TAWABI’
DAN I’ROBNYA
(التَّوَابِعُ وَاِعْرَابُهَا)
Tabi’ atau Tawabi’ (jamak) menurut bahasa adalah
pengikut. Tawabi’ adalah kata benda (isim) yang mengikuti
kata-kata sebelumnya (matbu’) dalam i’rob (marfu’, manshub,
dan majrur). Adapun isim tabi’ yang mengikuti matbu’ ada 4
macam; na’at (sifat), ‘athof (perbandingan), taukid (penegas),
dan badal (pengganti).
التَّوَابِعُ
نَعْتٌ عَطْفٌ تَوْكِيْدٌ بَدَلٌ
A.
Na’at (النَعْتُ)
Na’at adalah isim (kata benda) yang menunjukkan sifat
pada isim sebelumnya (man’ut). Contoh;
هَذَا مَسْجِدٌ كَبِيْرٌ = ini masjid yang besar
Lafadz كَبِيْرٌ adalah lafadz
yang menunjukkan sifat bagi isim sebelumnya (man’ut) yaitu lafadz
مَسْجِدٌ.
Sedangkan na’at dibagi menjadi 2 na’at haqiqi dan na’at
sababi.
1)
Na’at Haqiqi
Na’at Haqiqi adalah lafadz yang menunjukkan sifat bagi isim
sebelumnya (man’ut) dalam i’rab (rafa’, nashab, jar), nau’ (mudzakkar
dan muannats), definitif (nakirah dan ma’rifah), dan jumlah
(mufrad, mutsana, dan jama’). Apabila man’ut pada akhir hurufnya
berharakat dhomah (marfu’) atau fathah (manshub) atau kasroh (majrur),
maka na’at-nya juga berharakat dhomah (marfu’) atau fathah (manshub)
atau kasroh (majrur). Apabila man’ut-nya pada huruf akhirnya
berharakat tanwin, maka na’at-nya juga berharakat tanwin. Dan apabila man’ut
pada awal katanya memakai alif lam (ال), maka na’at-nya juga memakai alif lam (ال) pada awal katanya. Untuk lebih jelas lihat contoh tabel
di bawah ini.
نَعْتٌ : اْلقَدِيْمَةُ |
مَنْعُوْتٌ اَلْمِكْوَةُ |
اَلْمِكْوَةُ اْلقَدِيْمَةُ تَحْتَ تِلْفَازٍ جَدِيْدٍ
Setrika yang lama di bawah TV yang baru |
رَفْعٌ |
اعراب |
اْلحَقِيْقِيٌّ |
القَدِيْمَةَ |
الْمِكْوَةَ |
رَأَيْتُ الْمِكْوَةَ القَدِيْمَةَ تَحْتَ تِلْفَازٍ Saya melihat setrika yang lama di bawah TV |
نَصْبٌ |
||
جَدِيْدٍ |
تِلْفَازٍ |
اَلْمِكْوَةُ اْلقَدِيْمَةُ تَحْتَ تِلْفَازٍ جَدِيْدٍ
Setrika yang lama di bawah TV yang baru |
خَفْضٌ |
||
السَّمِيْنُ |
يُوْنُسُ |
يُحِبُّ يُوْنُسُ السَّمِيْنُ مَكْرُوْنَةً Yunus yang gemuk itu menyukai spageti |
مُذَكَّرٌ |
نوع |
|
مَقْلِيَةً |
مَكْرُوْنَةً |
يُحِبُّ يُوْنُسُ مَكْرُوْنَةً مَقْلِيَةً Yunus menyukai spageti yang goreng |
مُؤَنَّثٌ |
||
مُجْتَهِدٌ |
طَالِبٌ |
مُحَمَّدٌ طَالِبٌ مُجْتَهِدٌ Muhammad adalah murid yang rajin |
مُفْرَدٌ |
عدد |
|
مُجْتَهِدَانِ |
طَالِبَانِ |
مُحَمَّدَانِ طَالِبَانِ مُجْتَهِدَانِ Dua orang (lk) yang bernama Muhammad itu adalah murid
yang rajin |
مُثَنَّى |
||
مُجْتَهِدُوْنَ |
طُلاَّبٌ |
مُحَمَّدُوْنَ طُلاَّبٌ مُجْتَهِدُوْنَ Para laki-laki yang bernama Muhammad itu adalah
murid-murid yang rajin |
جَمْعٌ |
||
الْمَاهِرُ |
سُلَيْمَانُ |
يَسْكُنُ سُلَيْمَانُ الْمَاهِرُ فِى ثُكْنَةٍ فَخْمَةٍ Sulaiman yang terampil tinggal di barak yang mewah |
مَعْرِفَةٌ |
تعيين |
|
فَخْمَةٍ |
ثُكْنَةٍ |
يَسْكُنُ سُلَيْمَانُ الْمَاهِرُ فِى ثُكْنَةٍ فَخْمَةٍ Sulaiman yang terampil tinggal di barak yang mewah |
نَكِرَةٌ |
2)
Na’at Sababi
Na’at Sababi adalah kata benda (isim) yang menunjukkan sifat atau penjelas bagi isim yang mempunyai ikatan dengan man’ut. Jadi sifat yang
ada tidak menunjukkan sifat pada man’ut-nya melainkan pada kata setelah na’at.
Pada lafadz yang memiliki na’at sababi harus mengandung dhomir
yang kembali pada man’ut-nya. Sedangkan yang menjadi penghubung antara isim
dengan
man’ut
adalah
dhamir tersebut yang nempel pada isim setelah na’at.
Na’at Sababi
harus berupa isim
mufrad dan mengikuti man’ut-nya pada hal i’rab (rafa’,
nashab, jar) dan ta’yin (ma’rifat, nakirah) serta mengikuti isim yang mempunyai ikatan dengan man’ut
pada hal nau’ (mudzakkar, muannast).
نَعْتٌ : الرَّطْبَةُ |
مَنْعُوْتٌ سَالِمٌ |
يَلْعَبُ سَالِمٌ الرَّطْبَةُ جَاكِتَتُهُ
السَّطْرَنْجِىَّ مَعِى Salim yang jaketnya basah bermain catur bersamaku |
رَفْعٌ |
اعراب |
السَّبَبِيُّ |
الكَثِيْرَ |
الدَّرْسَ |
كَتَبْتُ الدَّرْسَ الكَثِيْرَ وَاجِبُهُ Saya menulis pelajarang yang tugasnya banyak |
نَصْبٌ |
||
بِسِيْطٍ |
فِى دَوْرَةٍ |
نَتَعَلَّمُ اللُّغَةَ اْلعَرَبِيَّةَ فِى دَوْرَةٍ
بِسِيْطٍ فَصْلُهَا Kita belajar Bahasa Arab di kursus yang sederhana
kelasnya |
خَفْضٌ |
||
اْلحَسَنَ |
الْجِيْرَانَ |
تَدْعُوا الْجِيْرَانَ اْلحَسَنَ خُلُقُهُمْ
لِيَحْضُرُوْا حَفْلَتَكَ Kamu panggil tetangga yang baik perilakunya untuk
menghadiri pestamu |
مَعْرِفَةٌ |
تعيين |
|
اْلوَاسِعَةُ |
الْمَدْرَسَةُ |
الْمَدْرَسَةُ اْلوَاسِعَةُ سَاحَتُهَا تَحْتَ
الأِصْلَاحِ Sekolah yang luas halamanya dalam perbaikan |
|||
مُنْطَفِئَةٍ |
مَقْهًى |
قَابَلَنِى فَاطِمَةُ فِى مَقْهًى مُنْطَفِئَةٍ لَمْبَتُهُ Fatimah berjumpa denganku di cafe yang padam lampunya |
نَكِرَةٌ |
B.
‘Athof (العَطْفُ)
‘Athaf termasuk
salah satu tawabi’ yang mengikuti matbu’. ‘Athaf tidak
beda dengan na’at, hanya saja kalau na’at (نعت) mengikuti man’ut (منعوت), kalau ‘athaf (عطف) mengikuti ma’thuf ‘alaih (معطوف عليه). ‘Athaf dibagi menjadi 2 yaitu ‘athaf nasaq
(العطف النسق) dan ‘athaf bayan (العطف البيان). Untuk lebih mempermudah silahkan perhatikan penjelasan
di bawah ini.
1)
‘Athaf Nasaq (العطف النسق)
‘Athof Nasaq
adalah kata benda (isim) yang selalu mengikuti ma’thuf
‘alaih yang mana diantara ‘athaf dan ma’tuf ‘alaih diperantarai
oleh salah satu huruf ‘athaf. Kata yang mengikuti dinamakan ma’thuf
dan yang diikuti dinamakan ma’thuf ‘alaih. Kesesuain antar ‘athaf
dengan ma’thuf ‘alaih adalah hanya dalam i’rab-nya saja,
berbeda na’at atau tawabi’ yang lainnya. Contoh;
كَتَبَ
زَيْدٌ وَ عَمْرٌو اْلدَّرْسَ Zaid dan Umar telah menulis pelajaran |
Lafadz Zaid
sebagai ma’thuf ‘alaih, huruf wa sebagai huruf ‘athaf,
lafadz Amr sebagai ‘athaf. Karena ma’thuf ‘alaih
ber-i’rab rafa’ maka ‘athaf juga ber-i’rab rafa’.
Adapun huruf-huruf
‘athaf banyaknya ada sepuluh diantaranya;
‘Athaf |
Ma’thuf ‘Alaih |
Contoh |
Fungsi |
Huruf-huruf ‘Athaf |
سُفْيَانُ |
أَحْمَدُ |
لَيْسَ
أَحْمَدُ وَسُفْيَانُ فَقِيْرَيْنِ Ahmad dan Sufyan bukanlah orang yang miskin |
لِمُطْلَقِ اْلجَمْعِ Untuk mengikutsertakan keseluruhan |
وَاوٌ
dan |
إِسْمَاعِيْلَ |
إِبْراَهِيْمَ |
أَرْسَلَ اللَّهُ عَلَى النَّاسِ إِبْراَهِيْمَ
فَإِسْمَاعِيْلَ Allah mengutus kepada manusia Ibrohim kemudian Ismail |
للتَّرْتِيْبِ بِاالتَّعْقِيْبِ Tertib secara teratur |
فَاءٌ lalu / kemudian |
اِسْتِعْمَالَ |
غُسْلَ |
أُرِيْدُ غُسْلَ الْمَلَابِسِ ثُمَّ اِسْتِعْمَالَهَا Saya ingin mencuci pakaian lalu memakainya |
للتَّرْتِيْبِ بِاالتَّرَاخِى Tertib secara telat |
ثُمَّ lalu / kemudian |
مِظَلَّةً |
مِمْطَرَةً |
خُذْ لِى مِمْطَرَةً أَوْ مِظَلَّةً مِنْ فَضْلِكَ Tolong ambilkan saya jas hujan atau payung |
لِلتَّخْيِيْرِ / لِلشَّكِّ Pilihan / ragu |
أَوْ atau |
مِلْعَقَةٍ |
بِشَوْكَةٍ |
طَعَمَتْ فَاطِمَةُ الْمَكْرُوْنَةَ بِشَوْكَةٍ أَمْ
مِلْعَقَةٍ Fatimah makan spageti dengan garpu atau sendok |
لِلتَّسْوِيَةِ Menyamakan |
أَمْ Atau |
حَمْدَانُ |
جَابِرٌ |
زَارَكَ فِى الشَّقَّةِ إِمَّا جَابِرٌ وإِمَّا حَمْدَانُ
Mengunjungimu di apartemen adakalnya Jabir dan
adakalanya Hamdan |
لِلتَّفْصِيْلِ Merinci / perinci |
إِمَّا adakalanya |
قِطَارًا |
اْلحَافِلَةَ |
لَاتَرْكَبِ اْلحَافِلَةَ قَبْلَ يَوْمِ اْلعِيْدِ بَلْ
قِطَارًا Jangan naik bus sebelum lebaran tapi naik kereta api |
لِإِثْبَاتِ حُكْمِ مَاقَبْلَهَا وَضِدِّ مَابَعْدَهَا Hukum ma’thuf alaih dibatalkan oleh ‘athaf |
بَلْ Tetapi |
يُوْسُفَ |
سَالِمٍ |
يَبْنِى اْلعُمَّالُ
بَيْتَ سَالِمٍ لَا يُوْسُفَ Pekerja membangun rumah Salim bukan Yusuf |
لِنَفْىِ حُكْمِ مَابَعْدَهَا Untuk meniadakan hukum lafadz setelahnya |
لَا Tidak/bukan |
اللَّهَ |
الصَّنَمَ |
مَا اسْتَغْفَرْنَا الصَّنَمَ لَكِنِ اللَّهَ Kita tidak memohon ampunan kepada berhala melainkan
kepada Allah |
لِلْاِسْتِدْرَاكِ Susulan kata |
لَكِنْ Akan tetapi |
السَّقْفَ |
اْلجِدَارَ |
طَلَى البَنَّاءُ اْلجِدَارَ حَتَّى السَّقْفَ Tukang bangunan mengecat tembok samapai atap |
لِلتَّدْرِيْجِ إِلَى اْلغَايَةِ Bertahap hingga tujuan |
حَتَّى Sampai |
2)
‘Athaf Bayan (العطف
البيان)
‘Athaf Bayan adalah isim (kata benda) yang mengikuti pada matbu’-nya,
yang serupa sifat dalam segi menambah kejelasan kata yang diikutinya tanpa
adanya perantara huruf athaf. ‘Athaf Bayan biasa juga disebut badal.
Contoh;
أَدْعُوْ
اَبَاكَ سَلْمَانَ Saya mengundang
ayahmu, Salman.
Lafadz Salman
(سَلْمَانَ) sebagai ‘athaf (عطف) atau badal
kul min kul (بدل كل من كل), sedangkan lafadz yang diikuti abaaka (اَبَاكَ). Kalau dilihat dari artinya bisa dimaknai
bahwa Salman adalah ayahmu, dan ayahmu adalah Salman.
C.
Taukid (التَّوْكِيْدُ)
Taukid adalah kata benda (isim) yang selalu mengukuti muakkad-nya,
baik berupa i’rab (rafa’, nashab, khafad) dan ta’yin-nya (ma’rifat,
nakirah). Kata yang ditetapkan
hukumnya dinamakan muakkad dan kata yang menetapkan dinamakan taukid.
Taukid bukanlah inti kalimat, tapi mempunyai fungsi dalam kalimat. Taukid
berfungsi untuk menguatkan atau menghilangkan keraguan pendengar.
Taukid dibagi menjadi taukid lafdzi dan taukid
maknawi, untuk lebih jelasnya sebagai berikut;
1)
Taukid Lafdzi (اللَّفْظِىُّ) adalah mengulangi lafadz dengan lafadz-nya
sendiri atau dengan persamaanya untuk mencegah lengahnya orang yang
mendengarkan. Contoh;
حَلِيْمَةُ حَلِيْمَةُ مَسْرُوْرَةٌ (Halimah
benar-benar gembira)
يَغْضَبُ يَغْضَبُ سَلْمَانُ (Salman benar-benar
marah)
Lafadz
حَلِيْمَةُ yang pertama sebagai muakkad,
Lafadz
حَلِيْمَةُ yang kedua sebagai taukid.
Sedangkan kalimat yang kedua, lafadz يَغْضَبُ yang pertama sebagai muakkad, dan
lafadz يَغْضَبُ yang kedua sebagai taukid.
2)
Taukid Maknawi
(الْمَعْنَوِىُّ) adalah kata benda (isim) yang selalu mengikuti muakkad-nya
untuk menghilangkan keraguan dengan menggunakan kata-kata tertentu (نَفْسٌ، عَيْنٌ، كُلٌّ،
أَجْمَعُ) dan selalu di-mudlofkan pada dlomir yang
kembali/sesuai dengan muakkad-nya. Contoh;
توكيد: نَفْسُهَا |
مؤكد: فَاطِمَةُ |
تُسَافِرُ فَاطِمَةُ نَفْسُهَا اِلَى خَارِجِ اْلبِلَادِ Fatimah
bepergian (dirinya) ke
luar negeri |
نَفْسٌ (dirinya) |
عَيْنَهُ |
عِمْرَانَ |
أُعَاتِبُ عِمْرَانَ عَيْنَهُ لِاَنَّهُ سَارِقُ اْلجَوَابِ Saya
memarahi imran (dirinya) karena dia mencuri jawaban
(menyontek) |
عَيْنٌ (dirinya) |
كُلِّهِنَّ |
عَلَى الطَّالِبَاتِ |
لَا بُدَّ عَلَى الطَّالِبَاتِ كُلِّهِنَّ أَنْ
يَسْتُرْنَ عَوْرَتَهُنَّ Wajib bagi siswi-siswi (Pr) (semuanya)
menutupi auratnya |
كُلٌّ (semuanya) |
أَجْمَعِيْنَ |
أَوْلَادَكَ |
أَهْدَيْتَ أَوْلَادَكَ أَجْمَعِيْنَ لِاَنَّهُمْ
مُجْتَهِدُوْنَ Kamu
memberi hadiah anak-anakmu (semuanya) karena mereka rajin |
أَجْمَعُ (semuanya) |
اَجْمَعُوْنَ |
نَحْنُ |
نَحْنُ اَجْمَعُوْنَ جُمَلاَءُ Kita (semuanya) tampan |
D.
Badal (البَدَلُ)
Badal merupakan kata benda (isim) yang di dalam suatu
kalimat untuk mewakili kata sebelumnya, baik mewakili secara keseluruhan
ataupun sebagiannya saja. Kata yang menggantikan atau
mewakili disebut badal dan kata yang digantikan atau diwakili dinamakan mubdal
minhu, serta i’rab
badal harus sama atau sesuai dengan mubdal minhu.
Contoh;
جَاءَ
الْمُدَرِّسُ أَحْمَدُ = Guru (laki-laki) telah
datang, Ahmad.
Lafadz
أَحْمَدُ
sebagai
badal, dan lafadz الْمُدَرِّسُ sebagai mubdal minhu. Badal
mewakili mubdal minhu, bahwa Ahmad adalah seorang guru.
Badal terbagi 4
macam badal kul min kul atau syaik min syaik, badal bakdhu min
kul, badal istimal, dan badal gholadh. Contoh;
بدل: سُفْيَانُ |
مبدل
منه: عَمُّ |
عَمُّكَ
سُفْيَانُ مُنْتَظِرُ الرِّسَالَةِ مِنْ وَلَدِهِ Pamanmu Sufyan menunggu pesan dari anaknya |
كُلُّ
مِنْ كُلٍّ / شَيْىءٌ مِنْ شَيْىءٍ setingkat antara badal dan mubdal
minhu |
الدُّمْيَةَ |
هَذِهِ |
نِلْتُ هَذِهِ الدُّمْيَةَ مِنْ حَبِيبِكِ Saya memperoleh boneka ini dari kekasihmu |
|
إِعْلَانَةِ |
اْلجَرَائِدَ |
قَرَأَ يُوْنُسُ اْلجَرَائِدَ إِعْلَانَتِهَا Yunus
membaca Koran, pengumumanya |
بَعْضُ مِنْ كُلٍّ / بَعْضٌ مِنْ شَيْىءٍ badal merupakan bagian dari mubdal minhu |
نِصْفَ |
اْلفُطُوْرَ |
تَنَاوَلَتْ مَرْيَمُ اْلفُطُوْرَ نِصْفَهُ Maryam
makan pagi, setengahnya |
|
صَبْرُ |
الشَّيْخُ |
أَعْجَبَنِى الشَّيْخُ صَبْرُهُ Saya
mengagumi syeikh, yaitu kesabaranya |
اِشْتِمَالٌ badal merupakan sesuatu yang terdapat dalam mubdal minhu |
كَلَامَ |
صَدْرَانَ |
كَرِهَتْ عَائِسَةُ صَدْرَانَ كَلَامَهُ Aisyah
membenci Sadran, kata-katanya |
|
مِمْحَاتَكَ |
مِسْطَرَتَكَ |
لِمَاذَا لَمْ تَسْتَعْمِلْ مِسْطَرَتَكَ مِمْحَاتَكَ؟ Mengapa
kamu tidak menggunakan penggarismu, penghapusmu? |
غَلَطٌ mengganti ketika terjadi kekliruan dalam menyebutkan
kata dengan kata yang lain |
الْمِسْمَارِ |
عَلَى الْمِرْسَمِ |
أَلْصَقْنَا اْلإِطَارَ بِالْمِرْسَمِ الْمِسْمَارِ Saya melekatkan bingkai dengan pensil, paku |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar