HOME

10 Maret, 2022

Imam Al-Darimi

 

Biografi al-Darimi

            1.      Nama Lengkap

Imam al-Darimi adalah seorang Shaikh al-Islam, bernama lengkap al-Hafiz al-Hujjah ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Rahman ibn Fadl ibn Bahram. Kunyahnya adalah Abu Muhammad al-Tamimi al-Samarqandi yang dinisbatkan kepada Darim ibn Malik ibn Hanzalah ibn Zaid Manat ibn Tamim.[1]

Ia dilahirkan pada tahun wafatnya Abd Allah Ibn al-Mubarak, yaitu pada tahun 181 H di kota Samarqand.[2] Dikatakan juga pada 13 tahun sebelum kelahirannya Imam Bukhari.[3]

Al-Darimi sejak kecil telah dikaruniai kecerdasan otak sehingga ia mudah untuk memahami dan menghafalkan setiap apa yang ia dengar. Dengan bekal kecerdasannya itulah ia menemui para shaikh dan belajar ilmu. Ia belajar ilmu baik kepada ulama yang lebih tua darinya, maupun ulama yang lebih muda darinya, sehingga  telah sebagian besar ulama yang pada masanya telah ia kunjungi dan telah serap ilmunya, walaupun tidak semua ilmu yang ia terima kemudian ia riwayatkan kembali.[4]

Samarqand adalah kota yang tidak pernah sepi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan munculnya para ulama, walaupun mungkin tidak semashhur kota-kota lain di seluruh negeri Islam. Meskipun demikian, al-Darimi Tidak merasa cukup dengan apa yang ada di Samarqand. Ia kemudian mengadakan rihlah, berkeliling dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana juga dilakukan oleh para ulama hadis pada masa itu, ia mengunjungi Khurasan dan belajar hadis dari para ulama yang ada di sana. Kemudian berkunjung ke Irak untuk belajar kepada ahli hadis yang ada di Baghdad, Kufah, Wasit dan Basrah. Ia juga mengunjungi Sham dan belajar kepada para ulama hadis yang berdomisili di Damaskus, Hims dah Shuwar. Ia juga pergi ke Jazirah dan Hijaz. Di Hijaz ia belajar hadis yang ada di kota Makkah dan Madinah. Setelah pengembaraannya itu, kembali ke kota Samarqand, kota kelahirannya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan hadis.[5]

 Di samping merupakan ahli hadis, al-Darimi juga merupakan ahli fiqih dan ahli tafsir. Dalam bidang hadis, ia adalah hafidh sekaligus kritikus hadis yang sangat paham terhadap ‘ilal al-hadith dan ikhtilaf al-ruwwat. Dalam bidang fiqih, ia menguasai berbagai aliran madhhab fiqih, dan mampu memilah dan memilih ajaran fiqih yang berdasar kepada nas yang ma’thurah. Dalam bidang tafsir, ia ahli di bidang Ma’ani Alquran. Muhammad ibn Ibrahim ibn Manshur al-Shairazi mengomentarinya sebagai “Mufassir yang sempurna”.[6]

            2.      Guru-gurunya

Ia belajar ilmu hadis dari Ahmad ibn Hanbal, ‘Ali ibn al-Madini, Ishaq ibn Rahuwaih dan Yahya ibn Mu’in.[7] Ia juga pernah berguru tentang hadits kepada Yazid ibn Harun, Ja’far ibn ‘Aun, Ya’la ibn ‘Ubaid, Bashar ibn ‘Umar al-Zahrani, Abu ‘Ali ‘Ubaidillah ibn ‘Abd al- Majid al-Hanafi, Abu Bakar ‘Abd Kabir. Selain itu, ia juga pernah berguru kepada Muhammad ibn Bakar al-Barsani, Wahab ibn Jarir, dan Ahmad Ishak al-Hadrami. Ia juga pernah belajar pada ‘Uthman ibn ‘Umar ibn Faris, ‘Ubaidillah ibn Musa, Abu Musa al-Mughirah al-Khalwani, Muhammad ibn Yusuf al-Faryabi dan Abd al-Samad ibn ‘Abd al-Warith.[8]

            3.      Murid-muridnya

Murid-murid beruntung yang pernah belajar kepadanya adalah Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidhi, ‘Abd ibn Humaid, Raja’ ibn Marja’, dan Hasan ibn al-Shabbah. Selain mereka, Muhammad ibn Bashar Bandar, Muhammad ibn Yahya, Baqi ibn Makhlaf, Abu Zur’ah, Abu Hatim, Salih ibn Muhammad Jazrah, Ibrahim ibn Abi Talib, dan juga Muhammad ibn Isma’il juga pernah belajar pada al-Darimi. Ja’far ibn Ahmad ibn Faris, Ja’far al-Farabi, ‘Abdullah ibn Ahmad, ‘Umar ibn Muhammad ibn Bujair, Muhammad ibn Nadhar al-Jarudi, dan Isa ibn ‘Umar al-Samarqandi juga pernah berguru kepada al-Darimi.[9]

            4.      Karya-karya al-Darimi

Karya al-Darimi yang terkenal adalah kitab hadis yang ia beri judul dengan al-Hadith al-Musnad al-Marfu’ wa al-Mauquf wa al-maqtu’. Akan tetapi dalam penerbitannya, judul kitab hadis tersebut diubah menjadi sunan al-Darimi. Perubahan judul tersebut dilakukan untuk menyesuaikan sistematika penyusun kitab. Al-Darimi menyusun kitab tersebut berdasarkan tata urutan dan sistematika kitab fiqih, sehingga karenanya lebih cocok diberin judul “sunan” daripada dengan “musnad”.[10]

Al-Darimi juga menyusun kitab tafsir dan kitab ensiklopedia (al-Jami’). Hanya sayang kedua kitab al-Darimi ini tidak bisa diketemukan lagi pada masa kini.[11]

            5.      Penilaian ulama terhadap al-Darimi

Al-Darimi sebagai seorang ilmuwan muslim yang menggeluti khazanah Islam telah mendapatkan posisi istimewa dalam pandangan ulama-ulama Islam. Berikut beberapa penilaian para ulama tentang kualitas seorang Al-Darimi[12]:

           a.     Ahmad bin Hanbal berkata: “Beliau adalah Imam”.

           b.     Al-Hafidz Bandar Muhammad ibn Basyar (salah satu guru al-Darimi): “Hafidh di seluruh dunia ini ada empat. Mereka adalah Abu Zur’ah di Ray, Muslim di Naisaburi, ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman (al-Darimi) di Samarqand, dan Muhammad ibn Isma’il (al-Bukhari) di Bukhara’”.

            c.     Al-Hafidh Abu Sa’id al-Ashji: “Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman adalah imam kami”.

       d.     Al-Hafidh ‘Uthman ibn Abi Shaibah, salah satu guru beliau: “Kecerdasan, hafalan dan kepribadian Al-Darimi lebih baik dari apa yang mereka perbincangkan”.

        e.     Muhammad ibn ‘Abd Allah al-Makhrami: “Wahai penduduk Khurasan, selama ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman ada beserta kalian, tidak perlu kamu bersusah payah kepada yang lainnya”.

        f.     Ibn Hibban: “Termasuk Huffadh yang kokoh. Ia orang yang wara’ dalam agama. Ia menghafal, mengumpulkan, mendalami dan menyusun kitab, dan menyebarkan sunnah di negerinya dan mengajak orang lain untuk mengikutinya”.

        6.      Wafatnya

              Imam al-Darimi meninggal dunia pada hari Tarwiyah tahun 255 H setelah shalat ‘asar. Ia dikubur pada hari jumat yang bertepatan dengan hari ‘Arafah. Ketika meninggal, al-Darimi umurnya telah mencapai 75 tahun. Ada satu pendapat yang menyebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 250 H. akan tetapi pendapat ini diragukan kebenarannya.[13]

Baca artikel tentang Hadis lainya :


[1] Abu ‘Asim Nubail ibn Hashim al-Ghamri, Fath al-Mannan Sharh al-Darimi, (Makkah: Dar al-Basha’ir al-Islami, 1419 H), 11.

[2] Ibid., 12.

[3] ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman al-Darimi, Musnad al-Darimi, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002), 5.

[4] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2009), 180.

[5] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka al-Muna, 2010), 134.

[6] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 181.

[7] Muhammad Husain al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmat al-Kibar, (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993 M/ 1413 H), 149. 

[8] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, 135.

[9] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 182.

[10] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 182.

[11] Ibid.

[12] Muhammad Husain al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmat al-Kibar, (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993 M/ 1413 H), 150. 

[13] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 184.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...