HOME

24 Februari, 2021

MATERI KHUTBAH JUM'AT TENTANG SURAT AL-’ASHR DAN PELAJARAN DI DALAMNYA

 MATERI KHUTBAH JUM'AT 

TENTANG SURAT AL-’ASHR DAN PELAJARAN DI DALAMNYA

Khutbah pertama,

 

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَنْزَلَ القُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالفُرْقَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِله إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ )الرَّحْمَنُ عَلَّمَ القُرْآنَ( وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُؤَيَّدُ بِالمُعْجِزَاتِ وَالبُرْهَانِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آله وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوُا فِيْ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ بِالْمَالِ وَاللِّسَانِ وَالسِّنَانِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أمََّا بَعْدُ؛ أيَُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ وَتَأَمَّلُوْا كِتَابَ رَبِّكُمْ فَفِيْهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ وَشِفَاءُ الصُّدُوْرِ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala yang telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta pembeda antara yang benar dan yang salah. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecuali Allah Subhanahuwata’ala semata dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  adalah hamba dan utusan-Nya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, serta seluruh kaum muslimin yang senantiasa mengikuti petunjuknya.

 

Hadirin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan senantiasa bersemangat dalam membaca dan mentadaburi kitab-Nya yaitu al-Qur’an. Dengan mentadaburi saat membacanya, seseorang akan mendapatkan berbagai keutamaan yang sangat besar di dalamnya.

 

Oleh karena itu, pada kesempatan khutbah kali ini, kita ingin mentadaburi dan mengambil sebagian faedah yang terkandung di dalam surat al-‘Ashr.

وَالْعَصْرِ () إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ () إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

 “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasihat menasihati untuk mengikuti kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr)

 

Sungguh, surat yang pendek, namun mengandung pelajaran yang sangat berharga. Bahkan, sebagaimana tersebut dalam Tafsir Ibnu Katsir, al-Imam asy- Syafi’i  rahimahumullah dengan kedalaman ilmunya, beliau mengatakan tentang surat ini,

لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ، لَوَسِعَتْهُمْ

“Kalaulah manusia mau mentadaburi surat ini, sungguh (surat ini) akan mencukupi kehidupan mereka. (sebagai -peringatan).”

Maka dapat kita simpulkan dari perkataan Beliau, bawah sesungguhnya surat ini adalah petunjuk bagi manusia agar dapat sukses hidup di dunia dan juga sukses hidup di akhirat.

 

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,

Tiga ayat, terkandung di dalamnya merupakan petunjuk tentang sebab-sebab untuk memperoleh kebahagiaan sekaligus tersurat di dalamnya peringatan sebab-sebab yang akan mendatangkan kerugian. Penjelasan yang tentu sangat dibutuhkan oleh manusia, karena setiap orang yang berakal tentu menginginkan keberuntungan dan tidak ingin mengalami kerugian.

 

Hadirin rahimakumullah,

Ayat pertama berbunyi “wal ahsri” “Demi waktu”. Di awali dengan wau qasam atau sumpah. Terdapat beberapa penafsiran para ulama dalam menterjemahkan ayat ini, namun dalam kesempatan ini saya hanya akan menyampaikan dua pendapat saja.

Yang pertama wal ashri yang memiliki arti demi waktu asar, yaitu waktu siang menjelang malam atau biasa kita sebut dengan sore hari.

Pada ayat ini jika kita resapi mengapa Allah tidak melakukan sumpah dengan waktu yang lain, misalnya waktu malam hari (wal-laili), waktu pagi hari (wad-duha), waktu siang hari (wan-nahaar), atau pun waktu yang lainnya. Maka jawabannya terdapat pada ayat selanjutnya, karena memiliki korelasi atau hubungan dengan ayat sebelumnya yaitu sebagai jawabul qasam (isi dari sumpah yang dilakukan). Yakni, innal insaana lafii khusrin. “Sesungguhnya manusia ada dalam kerugian”.

Jika kita perhatikan, ayat kedua ini merupakan kalimat kesimpulan atau evaluasi. Maka sesungguhnya kalimat kesimpulan/evaluasi hanya dikeluarkan setelah suatu proses selesai dan berharap menjadi pengetahuan dan peringatan di hari kemudian.

Maka secara tersirat ayat pertama ini ingin memberitahukan kepada kita bahwa proses berakhirnya hitungan hari terjadi di waktu ashar dan pada waktu inilah proses evaluasi harian terhadap amal-amal kita setiap harinya diproses.

Hadirin rohimakumullah,

Pendapat kedua, wal ashri diartikan sebagai waktu seutuhnya, yaitu waktu dimana pertama kali manusia diciptakan hingga akhir kiamat. Yang pada proses selanjutnya manusia dievaluasi amal-amalnya. Maka pada ayat selanjutnya yaitu ayat kedua, ayat kedua ini merupakan jawabul qasam dari ayat pertama, yaitu yang berbunyi:

إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ

“sesungguhnya manusia berada dalam kerugian”.

Ayat kedua ini merupakan peringatan bagi manusia agar manusia dapat berhati-hati. Karena pada dasarnya seluruh manusia berada dalam kerugian.

 

Hadirin rahimakumullah,

Pada ayat ketiga, Allah Subhanahuwata’ala memberikan angin segar kepada manusia bahwasannya walaupun pada dasarnya manusia itu merugi namun apabila manusia mau dan melakukan empat perkara ini niscaya dia akan beruntung, sukses dunia juga sukses akherat. Apakah ke empat perkara itu :

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan amal sholeh, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.

 

Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,

Perkara pertama adalah iman. Apakah iman itu? Iman yang dimaksud disini bukan sekedar mangatakan saya beriman namun iman yang dimaksud adalah membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Maka dari itu, seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat harus mewujudkannya dalam amalan dengan berlepas diri dari perbuatan syirik dan mengarahkan seluruh aktivitas sehari-harinya hanya untuk Allah Subhanahuwata’ala.

Tentunya untuk menjalankan iman ini harus melalui sebuah proses, karena tak mungkin seseorang mampu menjalankan iman tanpa melalui sebuah proses. Apakah proses dimaksud? Proses tersebut adalah mencari ilmu pengetahuan. Dengan ilmu inilah maka akan tumbuh iman. Tanpa ilmu jangan harap mampu melaksanakan iman yang sesungguhnya sebagaimana yang tadi saya sebutkan. Sebagai contoh banyak diantara kita sudah terlahir sebagai muslim namun karena kurangnya ilmu, tidak sedikit diantara kita berbuat syirik, tak sedikit diantara kita yang tidak mengerjakan perintahnya dan tidak sedikit pula diantara kita melakukan apa yang dilarangnya. Maka secara tersirat ayat ini juga memerintahkan kepada kita agar senantiasa mencari ilmu pengetahuan sebagai bekal hidup di dunia dan juga bekal hidup di akhirat, agar senantiasa kita berbahagia hidup dunia dan akhirat.

 

Hadirin rahimakumullah

Perkara kedua yaitu melakukan amal sholeh. Setelah kita mengetahui ilmunya, maka kewajibannya selanjutnya adalah mengamalkannya. Sebagaimana pepatah arab mengatakan “Ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah”.

 

Jama’ah jum’ah rohimakumullah

Yang dimaksud amal soleh bukan hanya pekerjaan yang sudah jelas nyatanya bernilai ibadah, seperti sholat, puasa, zakat ataupun lainnya. Namun yang dimaksud amal soleh adalah segala bentuk aktivitas yang biasa kita lakukan sehari-hari yang diawali niat karena Allah SWT. maka senantiasa kegiatan tersebut akan bernilai ibadah juga. Oleh karenanya mari kita awali setiap aktivitas kita dengan niat karena Allah SWT.

 

Hadirin rahimakumullah,

Adapun perkara yang ketiga, watawa soubil haq, terdapat beberapa penafsiran dalam menterjemahkan kalimat ini. Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan dua tafsir saja, yang pertama memiliki arti saling mengingatkan dalam kebenaran, maksudnya adalah setelah kita memahami ilmunya, kemudian mengamalkannya, maka langkah selanjutnya adalah mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukannya. Maka pada kalimat ini jika kita simpulkan secara tersirat kalimat ini merupakan perintah untuk melakukan dakwah. Dakwah tentunya tidak sekedar mengajak dalam kebaikan namun juga mencegah perbuatan mungkar.

Sedangkan penafsiran kedua memiliki arti, saling mengingatkan dengan benar. Sekali lagi kalimat ini tetap memiliki makna tersirat untuk memerintahkan dakwah. Namun dalam penafsiran ini maknanya lebih dalam, selain ada perintah dakwah juga ada makna yang mengatur tata cara berdakwah yaitu harus dengan cara yang benar. Dengan kata lain dakwah Islam tidak dilakukan dengan kekerasan atau memerangi tanpa aturan, dan tidak pula menyinggung perasaan orang lain. Namun senantiasa dakwah Islam dilakukan dengan lemah lembut, tutur kata yang sopan dan perilaku yang santun.

 

Hadirin rahimakumullah,

Perkara keempat yang harus dipenuhi untuk menjadi orang yang beruntung setelah tiga perkara yang disebutkan adalah watawa soubissobri. Terdapat pula beberapa penafsiran, namun sekali lagi khotib hanya akan membahas dua saja, yang pertama memiliki arti saling menasihati untuk senantiasa menjadi orang yang bersabar.

Secara kontekstual sudah dapat dipahami bahwa kalimat ini memerintahkan kita untuk senantiasa mengajak manusia memiliki sifat sabar. Seperti halnya sabar menghadapi musibah yang menimpa, sabar menghadapi kenyataan hidup yang tak diinginkan, dan lain sebagainya.

Penafsiran kedua adalah saling menasihati dengan sabar. Penafsiran ini memiliki korelasi dengan kalimat sebelumnya watawa soubil haq, karena maksud dari penafsiran ini adalah tatkala kita melakukan dakwah sebagaimana makna tersirat pada kalimat atau perkara ketiga, tentunya kita akan menghadapi berbagai rintangan dan halangan, dan dakwah kita tidak serta merta dapat diterima begitu saja karena dakwah dapat diterima bila sudah turun hidayah di dalam hati pendengarnya. Sehingga pada kalimat selanjutnya Allah memerintahkan kita untuk saling mengingatkan dengan sabar, ketika kita menghadapi rintangan dan halangan tersebut. Kita diperintahkan untuk berdakwah dengan sabar, maksudnya adalah dakwah yang kita lakukan tidak perlu dilakukan dengan tergesa-gesa dengan kata lain tidak perlu ada keinginan semua pendengar yang kita dakwahi segera mengikuti ajakan kita, dan juga tidak boleh cepat berputus asa atau berhenti! Karena masalah hidayah adalah urusan Allah. Allah yang akan membolak-balikkan hati manusia, tugas kita hanyalah senantiasa memberikan pengetahuan kepada manusia agar mengikuti jalan yang diridoi Allah, dan hanya Allah lah yang berhak untuk memberikannya hidayah, maka kita diperintah untuk bersabar dalam saling menasihati.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

 

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوْرًا، وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَقُوْلُ الظَّالِمُوْنَ عُلُوًّا كَبِيْرًا، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أمَّا بَعْدُ: أيَُهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ تَعَالى وَاحْفَظُوْا أَوقَاتَكُمْ مِنَ الضِّيَاعِ

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan memanfaatkan kesempatan hidup di dunia ini untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya sebelum datangnya hari penyesalan yang tidak lagi bermanfaat. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,

br& tAqà)s? Ó§øÿtR 4tAuŽô£ys»tƒ 4n?tã $tB àMÛ§sù Îû É=/Zy_ «!$# bÎ)ur àMZä. z`ÏJs9 tûï̍ϻ¡¡9$# ÇÎÏÈ   ÷rr& tAqà)s? öqs9 žcr& ©!$# ÓÍ_1yyd àMYà6s9 z`ÏB šúüÉ)­FßJø9$# ÇÎÐÈ   ÷rr& tAqà)s? tûüÏm ts? z>#xyèø9$# öqs9 žcr& Í< Zo§Ÿ2 šcqä.r'sù z`ÏB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÑÈ  

·         Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku Sesungguhnya Termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ),

·         Atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku Termasuk orang-orang yang bertakwa'.

·         Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau Sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan Termasuk orang-orang berbuat baik'.

 

Hadirin rahimakumullah,

Sebagaimana yang telah khotib sampaikan pada khutbah pertama marilah kita senantiasa menjadi pribadi yang senang mencari ilmu sehingga kuat iman kita, mengamalkan setiap ilmu yang telah kita miliki sehingga bermanfaat ilmu kita, mengajak orang-orang sekitar kita agar bersama-sama merapatkan barisan sehingga selamat dan sejahtera dunia - akhirat, dan bersabar dengan menyerahkan segala hasilnya hanya kepada Allah semata. Dia lah dzat yang berhak untuk membolak-balikkan hati manusia.

 

Ibadallah

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِى سَيِّدِنَ مَحَمَّدٍ وَسَلِّمَ وَرَضِيَ اللهُ تَبَارَكْ وَتَعَلَى اَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ عَجْمَعِيْنْ اَمِيْن

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ.

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ…

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَلَذِكْرُ اللهُ أَكْبَر وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

Baca juga Artikel yang terkait:

4 komentar:

  1. Assalamualaikum wrwb. Trmksh byk postingannya,luar biasa,izin copy, jazakumullah kher... Salam Daman Mubarok 🙏... Jazakumullah kher berkh skss dunia akhirat 🤲🙏

    BalasHapus

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...