Dialah al-Imam al-Jalil
al-Hafiz ‘Imad al-Din, Abu al-Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir bin Dau’ bin Katsir
bin Zar‘ al-Qurshy al-Busrawy al-Dimashqy. Lahir sekitar tahun 700 H atau
beberapa tahun setelahnya di desa Mijdal bagian dari kawasan Busra. Ibunya
berasal dari desa Mijdal sedang ayahnya al-Khatib Shihab al-Din Abu Hafs Umar
bin Katsir yang merupakan ulama fikih dan khatib atau da’i berasal dari desa
Busra. Ayahnya meninggal dunia disaat ia berumur 3 tahun. Setelah kematian
ayahnya, ia bersama kakak laki-lakinya pergi ke Damaskus. Nasab Ibn Katsir
merupakan nasab keturunan yang termasuk mulia, sampai-sampai al-Mizzi terkejut
setelah mengetahui nasab ayahnya, berawal dari situ orang-orang mulai
menyebutnya al-Qurshi.[1]
Untuk pertama
kalinya ia belajar kepada kakaknya sendiri ‘Abd al-Wahab. Ibn Katsir junior
menghafal al-Quran mulai sejak dini, ia baru mengkhatamkan hafalannya tahun 711
saat usianya 11 tahun. Ia membaca al-Quran menggunakan perangkat ilmu qira’at,
sehingga al-Dawawy menyebutnya termasuk dalam golongan qurra’. Ibn Katsir
juga mendengarkan hadis dari berbagai imam hafiz dalam disiplin ilmu
hadis dimasanya. Diberitakan beliau mendengarkan Sahih Muslim dari 9
majelis Syeikh Najm al-Din al-‘Asqalani. Ia juga belajar kepada Ibn Shajnah, al-Amadi,
Ibn ‘Asakir. Ditambah beliau sangat mulazamah kepada al-Mizzi, kepadanya
Ibn Katsir membaca Tahdhib al-Kamal. Bahkan Ibn Katsir menjadi bagian
dari keluarga al-Mizzi, menikahi anaknya. Ibn Katsir juga termasuk murid
kesayangan Ibn Taimiyah. Banyak perspektif Ibn Kathir yang senada dengan
perspektif Ibn Taimiyah, dalam masalah talak misalnya. Sampai-sampai beliau
terkena fitnah dan dianiaya karena hal tersebut.[2]
Ibn Katsir pernah
memimpin Mashikhah Ummu Salih pasca al-Dhahabi meninggal, kemudian pasca
meninggalnya Al-Subki ia memimpin Mashikhah al-Hadith al-Ashrafiyah untuk waktu
yang lumayan tidak lama.[3] Di
akhir hidupnya Ibn Kathir mengalami kebutaan. Kemudian meninggal pada hari
kamis, 26 Sha‘ban 774 H. dan dimakamkam di kuburan sufi tempat gurunya Ibn
Taimiyah di Damaskus.[4]
Dinamika
Intelektual Ibn Katsir
Banyak ulama yang
memujinya dalam kapasitas beliau di bidang intelektual. al-Dhahabi dalam
kitabnya Tabaqat al-Huffaz memaparkan bahwa dirinya mendengar hadis dari
seorang mufti, ulama fikih sekaligus hadis yang mempunyai banyak keutamaan
yaitu ‘Imad al-Din Ibn Katsir. padahal bila ditilik dari masa hidup, bisa
dipastikan bahwa yang menempati posisi guru disini adalah al-Dhahabi dan Ibn Katsir
adalah muridnya. Ibn Hajar juga menilainya sebagai Imam ahli fatwa, seorang
muhadis berkompeten, ulama fikih, beserta pakar tafsir dalam versi naql.[5]
Ibn Katsir sangat
mumpuni keilmuannya dalam bidang tafsir, fikih, nahwu. Muridnya Ibn Hajjy
mengatakan gurunya adalah sosok yang paling hafal dengan matan-matan hadis,
sangat tahu mengenai para perawi dan kapabelitasnya, mampu menyeleksi antara
yang absah dan cacat dari mereka, beliau sangat cerdas, jarang lupa, banyak
menghadirkan tafsir dan sejarah, ia juga sangat berkompeten dalam bahasa Arab
dan menyusun syair-syair. Ditambah dengan paparan seorang Suyuti yang
mengatakan bahwa belum ada ulama dan penulis yang menulis sistematika kitab
tafsir sebagaimana yang dilakukan Ibn Katsir.[6]
Dengan demikian
secara keseluruhan bisa diketahui bahwa seorang Ibn Katsir adalah pakar dalam
bidang hadis, sejarah, nahwu, sastra Arab, fikih. Sehingga dengan berbagai
perangkat keilmuan tersebut menjadikan dirinya sangat berkapabelitas dan
kredibel untuk menafsirkan ayat-ayat al-Quran. Tak heran bila Ibn Katsir
menjadi salah satu ahli tafsir yang sangat diperhitungkan dalam keilmuan Islam.
Disamping itu, dirinya bebas dalam dalam berfikir dan bermazhab, meskipun
mayoritas dirinya sepaham dengan mazhab Shafi’i, dirinya tidak terpaku disitu
semata apalagi fanatik dengan mazhab tertentu.[7]
Mengenai
karya-karya Ibn Katsir, banyak sekali karya ilmiah yang beliau hasilkan. Beliau
termasuk ulama yang sangat produktif. Kitab-kitab karangannya banyak membahas
tentang sejarah, hadis, fikih dan tafsir. Dan hampir semua karya ilmiahnya
fenomenal. Dalam sejarah misalnya ada kitab al-Bidayah wa al-Nihayah.[8]
Buku tersebut merupakan referensi dalam khazanah keilmuan Islam. Kemudian kitab
Qasas al-Anbiya’ yang menceritakan tentang kisah-kisah nabi. Keistimewaannya,
Ibn Katsir menjelaskan cerita mana yang termasuk israiliyat, sehingga
pembaca bisa lebih waspada dan memperkaya wawasan tentunya tentang riwayat israiliyat.
Selanjutnya,
terdapat kitab tabaqat al-Shafi‘iyah dan Jami‘ al-Masanid , Sirah
Nabawiyah (versi lengkap) sebuah buku karangan Ibn Katsir yang belum sampai
kepada kita, Sirah (versi ringkasan), Ikhtisar Ulum al-Hadith,
Musnad al-Shaikhani: Abu Bakar wa Umar, al-Takmil fi Ma‘rifat al-Thiqat wa
al-Du‘afa’ wa al-Majahil, Sharh Sahih Bukhari sebuah buku yang belum
diselesaikan secara utuh oleh Ibn Kathir tetapi seringkali disebut dan dikutip
olehnya. Dalam bidang fikih, terdapat al-Risalah fi al-Jihad dan kitab al-Ahkam.[9]
Dalam bidang tafsir terdapat kitab fenomenal Tafsir al-Quran al-‘Azim atau yang lebih dikenal dengan Tafsir Ibn Katsir, yaitu kitab yang akan dikaji dalam makalah ini. Lalu disusul dengan ‘Umdat al-Tafsir yang tak lain adalah ikhtisar yang dibuat Muhammad Shakir dari Tafsir Ibn Katsir. Masih banyak lagi karya-karya beliau yang tidak mungkin dipaparkan semuanya disini.
Baca artikel lain yang berkaitan;
- Pengertian Qashah Al-Qur'an
- Macam-Macam Qashah Al-Qur'an
- Faedah Qashah Al-Qur'an
- Hikmah Pengulangan Qashas Dalam Al-Qur'an
- Perbedaan Kisah Dalam Al Qur'an Dengan Yang Lainnya
- Realitas Kisah Dalam Al-Qur'an
- Biografi Ibn Katsir
- Kitab Tafsir Ibn Katsir
- Imam Fakhruddin Al-Razi
- Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib
[1] ‘Affaf ‘Ali al-Najar, al-Wajiz
fi Manahij al-Mufassirin, (Kairo: al-Azhar University Press, 2013), 83.
Bandingkan dengan Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Azim, tahq. Mustafa
al-Sayyid Muhammad, (Giza: Maktabah Aulad al-Syeikh li al-Turath, 2000), 9.
Biografi yang terdapat dalam kitab ini dinukil dari Mukaddimah Muhammad Shakir dalam
‘Umdat al-Tafsir.
[2] Ibid., 10. Lihat juga Muhammad Husain al-Dhahabi, al-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2000), 173.
[3] Ibid., 173.
[4] al-Najar, al-Wajiz fi Tafsir,
83. Lihat juga al-Dhahabi, al-Tafsir, 173.
[5] Ibn Katsir, Tafsir al-Quran, 11.
[6]al -Najar, al-Wajiz fi Tafsir, 83. Lihat juga Ibn Katsir, Tafsir al-Quran, 12.
[7] Ibn Katsir, Tafsir al-Quran, 13.
[8] Muhammad Shakir, ‘Umdat al-Tafsir
‘an Ibn Katsir, (t.tp: Turath al-Islam, t.th), 35.
[9] Ibid., 36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar