Nabi dan tabiin besar, maka pemalsuan hadis
semakin gencar dan deras. Generasi setelah para sahabat dan tabiin yang
terbilang bodoh dan gampang terbuai oleh siasat politik, membuat hadis-hadis
palsu semakin bertebaran di telinga kaum muslimin.[10]
Adapun golongan pertama kali yang memalsukan hadis adalah Syiah.[11]
Al-Khatib berpendapat bahwa tidak ada
bukti atau keterangan bahwa kelompok Khawarij memalsukan hadis, karena bagi
mereka berbohong adalah dosa besar dan pelaku dosa besar kafir. Bahkan Abu
Dawud mengatakan, “Dari beberapa kelompok yang terbuai dengan hawa nafsu, tidak
ada yang lebih sahih dalam meriwayatkan hadis dari kelompok Khawarij.[12]
Musthafa Muhammad Abu ‘Imarah juga
berpendapat sama dengan Al-Khatib, bahwa Khawarij adalah kelompok yang paling
sahih dalam meriwayatkan hadis. Mustafa menukil pendapat Ibnu Taimiyah, bahwa
Khawarij meskipun ajaran mereka melenceng dan keluar dari agama, akan tetapi
hadis-hadis yang mereka riwayatkan bisa dipercaya dan sangat kredibel.[13]
Muhammad Muhammad Abu Zahwu dalam Al-Hadist
wa al-Muhaddistun menyebutkan beberapa factor mengapa Khawarij sangat
jarang memalsukan hadis, di antaranya ialah:[14]
1.
Berbohong
dalam mazhab Khawarij termasuk dosa besar dan pelakunya divonis kafir. Oleh
karenanya, kelompok Khawarij sangat jarang berbohong.
2.
Dengan kekauan dan jumud nya mereka tidak bias menerima umat lain
seperti bangsa Persi, Yahudi yang terkenal dengan memalsukan hadis.
3.
Khawarij tidak mengenal ajaran Taqiyah[15] yang
menjadi senjata utama kelompok Syiah.
Adapun hadis palsu yang dibuat oleh kelompok Khawarij dan disandarkan kepada Rasulullah SAW, adalah:
إِذَا
أَتَاكُمُ الْحَدِيْثُ عَنِّيْ فَاعْرِضُوْهُ عَلَى كِتَابِ اللهِ فَإِنْ وَافَقَ
كِتَابَ اللهِ فَأَنَا قُلْتُهُ...[16]
“Jika kamu mendapatkan hadis, maka rujukkanlah hadis
tersebut dengan Alquran. Jika hadis tersebut sesuai dengan Alquran, maka itu
perkataanku…”
C. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Hadis Palsu
Munzier Suparta dalam Ilmu
Hadis nya menguraikan beberapa penyebab munculnya hadis palsu. Pemalsuan
hadis tidak hanya dilakukan oleh kaum muslimin saja, namun juga oleh
orang-orang non Islam. Berikut beberapa motif mereka memalsukan hadis:[17]
Pertikaian politik
antara kubu ‘Ali bin Abi Talib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan merupakan awal mula
perpecahan kaum muslimin. Dengan perpecahan itu, setiap kelompok berusaha
menjadikan Alquran dan hadis sebagai senjata untuk mendukung dan menguatkan
suara politik mereka.
Masing-masing kelompok
berusaha menafsirkan Alquran sesuai dengan hasrat politiknya. Dan tak cukup
sampai situ, mereka juga memalsukan hadis untuk mendulang suara politik mereka.
Contoh hadis palsu
yang dibuat oleh Syiah:
يَاعَلِيُّ إِنَّ اللهَ غَفَرَ
لَكَ وَلِذُرِّيَّتِكَ وَلِوَالِدَيْكَ وَلِأَهْلِكَ وَلِشِيْعَتِكَ وَلِمُحِبِّي
شِيْعَتِكَ
“Wahai ‘Ali, sesungguhnya Allah
telah mengampunimu, keturunanmu, kedua orang tuamu, keluargamu, pendukungmu,
dan pecinta pendukungmu.”
Contoh hadis palsu yang dibuat oleh pendukung Mu’awiyah:
الأُمَنَاءُ
ثَلاَ ثَةٌ أَناَ وَجِبْرِيْلُ وَمُعَاوِيَةُ أَنْتَ مِنِّيْ ياَ مُعَاوِيَةُ وَ
أَناَ مِنْكَ
“Yang dapat dipercaya ada tiga,
yaitu aku, Jibril dan Mu’awiyah. Wahai Mu’awiyah, kau termasuk golonganku dan
aku bagian dari kamu.”
Kaum Zindiq adalah golongan yang paling membenci Islam.
Kebenian itu hingga mengarahkan mereka dengan mudahnya memalsukan hadis.
Seorang Zindiq bernama ‘Abd al-Karim bin ‘Auja’ mengaku telah memalsukan hadis
sebanyak 4.000 hadis sebelum ia dihukum mati oleh gubernur Basrah, Muhammad bin
Sulaiman bin ‘Ali. Bahkan Hammad bin Zaid mengatakan kaum zindiq telah
memalsukan 12.000 hadis.
Contoh
hadis yang dipalsukan kaum zindiq:
اَلنَّظَرُ
إِلَى الْوَجْهِ الْجَمِيْلِ صَدَقَةٌ
“Melihat wajah cantik termasuk ibadah.”
3.
Fanatisme Kesukuan dan Kebangsaan
Sifat
fanatisme kesukuan, kebangsaan atau kenegaraan membuat sebagian kaum muslimin
memalsukan hadis. Untuk menonjolkan kesukuan, kebangsaan atau kenegaraan
mereka, mereka buat hadis palsu dengan tujuan ingin mengangkat kesukuan atau
kebangsaaan mereka dan menghinakan kesukuan atau kebangsaan orang lain.
Contoh
hadis yang dipalsukan oleh masyarakat Persi:
إِنَ
اللهَ إِذَا غَضِبَ أَنْزَلَ الْوَحْيَ باِلْعَرَبِيَّةِ وَإِذَا رَضِيَ أَنْزَلَ
الْوَحْيَ بِالْفاَرِسِيَّةِ
“Apabila
Allah murka, Ia akan menurunkan wahyu dengan bahasa Arab. Dan bila senang, Ia
akan menurunkan wahyu dengan bahasa Persi.”
Begitu
juga sebaliknya, orang-orang Arab memalsukan hadis sebaliknya untuk menghina masyarakat Persi,
إِنَ
اللهَ إِذَا غَضِبَ أَنْزَلَ الْوَحْيَ بِالْفاَرِسِيَّةِ وَإِذَا رَضِيَ أَنْزَلَ
الْوَحْيَ باِلْعَرَبِيَّةِ
“Apabila
Allah murka, Ia akan menurunkan wahyu dengan bahasa Persi. Dan bila senang, Ia
akan menurunkan wahyu dengan bahasa Arab.”
4.
Bualan Tukang Cerita dan Dai
Sebagian dai dan tukang cerita sengaja membuat hadis palsu guna
mendulang simpatik dan kekaguman dari audiensnya. Hadis yang mereka sampaikan
sangat tidak masuk akal dan berlebihan. Seperti hadis berikut:
مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهَ خَلَقَ اللهُ مِنْ كُلِّ كَلِمَةٍ طَائِراً مِنْقَارُهُ مِنْ ذَهَبٍ
وَوَرِيْشُهُ مِنْ مَرْجَانٍ
“Barang siapa yang mengucapkan kalimat
tahlil, maka Allah akan menciptakan seekor burung yang paruhnya dari emas dan
bulunya dari marjan di setiap kalimatnya.”
5.
Perselisihan Mazhab Fikih dan Ilmu Kalam
Sebagian hadis-hadis palsu juga bersumber dari para
pengikut mazhab. Mereka berani melakukan pemalsuan hadis karena didorong sifat
fanatik terhadab mazhab mereka. Di antara hadis-hadis palsu itu, sebagai
berikut:
مَنْ
رَفَعَ يَدَيْهِ فِيْ الرُّكُوْعِ فَلاَ صَلاَةَ لَهُ
“Barang siapa yang mengangkat tangannya saat rukuk maka salatnya tidak
sah.”
6.
Membangkitkan Gairah Beribadah Tanpa Didasari
Ilmunya
Banyak
di antara para ulama yang memalsukan hadis dengan mengira bahwa tujuan mereka benar
dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah. Mereka berkata, “Kami memalsukan
hadis bukan untuk menghinakan derajat Rasulullah SAW justru kami memalsukan
hadis untuk menjunjung tinggi nama Rasulullah SAW.”
Nuh
bin Maryam membuat hadis-hadis palsu tentang fadilah-fadilah setiap surat dalam
Alquran. Dan Ghulam Al-Khail membuat hadis palsu tentang keutamaan zuhud dan tazkiyatu
al-nafs.
Ghiyath bin Ibrahim salah satu tokoh pemalsu hadis yang bertujuan supaya dekat dan diberi hadiah oleh penguasa. Ia memalsukan hadis tentang perlombaan merpati. Setelah memalsukan hadis tersebut, ia pun mendapatkan uang 10.000 dirham dari khalifah al-Mahdi. Namun sebelum ia keluar dan meninggalkan khalifah, khalifah memanggilnya dan menegurnya tentang pemalsuan hadis tersebut. Khalifah pun memerintahkan untuk menyembelih buruh merpatinya.
Baca artikel tentang Hadis lainya :
- Aliran Khawarij, Sejarah Kemunculan, & Karakteristiknya
- Aliran Syi'ah & Sejarah Kemunculanya
- Hadis Palsu Atau Hadist Maudu’ Serta Faktor Kemunculanya
- Kaedah Melacak Hadis Palsu
- Peran Ulama Menyelamatkan Hadis Dari Pemalsuan
- Hukum Hadis Palsu Dan Daftar Buku Hadis Palsu
- Metode Dan Contoh Penyelesaian Mukhtalif Al-Hadith
- Mukhtalif Hadis
- Imam Al-Daruquthni
- Sunan Al-Daruqutni
- Imam Abu Dawud
- Kitab Sunan Abu Dawud
- Jarh wa ta‘dil
- Lafaz Jarh Wa Ta‘dil Serta Tingkatannya
- Beberapa Hal Yang Perlu Diketahui Dan Tertolak Dalam Jarh wa ta‘dil
- Metode Dalam Tarjih Dan Ta‘dil Perawi
- Pertentangan Dalam Jarh Wa Ta‘dil
- Kitab-Kitab Jarh Wa Ta'dil
[1] ‘Ali Abd al-Basith Mazid, Mu’jam al-Mushthalahat al-Hadistiyyah, 36.
[2] Bakri Syekh Amin, Adab al-Hadist al-Nabawi (Beirut: Dar al-Shuruq: 1981), 9.
[3]Ibid.,10.
[4]Muhammad ‘Ajjaj Al-Khatib, Usul al-Hadis ‘Ulumuhu wa Mushthalahatuhu (Beirut: Dar Al-Fikr, 1989), 415.
[5] Ibid., 415.
[6]Muhammad Mahmud Ahmad Bakkar, Bulughu al-Amal min Mustalah al-Hadith wa al-Rijal (Kairo: Dar al-Salam, 2012), 288.
[7] Ibid., 288.
[8]Ibid., 288.
[9]Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis Ulumuhu wa Mushtalahatuhu..., 416.
[10]Ibid., 417.
[11]Muhammad Mahmud Ahmad Bakkar, Bulughu Al-Amal min Musthalahi Al-Hadis wa Ar-Rijal..., 288.
[12]Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Usul Al-Hadis Ulumuhu wa Mushthalahatuhu..., 421.
[13]Mustafa Muhammad Abu ‘Imarah, al-Tahqiq wa al-Idah (Kairo: Jami’ah Al-Azhar, 2009), 238.
[14] Muhammad Muhammad Abu Zahwu, al-Hadist wa al-Muhaddistun (Kairo:
Darul Fikr Arabi, 1959), 87.
[15] Ajaran yang menganjurkan berbohong dan bermuka dua. Ajaran ini dianut oleh kelompok Syiah.
[16] Muhammad Muhammad Abu Zahwu, Al-Hadist wa Al-Muhaddistun…, 87.
[17] Munzier Saputra, Ilmu Hadis (jakarta: Rajawalipress, 2002), 181-188.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar