HOME

24 Maret, 2022

Macam-Macam Qashah Al-Qur'an

Dalam al-Quran terdapat bermacam-macam kisah, ada yang menceritakan para nabi dan umat-umat terdahulu dan ada yang mengisahkan berbagai macam peristiwa dan keadaan dari masa lampau, masa kini ataupun masa yang akan datang. Berikut pengelompokannya:


Ditinjau dari segi waktu

Ditinjau dari segi waktu terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam al-Quran menurut Abdul Djalal ada tiga macam[1]:

1.      Kisah hal-hal gaib[2] pada masa lalu yaitu kisah yang menceritakan kejadian-kejadian gaib yang sudah tidak bisa ditangkap panca indera yang terjadinya di masa lampau. Contohnya:

  • Kisah tentang dialog Malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi, sebagaimana dijelaskan dalam (QS. al-Baqarah: 30-34).

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ ٣٠

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلْأَسْمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى ٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسْمَآءِ هَـٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمْ صَـٰدِقِينَ ٣١

قَالُوا۟ سُبْحَـٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ ٣٢

قَالَ يَـٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ ۖ فَلَمَّآ أَنۢبَأَهُم بِأَسْمَآئِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكُمْ إِنِّىٓ أَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنتُمْ تَكْتُمُونَ ٣٣

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِـَٔادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَـٰفِرِينَ ٣٤

Ayat 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." 

Ayat 31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 

Ayat 32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." 

Ayat 33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" 

Ayat 34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.[3]


2.   Kisah hal-hal gaib pada masa kini yaitu kisah yang menerangkan hal-hal gaib pada masa sekarang (meski sudah ada sejak dulu dan masih akan  tetap ada  sampai masa yang akan datang)  dan  yang  menyingkap rahasia orang-orang munafik. Contohnya Kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin atau iblis, (Qs. al-A’raf: 13-14) :

قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ (13) قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ 

Ayat 13.“Allah berfirman: ‘Turunlah kamu dari surga itu, karna kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri didalamnya maka keluarlah sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina’.              

Ayat 14. Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”.[4] 


3.     Kisah terjadi pada masa yang akan datang yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang akan datang yang belum terjadi pada waktu turunnya al-Quran, kemudian peristiwa itu betul-betul terjadi (pada masa sekarang peristiwa tersebut telah terjadi). Contohnya:

  • Kisah tentang akan datangnya hari kiamat, seperti dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Qari’ah, Surat al-Zalzalah dan lainnya.
  • Kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat, seperti dijelaskan dalam al-Quran Surat al-Lahab.


Ditinjau dari segi materi

Jika ditinjau dari segi yang diceritakan, menurut Manna al Qattan kisah Al-Quran  terbagi menjadi tiga macam[5]:

1.   Kisah para nabi, mukjizat mereka, fase-fase dakwah mereka, dan penentang serta pengikut mereka, seperti kisah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Muhammad dan lain-lain.

2.  Kisah orang-orang yang belum tentu nabi dan kelompok-kelompok manusia tertentu,  misalnya kisah Lukman Hakim, Qarun, Talut, Ashabul Kahfi, Ashabus Sabti dan lain-lain.

3.   Peristiwa dan kejadian dizaman Rasulullah SAW, misalnya perang Hunain dan Tabuk dalam surat al-Taubah, perang Uhud dan Badar dalam surat Ali Imran, Isra Mi’raj dan lain-lain.


Sedangkan menurut A. Hanafi, kisah-kisah dalam al-Quran pada garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian :[6]

1.      Kisah Sejarah yaitu kisah yang berkisah tentang tokoh-tokoh sejarah, seperti para nabi dan rasul. Kisah-kisah sejarah dalam al-Quran adalah kisah-kisah yang bersifat kesusastraan dan sekaligus bersifat sejarah. Karena al-Quran mengambil bahan-bahan kisahnya dari peristiwa-peristiwa sejarah dan kejadian-kejadiannya. Oleh karena itu, dalam memahami peristiwa dan pengurutannya menggunakan logika fikiran dan yang menguasai kisah itu menggunakan logika perasaan. Contoh kisah kaum ‘Ad[7] dalam surat al-Qamar ayat 18-20 :

كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (18) إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ (19) تَنزعُ النَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُنْقَعِرٍ (20) فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ (21) وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ (22)

“Kaum “adpun telah mendustakan (pula) maka  alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-Ku. Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus-menerus yang menggelimpangan manusia seakan-akan mereka pohon kurma yang tumbang. Maka betapakah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku”.[8]

Ketika kita memperhatikan kisah tersebut, kita mengetahui bahwa al-Quran tidak menuturkannya dengan rinci. Seperti keadaan kaum ‘Ad sebelum mendustakan ajaran Allah atau keadaan rumah-rumah mereka. al-Quran hanya menjelaskan apa yang telah terjadi kepada mereka dalam suatu gambaran yang menakutkan.


2.  Kisah Perumpamaan yaitu kisah yang diadakan sebagai perumpamaan yang terdapat dalam al-Quran dan ini adalah kisah yang bersifat kesusastraan murni. Perempamaan merupakan salah satu cara yang baik untuk menyatakan fikiran dalam kesusastraan Arab, peristiwa-peristiwa yang disebutkan hanya dimaksudkan untuk menerangkan dan memperjelas suatu pengertian, peristiwa itu hanya perlu benar-benar terjadi melainkan cukup berupa perkiraan dan khayal semata[9]. Mengenai cara menyatakan fikiran dengan kisah perumpamaan tersebut. A. Hanafi menyatakan bahwa al-Quran sering menggambarkan fikiran dengan bentuk tanya jawab atau dengan cara cerita, karena cara demikian berisi kejelasan dan pengaruh yang kuat[10].


3.   Kisah Asatir[11] yaitu kisah yang didasarkan sesuatu asatir. Pada umumnya kisah semacam ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan gejala-gejala yang ada atau menguraikan suatu persoalan yang sukar diterima akal. A. Hanafi menyatakan bahwa dalam membawakan cerita-cerita al-Quran kadang memakai ungkapan yang dipakai oleh pendengarnya atau oleh orang-orang yang sedang diceritakan oleh kisah itu, meskipun ungkapan-ungkapan itu tidak benar[12]. Misalnya dalam surat al-Baqarah : 275 bahwa mereka yang memakan harta riba tidak akan bangun (pada hari kiamat) kecuali seperti bangunnya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.

اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْٓا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰواۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ فَمَنْ جَاۤءَهٗ مَوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّهٖ فَانْتَهٰى فَلَهٗ مَا سَلَفَۗ وَاَمْرُهٗٓ اِلَى اللّٰهِ ۗ وَمَنْ عَادَ فَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ 

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.[13]


Baca artikel lain yang berkaitan;

Footnoote

[1] Abdul Djalal, Ulumul Quran, 296-300.

[2] Gaib adalah sesuatu yang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi. Gaib itu ada dua, yaitu gaib nisbi (ia gaib bagi seseorang tetapi bagi lainnya tidak, atau pada waktu tertentu gaib tetapi pada waktu yang lain tidak lagi) dan gaib mutlak (tidak dapat diketahui selama manusia berada dia atas pentas bumi ini, atau tidak akan mampu diketahuinya sama sekali yaitu Allah) (lebih lanjut lihat Quraish Shihab, Mukjizat Al Quran : Tinjauan dari aspek kebahasan, isyarat ilahiyan dan pemberitaan gaib, (Bandung: Mizan, 1997), bab VIII tentang pemberitaan gaib al Quran).

[3] DEPAG RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, 13-14.

[4] Ibid, 222.

[5] Manna Al Qattan, Mabahits Fi Ulumil Quran, 306.

Qattan(al), Manna.  Mabahits Fi Ulumil Quran. Beirut: Muassasah Ar Risalah, 1993.

[6] A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah Al Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1984), 25.

[7] Berdasarkan pembuktian para sejarawan Arab yang menyatakan ‘Ad sebagai putra Uz, putra Aram, putra Nuh, maka kaum ‘Ad hidup sebelum ± 3000 SM. Al Quran juga menyebutkan kaum ‘Ad sebagai penerus kaum Nuh ( Al A’raf : 69), kaum ‘Ad dibagian terbaik dari Arabia, yaitu Yaman dan Hadramaut, tersebar dari pantai teluk Persia sampai perbatasan Mesopotamia {lebih lanjut lihat Sayid Muzzafaruddin Nadvi, A Geographical History of The Quran, (t.t: Pustaka Firdaus, 1997), 96-97.

[8] DEPAG RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, 880.

[9] Kisah perumpamaan pada al-Quran merupakan salah satu pengungkapan dalam bahasa Arab yaitu bahasa yang digunakan al-Quran. Disamping itu, perumpamaan lebih besar pengaruhnya dan kesannya terhadap jiwa daripada kalau mengemukakan suatu pikiran dalam bentuk yang sebenarnya.

[10] Misalnya firman Allah : “Yaitu pada hari kami berkata :”Neraka jahanam apakah engkau sudah penuh sesak ?”. dan neraka menjawab : “Apakah masih ada tambahan ? “ (Qof :30). Ini tidak bisa diartikan secara lugu atau harfiyah, bukan Allah benar-benar bertanya kepada neraka jahanam tetapi hanya gambaran (perumpamaan) tentang luasnya neraka jahanam tidak pernah penuh sesak dan menerima orang jahat bagaimanapun banyaknya. (lihat A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan …, 39).

[11] Asatir berasal dari bahasa Arab, jamak dari satara, yang berarti hikayat, cerita yang tidak ada asal usulnya. {lihat A.W. Munawwir, Kamus Al Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), 631.

[12] A. Hanafi, Segi-segi Kesusatraan…, 43. 

Hanafi, A. Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-kisah Al Qur’an. Jakarta: Pustaka Al Husna, 1984.

[13]DEPAG RI, Alqur’an Dan Terjemahannya, 69.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...