I’RAB
(اَلإِعْرَابُ)
A. I’rob (اَلإِعْرَابُ)
I’rob
adalah perubahan akhir kata-kata karena masuknya ‘amil atau penyebab
yang memasuki kepada kata-kata tersebut, baik berubah secara jelas (lafdzi)
atau diperkirakan (taqdiri). Maksud perubahan akhir kata adalah berubahanya
huruf akhir pada setiap kata dikarenakan ada ‘amil yang memasukinya.
Perubahan tersebut bisa berupa dibaca: (1) rafa’ (dhomah); (2) nashab
(fathah); (3) jar (kasrah); dan (4) Jazm (sukun). Sedangkan
apa yang dimaksud ‘amil adalah sesuatu yang dapat menyebabkan perubahan.
Suatu penyebab kata yang terkena ‘amil harus dibaca rafa’
(dhomah), Nashab (fathah), jar (kasrah), dan Jazm (sukun).
Contoh;
الْمَسْجِدُ – الْمَسْجِدَ – الْمَسْجِدِ
Lafadz
al masjid diatas bisa dibaca beberapa macam (al masjidu, al masjida, dan
al masjidi) tergantung ‘amil yang mempengaruhi ketika di dalam
kalimat. Perhatikan perubahan kalimat-kalimat di bawah ini;
الْمَسْجِدُ كَبِيْرٌ (Masjid itu besar)
بَنَى يُوْنُس الْمَسْجِدَ (Yunus telah
membangun masjid)
يُوْنُسُ فِى الْمَسْجِدِ (Yunus didalam
masjid)
Kata yang pertama dibaca rafa’
karena sebagai mubtadak (predikat) tandanya dhomah. Kata yang
kedua dibaca nashab karena sebagai maf’ul bih (objek) tandanya fathah.
Sedangkan kata yang ketiga dibaca jar karena sebagai majrur
karena ada huruf jar (fi) sebelumnya, tandanya kasroh di akhir
kata.
Sedangkan bagaimana pengertian i’rab
(perubahan akhir kata) secara Lafdzi (jelas) dan diperkirakan. Ketiga
contoh di atas merupakan i’rab (perubahan akhir kata) secara Lafdzi
(jelas). Untuk perubahan secara diperkirakan lihat contoh sebagai berikut;
دَفْتَرِى
رَقِيْقٌ (Bukuku tipis)
اسْتَعَارَ
أَحْمَدُ دَفْتَرِى (Ahmad meminjam bukuku)
صُوْرَةُ
دَفْتَرِى مَنَاظِر (Gambar bukuku pemandangan)
Ketika melihat ketiga contoh di atas,
kata daftari cara membacanya hanya satu daftari, tanpa ada harakat
huruf akhirnya. Maka cara menentukan hukum i’rab-nya dengan dikira-kira
tergantung dia menjadi fa’il (subjek), fi’il (predikat), maf’ul
(objek), majrur, mubtadak, atau khobar. Jadi, kata yang
pertama dibaca rafa’, kata yang kedua dibaca nashab, dan kata
yang ke tiga dibaca jar.
Ø Macam-Macam
I’rob dan Tanda-Tandanya
Setelah mengetahui pengertian
perubahan-perubahan akhir kata (i’rab), dibawah ini akan diuraikan
macam-macam i’rab, dan tanda-tandanya. I’rob terdiri dari 4 macam
i’rab rafa’ (رفع), Nashab (نصب), Jar (خفض/
جرّ), dan
Jazm (جزم).
Untuk mempermudan dalam memahami dan
menentukan i’rab perlu diketahui tanda-tandanya. Beberapa tanda, ada
yang menjadi tanda utama dan pengganti. Dhommah (ﹹ) menjadi tanda utama i’rab rafa’, fathah
(ﹷ)
menjadi tanda utama i’rab nashab, kasroh (ﹻ) tanda utama i’rab jar dan sukun (ﹿ) tanda utama i’rab jazm. Adapun tanda i’rob yang
pengganti yaitu wawu, alif, nun untuk i’rab rafa’. Kasroh,
alif, ya, dan hadfu nun (membuang nun) untuk i’rab nashab. Ya,
dan fathah untuk i’rob jar. Hadfu nun (membuang nun)
dan hadfu harf al ‘ilah (membuang huruf ‘ilat) untuk tanda
pengganti i’rab jazm.
Untuk lebih jelanya lihatlah penjelasan di bawah ini.
1.
Tanda-Tanda
I’rab Rafa’ (عَلاَمَاتُ
إِعْرَابِ الرَّفْعِ)
I’rab Rafa’
memiliki empat tanda, setiap tanda memiliki tempat perubahan akhir kata
masing-masing. Tanda yang pertama adalah dhommah, sedangkan dhommah
menjadi tandanya i’rab rafa’ bertempat pada isim mufrad,
jama’ takstir, jama’ muannast salim, dan fi’il mudhori’.
Tanda kedua alif, tanda ini bertempat pada isim mutsanna. Tanda
ketiga wawu, bertempat pada jama’ mudzakkar salim dan asmaul
khamsah. Serta tanda yang terakhir tsubutun
nun (tetapnya nun). Contoh;
إشْتَرَكَ
سَالِمٌ
فِى اْلاِمْتِحَانِ اْلحُكُوْمِىِّ Salim telah mengikuti Ujian Nasional |
اْلاِسْمُ
الْمُفْرَدَ |
اْلضَّمَّة |
1 |
اْلأَنْبِيَاءُ
مُرْسَلُوْنَ بِسُبُلِ اْلحَقِّ Para Nabi diutus dengan jalan kebenaran |
جَمْعُ
اْلتَكْسِيْر |
||
اْلسَيَّارَاتُ
تُوْفَقُ فِى مَوْقِفِ الْمَرْكُوْبَاتِ Mobil-mobil berhenti di terminal kendaraan |
جَمْعُ
الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ |
||
نَرْكَبُ
اْلحَافِلَةَ اِلَى اْلجَامِعَةِ Kita naik bus ke kampus |
اْلفِعْلُ
الْمُضَارِعُ لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ[1] |
||
جَمَعَ
اْلشَّيْخَانِ اْلأَحَاديْثَ الصَّحِيْحَةَ Kedua syekh itu telah mengumpulan hadis-hadis
shahih |
اْلاِسْمُ
الْمُثَنَّى |
اْلأَلِفُ |
2 |
الْمُؤْمِنُوْنَ
صَادِقُوْنَ فِى قَوْلِهِمْ Orang-orang mukmin jujur dalam perkataan mereka |
جَمْعُ
الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ |
اْلوَاوُ |
3 |
يَبِيْعُ
أَخُوْ هِشَامٍ جَوَّالَتَهُ Saudara Hisyam menjual ponselnya |
اْلأَسْمَاءُ
اْلخَمْسَةُ[2] |
||
تَرْسُمُوْنَ
الْمَنَاظِرَ اْلجَمِيْلَةَ Kalian akan melukis pemandangan yang indah |
اْلأَفْعَالُ
اْلخَمْسَةُ[3] |
ثُبُوْتُ
اْلنُّوْنِ Tetapnya
nun |
4 |
تَرْكَبِيْنَ دَرَّاجَتَكِ
اْلجَدِيْدَةَ فِى سَاحَة اْلبَيْتِ Kamu menaiki sepedah baru di halaman rumah |
2.
Tanda-Tanda
I’rob Nashab (عَلاَمَاتُ إِعْرَابِ
النَّصْبِ)
I’rab Nashab
memiliki lima tanda, setiap tanda memiliki tempat perubahan akhir kata
masing-masing. Fathah menjadi tanda i’rab nashab yang pertama
terdapat pada isim mufrad, jama’ taktsir, dan fi’il mudhorik.
Tanda yang kedua kasroh terdapat pada jama’ muannas saalim. Tanda
ketiga alif bertempat pada asmaul khamsah. Tanda keempat ya’
bertempat pada jama’ mudzakkar saalim, dan isim mutsanna.
Sedangkan tanda yang terakhir adalah hadfu nun yang bertempat pada af’alul
khamsah. Contoh;
يَأْخُذُ
عَلِيٌّ تُفَّاحَةً عَلَى الْمَائِدَةِ Ali sedang mengambil apel di atas meja |
اْلاِسْمُ
الْمُفْرَدَ |
اْلفَتْحَةُ |
1 |
تَشْتَرِى
زَيْنَبُ الْمَعَاجِمَ فِى اْلقِرْطَاسِيَّةِ Zainab membeli kamus di alat tulis-menulis |
جَمْعُ
اْلتَكْسِيْر |
||
نُرِيْدُ
أَنْ نَرْكَبَ الطَّائِرَةَ عِنْدَ رُجُوْعِنَا إِلَى اْلبَيْتِ Kami ingin naik pesawat ketika kami kembali ke
rumah |
اْلفِعْلُ
الْمُضَارِعُ الذي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ |
||
حَفِظْنَا
الْمُفْرَدَاتِ غَيْبًا كُلَّ يَوْمٍ Kita telah menghafal kosa kata di luar kepala
setiap hari |
جَمْعُ
الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ |
اْلكَسْرَةُ |
2 |
يَنْصَحُ
اَبُوْكَ حَمَاكَ فِى غُرْفَةِ اْلجُلُوْسِ Ayahmu menasehati iparmu di ruang tamu |
اْلأَسْمَاءُ
اْلخَمْسَةُ[4] |
الأَلِفُ |
3 |
أَعْطَانَا
اللَّهُ تَعَالَى اْلعَيْنَيْنِ وَاْلأُذُنَيْنِ Allah telah memberi kita 2 mata dan 2 telinga |
جَمْعُ
الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ |
اْليَاءُ |
4 |
عَاقَبْتُ
الْمُتَأَخِّرَيْنِ بِا اْلقِيَامِ Saya telah menghukum 2 orang yang terlambat dengan
berdiri |
اْلاِسْمُ
الْمُثَنَّى |
||
تَقْدِرُوْنَ
أَنْ تَصْنَعُوْا دُمْيَةً خَشَبِيَّةً Kalian bisa membuat boneka kayu |
اْلأَفْعَالُ
اْلخَمْسَةُ |
حَدْفُ
اْلنُّوْنِ Membuang
nun |
5 |
لَنْ
تَتْرُكِى الصَّلَوَاتِ اْلخَمْسَ Kamu tidak akan meninggalkan sholat lima waktu |
3.
Tanda-Tanda
I’rab Jar
(عَلاَمَاتُ اِعْرَابِ الخَفْضِ/الجَرِّ)
Tanda-tanda i’rab jar ada tiga
yaitu kasrah, ya’, dan fathah. Kasrah menjadi tanda i’rab
jar terdapat pada isim mufrad munsharif, jama’ taktsir munsharif,
dan jamak muannas saalim. Tanda yang kedua ya’ terdapat pada isim
mutsanna, jama’ mudzakkar saalim, dan asmaul khomsah.
Sedangkan tanda yang terakhir adalah fathah hanya pada satu tempat yaitu
isim ghoiru munsharif. Contoh;
تَكْتُبُ
زَيْنَبُ أَجْوِبَةَ اْلاِمْتِحَانِ بِمِرْسَمٍ Zainab akan menulis jawaban ujian dengan pensil |
اْلاِسْمُ
الْمُفْرَد الْمُنْصَرِفُ |
اْلكَسْرَةُ |
1 |
نَشْكُرُ
اللّهَ تَعَالَى عَلَى كُلِّ نِعَمٍ عَلَيْنَا Kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat
yang diberikan kepada kita |
جَمْعُ
اْلتَكْسِيْر الْمُنْصَرِفُ |
||
مَقْعَدُ
اْلدَّرَّاجَاتِ جَدِيْدٌ Kursi sepedah itu baru |
جَمْعُ
الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ |
||
نَمْشِى
بِرِجْلَيْنِ كُلَّ يَوْمٍ Kita berjalan kaki setiap hari |
اْلاِسْمُ
اْلْمُثَنَّى |
اْليَاءُ |
2 |
يَجِبُ
عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ أَنْ يَصُوْمُوْا رَمَضَانَ Wajib bagi setiap orang-orang muslim puas ramadhan |
جَمْعُ
الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ |
||
أَرْغَبُ
فِى أَخِيْكَ لِأَنَّهُ سَخِيٌّ Saya menginginkan saudamu karena dia dermawan |
اْلأَسْمَاءُ
اْلخَمْسَةُ[5] |
||
فِى
الْمَسْكَنِ عَشْرُ خَزَائِنَ di rumah ada sepuluh lemari |
اِسْمُ
غَيْرُ مُنْصَرِفِ |
اْلفَتْحَةُ |
3 |
سَبَقَ
لِى أَنْ أَسْكُنَ فِى مَعَاهِدَ Saya sebelumya pernah tinggal di pesantren |
4.
Tanda-Tanda
I’rab Jazm
(عَلاَمَاتُ اِعْرَابِ الجَزْمِ)
I’rab
yang terakhir adalah jazm yang mempunyai dua tanda yaitu sukun
dan hadfu (membuang). Sukun menjadi tanda i’rab nashab
bertempat pada fi’il mudhari’ shohihul akhir, dan tanda kedua hadfu
bertempat pada hadfu ‘illat dan hadfu nun. Contoh;
لَا
تَقْطِفْ زَهْرَةَ وَرْدَةٍ أَمَامَ بَيْتِ عَائِشَةَ Jangan memetik bunga mawar di depan rumah Aisyah |
اْلفِعْلُ
الْمُضَارِعُ الصَّحِيْحُ الآخِرُ الّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ |
اْلسُّكُوْنُ |
1 |
لَمْ
أَغْضَبْ عَلَيْكُمْ Saya tidak marah dengan kalian |
|||
لاَ
تَبْكِ مِرَارًا يَا أَخِى Jangan menangis terus, saudaraku |
اْلفِعْلُ
الْمُضَارِعُ الْمُعْتَلُ الآخِرُ الّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ[6] |
حَدْفُ
اْلعِلَّةِ Membuang huruf illat |
2 |
لَمْ
أَنْسَ هَذِهِ الْمَدِيْنَةَ Saya tidak melupakan kota ini |
|||
لاَ
تَكْسَلُوْا عِنْدَ اْلدِّرَاسَةِ Jangan malas ketika belajar |
اْلأَفْعَالُ
اْلخَمْسَةُ |
حَدْفُ
اْلنُّوْنِ Membuang nun |
|
يَا
اَحْمَدُ وَيُوْنُسُ لِمَاذَا لَمْ تَحْضُرَا بِااْلأَمْسِ؟ Ahmad dan Yunus, mengapa kamu tidak datang kemaren |
Penjelasan diatas dapat dipahami,
bahwasanya perubahan (i’rab) akhir kata bisa dengan harakat dan huruf.
Bila disimpulkan tanda-tanda i’rab dan tempatnya sebagai berikut.
جزم |
خفض/جرّ |
نصب |
رفع |
محل الشاهد |
* |
ﹻ |
ﹷ |
ﹹ |
اْلاِسْمُ
الْمُفْرَدَ |
* |
ﹻ |
ﹷ |
ﹹ |
جَمْعُ
اْلتَكْسِيْر |
* |
ﹻ |
ﹻ |
ﹹ |
جَمْعُ
الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ |
* |
ﹷ |
ﹷ |
ﹹ |
اْلاِسْمُ
الْمُنْصَرِفُ |
ﹿ |
* |
ﹷ |
ﹹ |
اْلفِعْلُ
الْمُضَارِعُ الذي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ |
حدف علة |
* |
ﹷ |
ﹹ |
اْلفِعْلُ
الْمُضَارِعُ المُعْتَلُ الآخِرُ الّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ |
* |
ى |
ى |
و |
جَمْعُ
الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ |
* |
ي |
ي |
ا |
اْلاِسْمُ
الْمُثَنَّى |
* |
ي |
ا |
و |
اْلأَسْمَاءُ
اْلخَمْسَةُ |
حدف النون |
* |
حدف النون |
ثبوت النون |
اْلأَفْعَالُ
اْلخَمْسَةُ |
Serta
dapat dipahami bahwa i’rab (perubahan akhir kata) rafa’, nashab,
dan jar terdapat pada kalimah isim (kata benda). I’rab
(perubahan akhir kata) rafa’, nashab, dan jazm terdapat
pada kalimah fi’il (kata benda). Sedangkan kalimah huruf
tidak mengalami perubahan akhir kata atau mabni.
[1] Fi’il Mudhori’ yang belum dikenai dengan dhamir
tatsniyah (الألف),
atau dhamir jama’ الواو)),
atau dhamir muannats mukhatabah (الياء) atau disebut fi’il
mudhori’ shohihul akhir, mengikut wazan-wazan berikut: هُوَ (يَفْعَلُ)،
هِيَ (تَفْعَلُ)، أَنْتَ (تَفْعَلُ)، أَنَا (أَفْعَلُ)، نَحْنُ (نَفْعَلُ)
[2] Asma’ul Khamsah artinya Isim yang lima, isim tersebut
diantaranya أَبُوْ، أَخُوْ، حَمُوْ، فُوْ، ذُوْ
[3] Af’alul
Khamsah artinya
fi’il yang lima atau lima fi’il mudhari’ yang disambung dengan dhamir
tatsniyah (alif tatsniyah), atau dhamir jama’ muzakar salim (wawu
jama’), atau dhamir muannats mukhatabah (nun jama’ niswah) mengikut
wazan-wazan berikut:هُمَا (يَفْعَلَانِ)، اَنْتُمَا (تَفْعَلاَنِ)، هُمْ (يَفْعَلُوْنَ)،
اَنْتُمْ (تَفْعَلُوْنَ)، اَنْتِ (تَفْعَلِيْنَ)
[4] Asma’ul Khamsah artinya Isim yang lima, isim tersebut
diantaranya أَبَا، أَخَا، حَمَا، فَا، ذَا
[5] Asma’ul Khamsah artinya Isim yang lima, isim tersebut
diantaranya أَبِيْ، أَخِيْ، حَمِيْ، فِيْ، ذِيْ
[6] Fi’il
Mudhari’ Mu’tal Akhir
adalah fi’il yang huruf akhirnya berupa huruf illat (alif, wawu,
dan ya’).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar