HOME

10 Maret, 2022

Kitab Sunan Abu Dawud

 

1.      Metode Penyusunan Kitab Sunan Abu Dawud

Kitab Sunan menurut para ahli Hadis adalah kitab Hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqh, Kitab Sunan ini hanya memuat Hadis-hadis marfu’, tidak memuat Hadis manqut atau maqtu’, sebab dua macam Hadis terakhir Hadis ini disebut sunnah, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, sejarah, dan zuhud. Sebagaimana pernyataan al-Khatani dalam kitab al-Risalah al-Mustatrafah: “Diantara kitab-kitab Hadis adalah kitab-kitab Sunan yaitu kitab hadis yang disusun menurut bab-bab fiqh, mula-mula dari bab taharah, salat, zakat, dan sebagainya, dan di dalamnya tidak terdapat hadis mauquf, karena hadis ini tidak disebut sebagai sunnah, namun hanya disebut sebagai hadis.[1]

Oleh karena  kitab ini datang dengan membawa kumpulan tentang bab-bab fiqh dan hadith, maka tidak mengherankan jika kitab ini di jadikan oleh Fuqaha’ Mesir menjadi rujukan untuk pengambilan suatu dalil dan juga di gunakan untuk memutuskan suatu hukum, sampai sampai mereka berkata : sesungguhnya sudah di cukupkan - bagi para mujtahid (dalam berijtihad) –dengan menggunakan kitab tersebut (Sunan Abu Dawud) setelah al-Quran oleh karena sebab inilah kitab ini sangat masyhur di kalangan para Fuqaha’ karena terkumpulnya  hadis-hadis hukum di dalam nya [2]

Imam Abu Dawud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah shari’at, jadi kumpulan hadisnnya berfokus murni pada hadis tentang syariat. Setiap hadis dalam kumpulanya di periksa kesesuainya dengan al-Quran, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.[3]

Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu kitab hadis yang paling otentik. Namun di ketahui bahwa kitab ini mengandung beberapa hadis lemah (yang sebagian ditandai oleh Imam Abu Dawud dan sebagian tidak).[4]

Metode yang dipakai oleh Abu Dawud berbeda dengan metode yang dipakai oleh ulama-ulama sebelumnya, seperti Imam Ahmad bin Hanbal yang menyusun kitab Musnad dan Imam Bukhari dan Muslim yang menyusun kitabnya dengan hanya membatasi pada Hadis-hadis yang sahih saja. Adapun Abu Dawud menyusun kitabnya dengan mengumpulkan Hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum (Fiqh), dan dalam menyusunnya berdasarkan urutan bab-bab fiqh. Hadis-hadis yang berkenaan dengan fada’il al-a’mal (keutamaan-keutamaan amal). Dan kisah-kisah tidak dimasukkan dalam kitabnya.

 

2.  Sistematika Penyusunan Kitab

Dalam Sunan Abu Dawud, ia membagi hadisnya dalam beberapa kitab, dan setiap kitab dibagi menjadi beberapa bab. Adapun perinciannya adalah 35 kitab, 1871 bab, serta 4800 Hadis. Tetapi menurut Muhammad Muhyudin Abdul Hamid, jumlahnya sebanyak 5274 Hadis. Perbedaan perhitungan tersebut tidak aneh, karena Abu Dawud sering mencantumkan sebuah hadis di tempat yang berbeda, hal ini dilakukan karena untuk menjelaskan suatu hukum dari hadis tersebut, dan di samping itu untuk memperbanyak jalur sanad.[5]

Adapun  sistematika  (urutan)  penulisan  Hadis  dalam Sunan  Abu

Dawud menurut Zainul Arifin dalam kitabnya Studi Hadith dengan perbandingan sistematika penyusunan dalam Maktabah al-Syamilah yang telah di tahqiq oleh Imam Albani adalah:[6]

 

No.

 

Judul BAB

Jumlah Bab versi

Fi Rihab                     al-Sunnah

Maktabah al-Shamilah

1.

al-Taharah

159

144

2.

al-Salat

251

259

3.

al-Istisqa’

11

12

4

Salat al-Safar

20

20

5

al-Tatawwu’

27

28

6

Shahru Ramadan

10

10

7

Sujud Al-Quran

8

8

8

al-Witr

32

32

9

al-Zakat

46

47

10

al-Luqatah

20

1

11

al-Manasik

96

99

12

al-Nikah

49

50

13

al-Talaq

50

50

14

al-Saum

81

82

15

al-Jihad

170

182

16

al-Duhaya

25

21

17

al-Said

 

4

18

al-Wasaya

17

17

19

al-Faraid

18

18

20

al-Kharaj

41

41

21

al-Janaiz

80

84

22

al-‘Aiman Wa al-Nudhur

25

32

23

al-Buyu’

90

36

24

al-Ijarah

 

56

25

al-Aqdiyah

31

31

26

al-‘Ilm

13

13

27

al-Ashribah

22

22

28

al-At’imah

54

55

29

al-Tib

24

24

30

al-‘itq

15

15

31

al-Huruf wa al-Qira’at

39

1

32

al-Hamam

2

3

33

al-Libas

45

47

34

al-Tarajjal

21

21

35

al-Khatim

8

8

36

al-Fitan

7

7

37

al-Mahdi

12

1

38

al-Malahim

18

18

39

al-Hudud

38

40

40

al-Diyat

28

32

41

al-Sunnah

29

32

42

al-Adab

169

182

 

3.Contoh Hadith Dalam kitab Sunan Abu Dawud

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَمِّهِ أَبِى سُهَيْلِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ طَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِىُّ صَوْتِهِ وَلاَ يُفْقَهُ مَا يَقُولُ حَتَّى دَنَا فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ ». قَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ « لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ». قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صِيَامَ شَهْرِ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ قَالَ « لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ». قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الصَّدَقَةَ. قَالَ فَهَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ « لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ». فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ[7] »

            B.  Sharh Sunan Abu Dawud

    Sunan Abu Dawud memiliki banyak Sharh

1.      Sharh al-Tasannif al-Mufidah, Karya al-Imam Abi Sulaiman Ahmad Bin Ibrahim Bin Khitab al-Basti, yang wafat tahun 388 H. Yang juga memiliki nama lain yaitu" معالم السنن " ini merupakan Sharh pertengahan yang di dalam nya sering di gunakan sebagai pengambilan hukum dan adab.

2.      Sharh ‘aun al-Ma’bud ‘ala Sunan Abi Dawud, karya al-Imam al-syaikh Syarful al-haq yang masyhur di panggil Muhammad Ashraf Ibn ‘aly Haidar al-Sadiqy, yang wafat pada kurun ke empat hijriyah , Kitab ini merupakan kitab yang menyingkap sebagian lughat dan ‘ibarat yang di pandang sulit

3.      Al-Minhal al-‘Adhbu al-Maurud Sharh Sunan Abi Dawud, karya al-‘alim al-‘Arif Billah al-Syaikh Mahmud bin Muhammad Bin Khitab al-Subki ini merupakan salah satu kita Sharh dari Sunan Abu Dawud yang memiliki pembahasan yang luas, karna dalam kitab ini di jelaskan tentan Biografi perawi hadis, Penjelasan tentang lafaz dan ma’na nya, serta penjelasan tentang pengambilan tentang beberapa  hukum dan juga msalah adab, begitu juga dan kitab ini dijelaskan tentang Mukharrij Hadith yang bersangkutan selain Abu Dawud, serta menjelaskan tentang kualitas hadis yang bersangkutan apakah itu Sahih, hasan, maupun da’if[8]

 

C.  Komentar Para Ulama tentak Imam Abu Dawud

Imam Abu Dawud adalah orang yang alim dari salah satu orang alimnya agama Islam baik dari segi hafalan maupun pemahaman, begitu pula dalam masalah hadis serta illat-illat nya, al-Hafidh Musa Ibn Harun berkata “Abu Dawud di ciptakan ke dunia untuk (memperjuangkan) Hadis, dan di akhirat untuk surga, saya tidak pernah melihat orang yang lebih utama daripada dia.[9]

 Imam Abu Dawud adalah imam dari Imam Ahlusunnah wa Al-Jama’ah yang hidup di Bashrah, kota berkembangnya kelompok Qadariyah dan pemikiran Khawarij , Mu’tazilah, Murji’ah, Syi’ah Rafidhah, Jahmiyyah serta lain-lainya. Walaupun demikian, a tetap dalam ke-istiqamah-an di atas sunnah dan membantah Qadariyah dengan kitbnya Al-Qadar. Demikian pula bantahanya atas Khawarij dalam kitabnya Akhbar Al-Khawarij dan beliau juga berani membantah pemahaman yag menyimpang dari kemurnian ajaran Islam yang telah di sampaikan oleh Rasulullah. Tentang hal itu bisa di lihat dalam kitabnya Al-Sunan yang di dalam nya terdapat bantahan-bantahan terhadap jahmiyyah, Murji’ah, dan Mu’tazilah.[10]

Baca artikel tentang Hadis lainya :

DAFTAR PUSTAKA 

Ashiddieqi, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadith, Semarang: Pusaka Rieky Putra, 1998.

Azami, Mustafa, Ilmu Hadis, terj. Jakarta: Lentera, 1995.

Khatib (al), Muhammad ‘Ajajj. Ushul al-Hadith: ‘Ilmuhu wa Musthalahuhu. Damaskus:Dar al-Fikri, 1975.

Mudasir. Ilmu Hadith. Bandung: Pusaka Setia, 1999.           

Salahuddin Agus dan Agus Suyadi, Ulum al-Hadith. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.

Shuhbah, Abu Muhammad Muhammad. Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub Al-Sihah al-Sittah. Kairo: al-Azhar, 1995.

Suryadilaga, M. Fatih. Studi Kitab Hadith. Yogyakarta: Teras, 2003.

Zahwu, Abu Muhammad muhammad, al-Hadith wa al-Muhaddithun. Saudi Arabia :1985.


[1]  Mustafa Azami, Ilmu Hadis, 143.

[2]  Muhammad muhammad Abu Zahwu, al-Hadith wa al-Muhaddithun, 411.

[3]  Agus Salahuddin dan Agus Suyadi, Ulum al-Hadith, 241

[4] Ibid. 241.

[5]  Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Semarang: Pusaka Rieky Putra, 1998), 88.

[6]  Zainal Arifin,Studi Hadith, (Surabaya: Al-Muna, , 2010), 78.

[7]   سنن أبي داود ـ محقق وبتعليق الألباني – مكتبه الشاملة (1 / 150)

[8]  Muhammad Muhammad Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub Al-Sihah al-Sittah, 143.

[9]  Ibid., 143.

[10] Agus Salahuddin dan Agus Suyadi, Ulum al-Hadith, 242.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...