Jazirah Arabia
adalah semenanjung yang paling luas di dunia. Para Geografis Arab menamakan
semenanjung Arab itu dengan nama jazirah (pulau). Sebab ketiga sisinya
dikelilingi oleh tiga laut. Letaknya di sebelah barat daya benua Asia. Sebelah
timur jazirah berbatasan dengan Teluk Persia. Sebelah selatannya di batasi oleh
Lautan Hindia dan sebelah baratnya di batasi oleh Laut Merah. Sedangkan sebelah
utaranya merupakan batasan yang tidak jelas. Hanya saja para ahli geografis
Arab membatasinya mulai Teluk Aqabah memanjang sampai teluk Persia.[1]
Kaum Muslimin membagi Jazirah Arabia menjadi lima daerah:
a.
Hijaz : Ialah daerah yang
memanjang dari Teluk Aqabah sampai ke Yaman. Nama Hijaz berarti suatu dataran
rendah yang memanjang di sekitar laut merah
b.
Tihamah
c.
Yaman
d.
Najed: Ialah dataran tinggi
yang memanjang dari Hijaz sampai ke Laut Arab dan Laut Merah. Dataran ini
merupakan suatu padang pasir dan gunung-gunung.
e.
Yamamah: ialah daerah yang
memanjang dari Yaman sampai Najed yang menghubungkan kedua laut (Laut Arab dan
Laut Merah). Pembagian diatas berdasarkan pembagian Abdullah bin Abbas.[2]
Arab Pra-Islam
Ketika Nabi Muhamad saw lahir (570M), Mekkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdaganyan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Siria di utara. Dengan adanya ka’bah ditengah kota, Mekkah menjadi pusat keagamaan Arab. Ka’bah adalah tempat mereka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, megelilingi berhala utama,Hubal. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukaan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi[3]
Bila di
kelompokkan, bangsa Arab terdiri dari tiga golongan: Pertama: Arab Ba’idah, Arab ‘Aribah, dan ketiga Arab Musta’ribah.
Kelompok pertama adalah kelompok yang sulit dilacak datanya oleh para ahli
sejarah, kecuali dari kitab al-Qur’an dan Hadis. Kelompok ini adalah Arab Asli
keturunan Iram bin Syam bin Nuh, terdiri dari Sembilan bangsa: ‘Ad, Tsamud, Amim, Amil, Thasam, Jadis,
Imliq, Jurhum Ula dan Wabar, Bangsa-bangsa tergolong tua sesudah kaum Nabi
Nuh. Menurut riwayat, mereka tergolong makmur dan memiliki peninggalan sejarah
yang tidak sedikit. Dari Babilon mereka eksodus ke jazirah Arab dan mendirikan
beberapa kerajaan dan benteng sampai mereka dikalahkan oleh bangsa Arab
keturunan Ya’rib ibnu Qahtan. Hanya kaum’Ad dan Tsamud yang disebutkan dalam
al-Qur’an. Yang kedua (Arab ‘Aribah), adalah keturunan Jurhum dan
Qahtan, putra A<bir dan Aibar (alias Nabi Hud), tinggal di Hijaz atau
dikenal dengan al-Yamaniyah. Mereka sebenarnya berasal dari Suku Saba’, Abdu Shamsin
bin Shasjub bin Ya’rib bin Qatan. Saba’ mempunyai beberapa anak laki- laki, di
antaranya Himyar dan Kuhlan, adapun kerajaan ini akhirnya terpecah menjadi tiga
bagian setelah di hanyutkan oleh banjir (129SM).[4]
Adapun
yang ketiga adalah (Arab Musta’ribah)
adalah mereka yang dikenal dengan Ismailiyah yang menurunkan Adnan dan
seterusnya sampai Nabi Muhammad. Ismail yang berasal dari Ibrahim, bukan bangsa
Arab, tapi Kan’an yang eksodus ke Mekkah. Kelompok kedua dan ketiga disebut Arab
Baqiyah, karena sumber-sember tentang mereka masih bisa di telusuri oleh ahli
sejarah.[5]
Masa
sebelum Islam, khususnya kawasan Jazirah Arab disebut dengan masa jahiliyah,
julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab
khususnya arab pedalaman (badui) yang hidupnya menyatu dengan padang pasir dan
area tanah yang gersang. Mereka pada umumya hidup berkabilah dan nomaden.
Mereka berada dalam lingkungan miskin pengetahuan.
Situasi
yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan tersebut mengakibatkan mereka sesat
jalan, tidak menemukan nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih
kemuliaan, memuaskan kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan
alasan harga diri dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga
datang Islam ditengan-tengah mereka.
Bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya kepada banyak dewa yag diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut dipusatkan di Ka’bah, meskipun ditempat-tempat lain juga ada. Berhala-berhala yang terpenting adalah Hubal, yang dianggap sebagai dewa terbesar, terletak di ka’bah; Lata, dewa tertua, terletak di Thaif, Uzza, bertempat di Hijaz, kedudukannya dibawah Hubal dan Manat yang bertempat di Yathrib. Berhala-berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib buruk. [6]
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN
- Letak Geografi Arab Pra-Islam
- Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad
- Pembentukan Negara Madinah
- Khulafaur Rasyidin
- Renaisans Di Eropa
- Kedatangan Barat Di Berbagai Dunia Islam
- Kemunduran Kerajaan Utsmani Dan Ekspansi Barat Ke Timur Tengah
- Bangkitnya Nasionalisme Di Dunia Islam Untuk Kemerdekaan Negaranya
- Kemerdekaan Negara-Negara Islam Dari Penjajahan
- Teori Datangnya Islam Ke Indonesia
- Saluran Dan Cara Islamisasi Di Indonesia
[1] Abu al-Hasan
Ali al-Hasani al-Nadwy, Riwayat Hidup
Rasulullah (Surabaya: PT Bina Ilmu,1983) 37.
[2] Ibid., 37.
[3]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta
Rajawali pers,2011), 9.
[4]Rusydi
Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi
Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers,2014), 168.
[5]Ibid., 169.
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 15.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar