HOME

30 Maret, 2022

Letak Geografi Arab Pra-Islam

 

Jazirah Arabia adalah semenanjung yang paling luas di dunia. Para Geografis Arab menamakan semenanjung Arab itu dengan nama jazirah (pulau). Sebab ketiga sisinya dikelilingi oleh tiga laut. Letaknya di sebelah barat daya benua Asia. Sebelah timur jazirah berbatasan dengan Teluk Persia. Sebelah selatannya di batasi oleh Lautan Hindia dan sebelah baratnya di batasi oleh Laut Merah. Sedangkan sebelah utaranya merupakan batasan yang tidak jelas. Hanya saja para ahli geografis Arab membatasinya mulai Teluk Aqabah memanjang sampai teluk Persia.[1] Kaum Muslimin membagi Jazirah Arabia menjadi lima daerah:

a.    Hijaz : Ialah daerah yang memanjang dari Teluk Aqabah sampai ke Yaman. Nama Hijaz berarti suatu dataran rendah yang memanjang di sekitar laut merah

b.    Tihamah

c.    Yaman

d.   Najed: Ialah dataran tinggi yang memanjang dari Hijaz sampai ke Laut Arab dan Laut Merah. Dataran ini merupakan suatu padang pasir dan gunung-gunung.

e.    Yamamah: ialah daerah yang memanjang dari Yaman sampai Najed yang menghubungkan kedua laut (Laut Arab dan Laut Merah). Pembagian diatas berdasarkan pembagian Abdullah bin Abbas.[2]

 

Arab Pra-Islam

Ketika Nabi Muhamad saw lahir (570M), Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdaganyan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Siria di utara. Dengan adanya ka’bah ditengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, megelilingi berhala utama,Hubal. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukaan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi[3]

Bila di kelompokkan, bangsa Arab terdiri dari tiga golongan: Pertama: Arab Ba’idah, Arab ‘Aribah, dan ketiga Arab Musta’ribah. Kelompok pertama adalah kelompok yang sulit dilacak datanya oleh para ahli sejarah, kecuali dari kitab al-Qur’an dan Hadis. Kelompok ini adalah Arab Asli keturunan Iram bin Syam bin Nuh, terdiri dari Sembilan bangsa: ‘Ad, Tsamud, Amim, Amil, Thasam, Jadis, Imliq, Jurhum Ula dan Wabar, Bangsa-bangsa tergolong tua sesudah kaum Nabi Nuh. Menurut riwayat, mereka tergolong makmur dan memiliki peninggalan sejarah yang tidak sedikit. Dari Babilon mereka eksodus ke jazirah Arab dan mendirikan beberapa kerajaan dan benteng sampai mereka dikalahkan oleh bangsa Arab keturunan Ya’rib ibnu Qahtan. Hanya kaum’Ad dan Tsamud yang disebutkan dalam al-Qur’an. Yang kedua (Arab ‘Aribah), adalah keturunan Jurhum dan Qahtan, putra A<bir dan Aibar (alias Nabi Hud), tinggal di Hijaz atau dikenal dengan al-Yamaniyah. Mereka sebenarnya berasal dari Suku Saba’, Abdu Shamsin bin Shasjub bin Ya’rib bin Qatan. Saba’ mempunyai beberapa anak laki- laki, di antaranya Himyar dan Kuhlan, adapun kerajaan ini akhirnya terpecah menjadi tiga bagian setelah di hanyutkan oleh banjir (129SM).[4]

Adapun yang ketiga adalah (Arab Musta’ribah) adalah mereka yang dikenal dengan Ismailiyah yang menurunkan Adnan dan seterusnya sampai Nabi Muhammad. Ismail yang berasal dari Ibrahim, bukan bangsa Arab, tapi Kan’an yang eksodus ke Mekkah. Kelompok kedua dan ketiga disebut Arab Baqiyah, karena sumber-sember tentang mereka masih bisa di telusuri oleh ahli sejarah.[5]

Masa sebelum Islam, khususnya kawasan Jazirah Arab disebut dengan masa jahiliyah, julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya arab pedalaman (badui) yang hidupnya menyatu dengan padang pasir dan area tanah yang gersang. Mereka pada umumya hidup berkabilah dan nomaden. Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan.

Situasi yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memuaskan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga datang Islam ditengan-tengah mereka.

Bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya kepada banyak dewa yag diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut dipusatkan di Ka’bah, meskipun ditempat-tempat lain juga ada. Berhala-berhala yang terpenting adalah Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar, terletak di ka’bah; Lata, dewa tertua, terletak di Thaif, Uzza, bertempat di Hijaz, kedudukannya dibawah Hubal dan Manat yang bertempat di Yathrib. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk. [6]

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN


[1] Abu al-Hasan Ali al-Hasani al-Nadwy, Riwayat Hidup Rasulullah (Surabaya: PT Bina Ilmu,1983) 37.

[2] Ibid., 37.

[3]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta Rajawali pers,2011), 9.

[4]Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers,2014), 168.

[5]Ibid., 169.

[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 15.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...