1.
Metode Penyusunan Kitab Sunan Abu Dawud
Kitab Sunan menurut para ahli Hadis adalah kitab Hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqh, Kitab Sunan ini hanya memuat Hadis-hadis marfu’, tidak memuat Hadis manqut atau maqtu’, sebab dua macam Hadis terakhir Hadis ini disebut sunnah, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, sejarah, dan zuhud. Sebagaimana pernyataan al-Khatani dalam kitab al-Risalah al-Mustatrafah: “Diantara kitab-kitab Hadis adalah kitab-kitab Sunan yaitu kitab hadis yang disusun menurut bab-bab fiqh, mula-mula dari bab taharah, salat, zakat, dan sebagainya, dan di dalamnya tidak terdapat hadis mauquf, karena hadis ini tidak disebut sebagai sunnah, namun hanya disebut sebagai hadis.[1]
Oleh karena kitab ini datang dengan membawa kumpulan tentang bab-bab fiqh dan hadith, maka tidak mengherankan jika kitab ini di jadikan oleh Fuqaha’ Mesir menjadi rujukan untuk pengambilan suatu dalil dan juga di gunakan untuk memutuskan suatu hukum, sampai sampai mereka berkata : sesungguhnya sudah di cukupkan - bagi para mujtahid (dalam berijtihad) –dengan menggunakan kitab tersebut (Sunan Abu Dawud) setelah al-Quran oleh karena sebab inilah kitab ini sangat masyhur di kalangan para Fuqaha’ karena terkumpulnya hadis-hadis hukum di dalam nya [2]
Imam Abu Dawud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah shari’at, jadi kumpulan hadisnnya berfokus murni pada hadis tentang syariat. Setiap hadis dalam kumpulanya di periksa kesesuainya dengan al-Qur’an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran perbaikan.[3]
Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu kitab hadis yang paling otentik. Namun di ketahui bahwa kitab ini mengandung beberapa hadis lemah (yang sebagian ditandai oleh Imam Abu Dawud dan sebagian tidak).[4]
Metode yang dipakai oleh Abu Dawud berbeda dengan metode
yang dipakai oleh ulama-ulama sebelumnya, seperti Imam Ahmad bin Hanbal yang
menyusun kitab Musnad dan Imam Bukhari dan Muslim yang menyusun kitabnya
dengan hanya membatasi pada Hadis-hadis yang sahih saja. Adapun Abu Dawud menyusun kitabnya
dengan mengumpulkan Hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum (Fiqh), dan dalam
menyusunnya berdasarkan urutan bab-bab fiqh. Hadis-hadis yang berkenaan dengan fada’il al-a’mal (keutamaan-keutamaan amal). Dan
kisah-kisah tidak dimasukkan dalam kitabnya.
2.
Sistematika Penyusunan Kitab
Dalam
Sunan Abu Dawud, ia membagi hadisnya dalam beberapa kitab, dan setiap kitab
dibagi menjadi beberapa bab. Adapun perinciannya adalah 35 kitab, 1871 bab,
serta 4800 Hadis. Tetapi menurut Muhammad Muhyudin Abdul Hamid, jumlahnya
sebanyak 5274 Hadis. Perbedaan perhitungan tersebut tidak aneh, karena Abu
Dawud sering mencantumkan sebuah hadis di tempat yang berbeda, hal ini
dilakukan karena untuk menjelaskan suatu hukum dari hadis tersebut, dan di
samping itu untuk memperbanyak
jalur sanad.[5]
Adapun
sistematika (urutan) penulisan
Hadis dalam Sunan Abu
Dawud menurut
Zainul Arifin dalam kitabnya Studi Hadith dengan perbandingan
sistematika penyusunan dalam Maktabah al-Syamilah yang telah di tahqiq
oleh Imam Albani adalah:[6]
No. |
Judul BAB |
Jumlah Bab versi |
|
Fi Rihab al-Sunnah |
Maktabah al-Shamilah |
||
1. |
al-Taharah |
159 |
144 |
2. |
al-Salat |
251 |
259 |
3. |
al-Istisqa’ |
11 |
12 |
4 |
Salat al-Safar |
20 |
20 |
5 |
al-Tatawwu’ |
27 |
28 |
6 |
Shahru Ramadan |
10 |
10 |
7 |
Sujud Al-Quran |
8 |
8 |
8 |
al-Witr |
32 |
32 |
9 |
al-Zakat |
46 |
47 |
10 |
al-Luqatah |
20 |
1 |
11 |
al-Manasik |
96 |
99 |
12 |
al-Nikah |
49 |
50 |
13 |
al-Talaq |
50 |
50 |
14 |
al-Saum |
81 |
82 |
15 |
al-Jihad |
170 |
182 |
16 |
al-Duhaya |
25 |
21 |
17 |
al-Said |
|
4 |
18 |
al-Wasaya |
17 |
17 |
19 |
al-Faraid |
18 |
18 |
20 |
al-Kharaj |
41 |
41 |
21 |
al-Janaiz |
80 |
84 |
22 |
al-‘Aiman Wa al-Nudhur |
25 |
32 |
23 |
al-Buyu’ |
90 |
36 |
24 |
al-Ijarah |
|
56 |
25 |
al-Aqdiyah |
31 |
31 |
26 |
al-‘Ilm |
13 |
13 |
27 |
al-Ashribah |
22 |
22 |
28 |
al-At’imah |
54 |
55 |
29 |
al-Tib |
24 |
24 |
30 |
al-‘itq |
15 |
15 |
31 |
al-Huruf wa al-Qira’at |
39 |
1 |
32 |
al-Hamam |
2 |
3 |
33 |
al-Libas |
45 |
47 |
34 |
al-Tarajjal |
21 |
21 |
35 |
al-Khatim |
8 |
8 |
36 |
al-Fitan |
7 |
7 |
37 |
al-Mahdi |
12 |
1 |
38 |
al-Malahim |
18 |
18 |
39 |
al-Hudud |
38 |
40 |
40 |
al-Diyat |
28 |
32 |
41 |
al-Sunnah |
29 |
32 |
42 |
al-Adab |
169 |
182 |
3.Contoh Hadith Dalam kitab Sunan Abu Dawud
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَمِّهِ أَبِى سُهَيْلِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ سَمِعَ طَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِىُّ صَوْتِهِ وَلاَ يُفْقَهُ مَا يَقُولُ حَتَّى دَنَا فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ ». قَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ « لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ». قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صِيَامَ شَهْرِ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ قَالَ « لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ». قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الصَّدَقَةَ. قَالَ فَهَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ « لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ». فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ[7] »
B.
Sharh Sunan Abu Dawud
Sunan Abu Dawud
memiliki banyak Sharh
1. Sharh al-Tasannif al-Mufidah, Karya al-Imam Abi Sulaiman Ahmad Bin Ibrahim Bin Khitab al-Basti, yang wafat tahun 388 H. Yang juga memiliki nama lain yaitu" معالم السنن " ini merupakan Sharh pertengahan yang di dalam nya sering di gunakan sebagai pengambilan hukum dan adab.
2. Sharh ‘aun al-Ma’bud ‘ala Sunan Abi Dawud, karya al-Imam al-syaikh Syarful al-haq yang masyhur di panggil Muhammad Ashraf Ibn ‘aly Haidar al-Sadiqy, yang wafat pada kurun ke empat hijriyah , Kitab ini merupakan kitab yang menyingkap sebagian lughat dan ‘ibarat yang di pandang sulit
3.
Al-Minhal
al-‘Adhbu al-Maurud Sharh Sunan Abi Dawud, karya al-‘alim
al-‘Arif Billah al-Syaikh Mahmud bin Muhammad Bin Khitab al-Subki ini
merupakan salah satu kita Sharh dari Sunan Abu Dawud yang memiliki
pembahasan yang luas, karna dalam kitab ini di jelaskan tentan Biografi perawi
hadis, Penjelasan tentang lafaz dan ma’na nya, serta penjelasan tentang
pengambilan tentang beberapa hukum dan
juga msalah adab, begitu juga dan kitab ini dijelaskan tentang Mukharrij
Hadith yang bersangkutan selain Abu Dawud, serta menjelaskan tentang
kualitas hadis yang bersangkutan apakah itu Sahih, hasan, maupun
da’if[8]
C.
Komentar Para
Ulama tentak Imam Abu Dawud
Imam Abu Dawud adalah orang yang alim dari salah satu
orang alimnya agama Islam baik dari segi hafalan maupun pemahaman, begitu pula
dalam masalah hadis serta illat-illat nya, al-Hafidh Musa Ibn Harun
berkata “Abu Dawud di ciptakan ke dunia untuk (memperjuangkan) Hadis, dan di
akhirat untuk surga, saya tidak pernah melihat orang yang lebih utama daripada
dia.[9]
Baca artikel tentang Hadis lainya :
- Aliran Khawarij, Sejarah Kemunculan, & Karakteristiknya
- Aliran Syi'ah & Sejarah Kemunculanya
- Hadis Palsu Atau Hadist Maudu’ Serta Faktor Kemunculanya
- Kaedah Melacak Hadis Palsu
- Peran Ulama Menyelamatkan Hadis Dari Pemalsuan
- Hukum Hadis Palsu Dan Daftar Buku Hadis Palsu
- Metode Dan Contoh Penyelesaian Mukhtalif Al-Hadith
- Mukhtalif Hadis
- Imam Al-Daruquthni
- Sunan Al-Daruqutni
- Imam Abu Dawud
- Kitab Sunan Abu Dawud
- Jarh wa ta‘dil
- Lafaz Jarh Wa Ta‘dil Serta Tingkatannya
- Beberapa Hal Yang Perlu Diketahui Dan Tertolak Dalam Jarh wa ta‘dil
- Metode Dalam Tarjih Dan Ta‘dil Perawi
- Pertentangan Dalam Jarh Wa Ta‘dil
- Kitab-Kitab Jarh Wa Ta'dil
DAFTAR PUSTAKA
Ashiddieqi, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar ‘Ilmu Hadith, Semarang: Pusaka Rieky Putra, 1998.
Azami, Mustafa, Ilmu Hadis, terj. Jakarta: Lentera, 1995.
Khatib (al), Muhammad ‘Ajajj. Ushul al-Hadith: ‘Ilmuhu wa Musthalahuhu. Damaskus:Dar al-Fikri, 1975.
Mudasir. Ilmu Hadith. Bandung: Pusaka Setia, 1999.
Salahuddin Agus dan Agus Suyadi, Ulum al-Hadith. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.
Shuhbah, Abu Muhammad Muhammad. Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub Al-Sihah al-Sittah. Kairo: al-Azhar, 1995.
Suryadilaga,
M. Fatih. Studi Kitab Hadith. Yogyakarta: Teras, 2003.
Zahwu, Abu Muhammad muhammad, al-Hadith wa al-Muhaddithun. Saudi Arabia :1985.
[1] Mustafa Azami, Ilmu Hadis, 143.
[2] Muhammad muhammad Abu Zahwu, al-Hadith wa al-Muhaddithun, 411.
[3] Agus Salahuddin dan Agus Suyadi, Ulum al-Hadith, 241
[4] Ibid. 241.
[5]
Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieq, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,
(Semarang: Pusaka Rieky Putra, 1998), 88.
[6] Zainal Arifin,Studi Hadith, (Surabaya: Al-Muna, , 2010), 78.
[7] سنن أبي داود ـ محقق وبتعليق الألباني – مكتبه الشاملة (1 / 150)
[8] Muhammad
Muhammad Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub Al-Sihah al-Sittah, 143.
[9] Ibid., 143.
[10] Agus Salahuddin dan Agus Suyadi, Ulum al-Hadith, 242.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar