HOME

20 November, 2016

ALLAH DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM (FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Segala sesuatu yang mempunyai keberadaan pastilah mempunyai sumber keberadaan tersebut. Alam semesta dalam pandangan agama tentulah bersumber pada tuhan yang menciptkan segalanya. Sedangkan dalam Islam sendiri sumber dari segalanya adalah Allah Swt.  
Untuk menerangkan eksistensi keberadaan Allah sendiri, bukti yang paling awal yang bisa kita temui bukan dari luar diri manusia tetapi berada dalam diri manusia itu sendiri, yakni fitrah yang diciptakan Allah pada manusia dengan naluri yang tajam yang merasakan bahwa dibalik segala yang ada di alam semesta yang bersifat terbatas dan berkesudahan ini ada Satu Dzat yang Maujud yang menciptakan segalanya dan menjadi sumber dari segalanya.
Selanjutnya Allah menjelaskan akan eksistensi-Nya sendiri lewat ayat-ayat-Nya yang kita jumpai pada al quran. Melalui Nabi Muhammad al qur'an diinterpretasikan menggunakan hadith sehingga akal mudah untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan dalam al qur'an tersebut.
Dalam al qur'an yang ditafsirkan oleh hadith tidak hanya mengandung pesan tauhid (teologi), tapi juga mengandung banyak nilai pendidikan (tarbiyah) yang bisa kita pelajari, meliputi sosial, ekonomi, pengetahuan alam dan histori serta masih banyak lagi jika kita mau mengkaji secara kesluruhannya.
Makalah ini kami sajikan dengan tujuan untuk mengkaji dan mengetahui perihal tersebut. Semoga kehadiran tulisan ini memberikan kemanfaatan bagi penulis khususnya dan khalayak pembaca pada umumnya. Dan bila didapati kesalahan maka kami butuh akan pengkoreksiaanya agar bisa kami benarkan sesuai garis yang benar.

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Allah Sebagai Sumber Segalanya
Allah sebagai sumber segalanya mengandung pengertian bahwasannya semua yang ada di dunia seisinya adalah bersumber dari-Nya. Hal ini bisa kita benarkan apabila kita kaitkan dengan pemikiran beberapa filosof yang beragumen bahwasannya alam seisinya berasal dari emanasi tuhan, pancaran tuhan yang menghasilkan matahari dan planet-planet sampai seluruh isinya. Pandangan Islam dan semua agama pun membenarkan bahwa tuhan adalah sebagai sumber segalanya, Dia lah Dzat pertama yang menciptakan segalanya.
Hujjah yang mendukung akan Allah sebagai sumber segalanya adalah bisa kita sandingkan dengan filsafat ketuhanan (teologi), yakni dalam inti filsafat terdapat tiga realitas masalah, yaitu tuhan, manusia dan alam.[1] Al Kindi pun menegaskan bahwasannya falsafat yang paling tinggi dan termulia derajatnya adalah falsafat utama, yakni ilmu tentang yang Benar Pertama (tuhan) yang menjadi sebab bagi segala yang benar.[2]
Di sisi lain, Allah sebagai sumber segalanya tidak hanya berbatas pada perkara materi tetapi hal yang bersifat immateri pun juga berasal dari Allah. Allah adalah Dzat yang Maha Tahu dan sumber segala pengetahuan. Allah memberi pengetahuan kepada siapa pun yang Dia kehendaki dengan cara apa pun yang Dia kehendaki. Karena itu, mkhluk yang lebih mulia tidak harus memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibanding dengan makhluk yang tidak lebih mulia. Kenyataan ini terungkap dalam Q.S. Al Baqarah; 31-33
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  (#qä9$s% y7oY»ysö6ß Ÿw zNù=Ïæ !$uZs9 žwÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇÌËÈ  tA$s% ãPyŠ$t«¯»tƒ Nßg÷¥Î;/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ ( !$£Jn=sù Nèdr't6/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ tA$s% öNs9r& @è%r& öNä3©9 þÎoTÎ) ãNn=ôãr& |=øxî ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ãNn=÷ær&ur $tB tbrßö7è? $tBur öNçFYä. tbqãKçFõ3s? ÇÌÌÈ 
" Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".  Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
       Menurut pemahaman kami, ayat ini menjelaskan tentang malaikat dan jin yang menganggap dirinya lebih mulia dibanding Adam ternyata memiliki pengetahuan yang berada dibawah pengetahuan Adam ketika Allah menguji akan hal tersebut. Namun kenyataanya, Adam bisa mengalahkan malaikat dan jin padahal Adam saat itu masih kosong pengetahuannya karena baru diciptakan oleh Allah. Hal ini tidak lain karena segala pengetahuan berasal dari Allah, Adam mendapatkan pengetahuan yang lebih dibanding malaikat dan Jin karena sebelumnya Allah memberikan pengetahuan kepadanya.

2.    Allah dan Kitab Suci al-Qur’an
Al-qur’an adalah sumber agama Islam pertama dan yang utama. Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenaranya oleh penelitian ilmiah, al-qur’an adalah kitab suci yang memuat firman-firman  Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad sebagai rosul Allah secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuanya, untuk menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.[3]
      Al-Qur’an menjadi sumber nilai dan norma umat Islam itu terbagi ke dalam 30 juz, 114 surah, lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf. Al-qur’an yang terdiri dari 30 juz tersebut, 114 surat itu, sistematikanya ditatapkan oleh Allah sendiri melalui malaikat jibril yang disampaikan kepada Rasulnya Muhammad. Allah lah yang menentukan di mana ayat yang turun kemudian disisipkan diantara ayat yang turun lebih dahulu.[4]
Dalam al-Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, jika al-Qur’an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan antara lain; Menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat .
Didalam Al-Qur’an juga terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca dalam kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Lukman ayat 12 s/d 19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu pendidikan islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan islam. Dengan kata lain, pendidiakn Islam harus berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad di sesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.
Al qur'an memuat beberapa ajaran yang keseluruhannya menunjukkan adanya nilai pendidikan yang diajarkan didalamnya, diantaranya adalah (1) Petujuk Mengenai Aqidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk ini berintikan keimanan akan ke-Esaan Tuhan, dan kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak. (2) Petunjuk Megenai Syaari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan dengan Allah dengan sesama insan demi kebahagian hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak. (3) Petunjuk Tentang Akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial. (4) Kisah-Kisah Umat Manusia di Zaman Lampau.[5]

3.    Nabi Muhammad dan Sunnah (Hadits)
Pada dasarnya intisari ajaran islam merupakan apa yang termaktub dalam al-qur’an. sedangkan hadith ataupun sunnah rosulullah merupakan penjelasan dari apa-apa yang dimaksudkan oleh al-qur’an.[6]
al-Hadith adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah disebut dalam al-qur’an dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rosulullah dengan sunnah beliau. Karena itu, sunnah Rosul yang kini terdapat dalam hadith merupakan interpretasi atau penafsiran serta penjelasan otentik tentang al-Qur’an.
Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, al-Hadith mempunyai peranan penting setelah al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai utusan Allah, Nabi Muhammad mempunyai wewenang menjelaskan dan merinci wahyu Allah yang bersifat umum. Dalam surat an-Nahl (16) ayat 44 kalimat kedua Allah menyatakan, “dan kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu (Muhammad) menjelaskan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka... “ Tugas menjelaskan wahyu Allah telah dilaksanakan oleh Rosulullah. Pada ayat tersebut kita dapati bahawasannya Nabi berfungsi dalam menjelaskan wahyu Allah kepada umat, singkat kata nabi juga berprofesi sebagai seorang pendidik bagi umatnya. Semua penjelasan yang disampaikan nabi tersebut kita kenal dengan istilah hadith atau sunnah rosulullah.

4.    Allah dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Merujuk kepada informasi al-Qur’an bahwasannya pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Penggunaan kata pendidikan dalam pendidikan islam sendiri terdapat tiga istilah yang digunakan, yaitu al tarbiyah, al ta'lim dan al ta'dib. Jalaludin memberikan penjelasan tentang tiga istilah tersebut, bahwasannya kata al tarbiyah, al ta'lim dan al ta'dib semuanya merujuk kepada Allah. Tarbiyah merupakan bentukan dari kata rabb (رَبٌّ) atau rabba (رَبّا) mengacu kepada Allah sebagi Rabb al 'alamin. Sedangakan ta'lim mengacu pada kata 'allama, juga merujuk kepada Allah sebagai Dzat yang Maha 'Alim. Selanjutnya ta'dib seperti termuat pada sabda Rasulullah Saw. " addabany Rabby faahsana ta'diby" memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah Swt.[7]
Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا ً
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan.[8] Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan dihubungkan pada obyek-obyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan. Pengkaitan kata Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61:
قَالَ يَاقَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلاَلَة ٌ وَلَكِنِّي رَسُول ٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: “Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan Tuhan semesta alam.”
Pendidikan diistilahkan dengan  ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” . Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak.
Allah juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya Rasul adalah contoh teladan bagi kamu sekalian.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة ٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا
artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 21)
Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak.
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik.[9] Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong.
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis  (nilai tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-karimah.


BAB lll
KESIMPULAN
Pembahasan tentang Allah dalam pemikiran pendidikan Islam meletakkan Allah sebagai pelaku yang utama dalam pendidikan tersebut. Allah sebagai tuhan yang menciptakan segalanya merupakan sumber dari segalanya. Semuanya baik yang bersifat materi maupun immateri bersumber dari Allah. Pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan pancaran yang diberikan Allah kepada manusia tersebut, walaupun manusia mendapatkan pengetahuan tersebut lewat usaha yang ia jalani, namun kebenarannya adalah pengetahuan yang ia dapati karena kehendak Allah, sedangkan usaha yang ia lakukan hanyalah sebab untuk mendapatkan pengetahuan dari-Nya.
Allah sebagai pendidik yang utama memberikan pengajaran yang disampaikan lewat al quran yang kemudian dijelaskan oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai pendidik kedua lewat hadith-hadith yang ia sampaikan. Sejalan dengan pembinaan yang dilakukan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW., Allah juga meminta beliau agar membina masyarakat, dengan perintah untuk berdakwah. Dalam hal ini, Rasulullah bertindak sebagai penerima al-Qur’an bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an dan dilanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkan manusia. Mensucikan diidentikkan dengan mendidik dengan pengetahuan yang diberikan Allah kepada Rasulullah yang bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman kepada Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002.
Harun Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press. 1978.
Jalaludin. Teologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1998.
Rasyidi, dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.1988.

Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


[1] Rasyidi, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat,(Jakarta: Bulan Bintang,1988), h., 102.
[2] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta: UI Press, 1978), h. 15.
[3] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 93.
[4] Ibid., 93-94
[5] Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 57-58.
[6] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 76.
[7] Jalaludin, Teologi Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 ), h., 73
[8] Ibid, h., 115.
[9] Ibid, h., 133

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...