Biografi Imam Fakhruddin Al-Razi
1. Biografinya
Nama lengkap beliau Abu
Abdillah, Muhammad bin Umar bin Alhusain bin Alhasan Ali, al-Tamimi,
al-Bakri al-Thabaristani al-Razi. beliau di juluki sebagai Fakhruddin
( kebanggaan islam),dan dikenal dengan nama Ibnu Al khatib,
yang ber madhabkan Syafi’i. Beliau lahir pada tahun 544 H[1].
Imam Fakhruddin al- Razi
tidak ada yang menyamai keilmuan pada masanya, ia seorangmutakallim pada
zamannya, ia ahli bahasa, ia Imam tafsir dan beliau sangat unggul dalam
berbagai disiplin ilmu. Sehingga
banyak orang-orang yang datang dari belahan penjuru negeri, untuk meneguk
sebagian dari keluasan ilmu beliau. Imam Fakhruddin dalam memberikan hikmah
pelajaran beliau menggunakan bahasa arab dan bahasa asing.
Imam Fakhruddin telah menulis beberapa
komentar terhadap buku-buku kedokteran. Pada usia 35 tahun, ia telah
menerangkan bagian-bagian yang sulit dari al-Qanun fi al-Tibb kepada seorang dokter terkemuka di Sarkhes, yaitu
Abd al-Rahman bin Abd al-Karim.
Imam Fakhruddin al-Razi
wafat pada tahun 606 H. Dikatakan beliau meninggal, ketika beliau berselisih
pendapat dengan kelompok al-karamiah tentang urusan aqidah, mereka
sampai mengkafirkan Fakhruddin al-Razi, kemudian dengan kelicikan dan tipu
muslihat, mereka meracuni al-Razi, sehingga beliau meninggal dan menghadap pada
Rabb Nya[2].
2. Karya-Karyanya
Imam Fakhruddin Al-Razi menguasai berbagai bidang keilmuan seperti al-Qur’an, al-Hadith, tafsir, fiqh, usul fiqh, sastra arab, perbandingan agama, filsafat, logika, matematika, fisika, dan kedokteran. Selain telah menghafal al-Qur’an dan banyak al-Hadits, Fakhruddin al-Razi telah menghafal beberapa buku seperti al-Shamil fi Usul al-Din, karya Imam al-Haramain, al-Mu‘tamad karya Abu al-Husain al-Basri dan al-Mustasfa karya al-Ghazali. Intelektual sezaman dengan Fakhruddin al-Razi; di antaranya Ibn Rushd, Ibn Arabi, Sayfuddin al-Amidi dan Al-Suhrawardi.
Kecerdasan
dan keilmuan beliau sangat tinggi, berbagai macam ilmu dipelajari dan
dikuasainya, hal itu bisa dibuktikan dengan kitab-kitab karangan beliau, yang
terdiri dari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, dan tak heran jika Ibnu
Kathir dalam bidayah wan nihayahnya menyebutkan, bahwa karya tulis
beliau mencapai sekitar dua ratusan buku. Dan kini karangan-karangan beliau tersebar diseluruh
Negara, diantaranya adalah:
·
Al Tafsir Al Kabir atau yang kita kenal dengan Mafatihul
Gaib
·
Al arba’in fi usuluddin, Ahkamul qiyasi As syar’I
·
Al mahsul fi ‘ilmi usul fiqh, Mukhtashar akhlak
·
Al mantiqul kabir, Tafsir al-Fatihah
·
AL-Mulakhas fil Falsafah, Lubabul Isyaraat
·
Tafsir Mafatihul Ulum, Nihayatul Uqul fi Dirayatil Usul
·
Ta’sisut Taqdis, Tahsilul Haq, Al-Khamishin fi Usuliddin
·
Ishmatul Anbiya’, Hudutsul Alam, Sarh Asmaullah Al-Husna
·
AL-Muhshil fi Ilmil Kalam, al-Zubdah fi Ilmil Kalam
·
Tafsir Surah al-Baqarah ala Wajhi Aqli la Naqli
·
Sarh Nahjul Balaghah, al-Muharrar fi Haqaiqin Nah.[3]
Dan masih banyak lagi karangan-karangan
beliau yang kami tidak bisa sebutkan disini. Setidaknya kita bisa
mengambil contoh dari kehidupan Intelektual Imam Fakhruddin al-Razi yang mampu menulis banyak karya. 6
karya dalam ilmu Tafsir, 20 karya dalam ilmu Kalam, 9 karya dalam bidang
filsafat, 6 karya dalam ilmu Filsafat dan Kalam, 5 karya dalam Logika, 2 dalam
Matematika, 6 karya dalam ilmu Kedokteran, (48 karya dalam MIPA) 9 karya dalam ilmu Syariah, 4 karya
dalam bidang sastra, dan masih puluhan lagi karyanya dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan lainnya.
3. Latar Belakang Kehidupannya.
a.
Kondisi Sosial Budaya
Masyaraka.
Fakhruddin al-Razi hidup di tengah kondisi masyarakat
yang komplek. Kompletifitas masyarakat tersebut terlihat dari keragaman agama
dan aliran agama yang dianut masyarakat. Sebagai seorang ilmuan, kematangan
ilmunya terbangun dari sebuah dinamika dan dialektika dengan kondisi yang
mengitarinya. Misalnya, terjadi dialog pertama dengan kaum Mu’tazilah di
Khawarizmi. Di samping itu, pernah pula terjadi dialog dengan para
ahli agama lain, terutama dengan seorang pendeta besar yang dikagumi
pengetahuannya oleh masyarakat Kristen pada waktu itu. Rekaman dialog itu
dituangkan dalam tulisannya yang berjudul al-Munazarat bayn al-Nasara.
Benturan pemikiran tidak hanya terjadi dengan kaum mu’tazilah dan penganut agama non-Islam. Kelompok pengagum pemikiran filsafat Ibnu Sina dikritik habis oleh Fakhruddin al-Razi. Sementara itu, ketika di Transaksonia, ia harus berhadapan dengan kelompok yang menamakan dirinya sebagai aliran Karamiyah, yang menyebabkan ia harus eksodus ke Ghazna-Afganistan[4].
b. Kondisi
Sosial Politik
Secara sosio-politik, sebagai akibat jatuhnya dinasti
Abbasiyah ke tangan bangsa Tartar, terjadi kemunduran semangat intelektualitas
Islam, baik dalam aspek politik, agama maupun peradaban secara umum, terutama
di daerah yang dikuasai kaum Sunni. Kajian pemikiran filsafat di
dunia Islam mengalami keterpurukan sebagai akibat penjajahan.
Keadaan semacam inilah yang
mendorong Fakhruddin al-Razi untuk mencoba menghubungkan kembali tradisi
pemikiran filsafat dalam dunia Islam. Karena perjuangan itu, Fakhruddin al-Razi
dapat dinyatakan sebagai tokoh reformasi dunia Islam abad ke-6 H, sebagaimana
Abu Hamid al-Ghazali pada abad ke-5 H. Bahkan ia dijuluki sebagai tokoh
pembangun sistem teologi melalui pendekatan filsafat.
Keadaan semacam inilah yang
mendorong Fakhruddin al-Razi untuk mencoba menghubungkan kembali tradisi
pemikiran filsafat dalam dunia Islam. Karena perjuangan itu, Fakhruddin al-Razi
dapat dinyatakan sebagai tokoh reformasi dunia Islam abad ke-6 H, sebagaimana
Abu Hamid al-Ghazali pada abad ke-5 H. Bahkan ia dijuluki sebagai tokoh
pembangun sistem teologi melalui pendekatan filsafat.
Peranan Fakhruddin al-Razi dalam pengembangan keilmuan Islam tidak dapat dilepaskan dari perhatian yang diberikan penguasa paada saat itu, ketika Fakhruddin al-Razi meninggalkan Khawarizmi menuju Transoksania (Asia tengah), ia disambut hangat penguasa dinasti Guri, Giyatuddin, dan saudaranya, Syihabuddin. Hanya saja, keadaan semacam ini tidak berjalan lama, karena ia mendapat serangan tajam dari golongan Karamiyah.
Baca artikel lain yang berkaitan;
- Pengertian Qashah Al-Qur'an
- Macam-Macam Qashah Al-Qur'an
- Faedah Qashah Al-Qur'an
- Hikmah Pengulangan Qashas Dalam Al-Qur'an
- Perbedaan Kisah Dalam Al Qur'an Dengan Yang Lainnya
- Realitas Kisah Dalam Al-Qur'an
- Biografi Ibn Katsir
- Kitab Tafsir Ibn Katsir
- Imam Fakhruddin Al-Razi
- Kitab Tafsir Mafatih Al-Ghaib
[1] Muhammad husain al Dhahabi, at tafsir wa al
mufassirun, darul hadits kairo,th. 2005, jilid 1 hal.
248
[2] ibid 249
[3] Manna’ Khalil al Qattan, Mabahith fi ulumil Qur’an,
perj, Mudzakir, Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta, hlm, 529
[4] Fakhruddin
al-Razi, Mafatih al-Ghaib, (Beirut : Darul al-Fikr), 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar