HOME

30 Maret, 2022

TURKI UTSMANI

 

BAB I

PENDAHULUAN

    A.    LATAR BELAKANG

Sejak kemunduran daulah Abbasiyah, umat islam seakan berada dalam kemunduran. Namun kondisi umat islam kembali menemukan kekuatannya setelah munculnya tiga kerajaan besar di abad pertengahan. Yaitu Kerajaan Safawiyah di Persia, kerajaan Mughal di India, dan terakhir Kerajaan ‘Uthmani  di Turki.

Diantara tiga kerajaan di atas, Kerajaan ‘Uthmani adalah kerajaan yang paling besar karena memliki wilyah kekuasaan yang sangat luas dan juga paling lama berkuasa. Kerajaan ‘Uthmani perlu untuk dikaji karena bukan hanya karena luasnya wilayah kekuasaannya, namun juga karena sumbangsihnya dalam pengembangan islam, khususnya di Eropa.

    B.     RUMUSAN MASALAH

Maka untuk mendalami tentang kajian Kerajaan ‘Uthmani ini, maka rumusan masalah yang ditekankan dalam pembuatan makalah ini di antaranya:

1.      Asal Usul Kerajaan ‘Uthmani

2.      Perkembangan Kerajaan ‘Uthmani

3.      Keruntuhan Kerajaan ‘Uthmani  

    C.    TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini di antaranya adalah :

1.      Mengetahui Asal Usul Kerajaan ‘Uthmani

2.      Mengetahui Perkembangan Kerajaan ‘Uthmani

3.      Mngetahui Sebab-Sebab Runtuhannya Kerajaan ‘Uthmani  

 

BAB II

SEJARAH KERAJAAN ‘UTHMANI

    A.    ASAL USUL KERAJAAN ‘UTHMANI

Kerajaan ‘Uthmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Mereka memeluk islam sekitar abad kesembian atau kesepuluh.[1]

Kabilah Oghuz ini dipimpin oleh Sulaiman Syah. Mereka meninggalkan daerah asalnya menuju Turkistan karena mendapat serangan dari bangsa Mongol yang pada waktu itu berkuasa di Asia Tengah dan Asia Barat. Setelah itu mereka berpindah-pindah tempat sampai ke Persia dan Irak.[2]

Ketika mereka meneruskan pengembaraanya dan sampai pada tepi Sungai Eufrat, merka kemudian mnyeberang sungai, namun sayang Sulaman Syah hanyut terbawa arus air dan meninggal. Kejadian ini membuat kabilah terpecah, diantara mereka ada yang memilih meneruskan perjalanan, dan ada yang memutuskan untuk meneruskan perjalanan. Kelompok yang memilih untuk meneruskan perjalanan dipimpin oleh Erthogrul, anak Sulaiman Syah.[3]

Ketika terjadi peperangan antara Bizantium dan Turki Seljuk, Erthogrul dan kelompoknya memutuskan membantu Turki seljuk, dan akhirnya Turki Seljuk memperoleh kemenangan. sebagai rasa terima kasih, Sultan Alaudin, penguasa Turki Seljuk menghadiahkan sebuah tanah kepada Ertoghrul yg terletak di perbatasan Bizantium tepatnya di daerah Iskishar, di dekat Brusa.[4]

Setelah Erthogrul meninggal pada 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, ‘Uthman. pada tahun 1300 bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Turki Seljuk dan menyebabkan Sultan Alaudin mati terbunuh. Sejak saat itu, kerajaan Turki Seljuk Terpecah belah, banyak daerah kekuasaanya yang memerdekakan diri. Hal ini mendorong ‘Uthman untuk mendeklarasikan kemerdekaan dan berkuasa sepenuhnya atas daerah yang telah didudukinya dan mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-‘Uthman (Raja Besar Keluarga ‘Uthman). Dari sinilah kemunculan kerajaan ‘Uthmani dimulai.[5]         

    B.     PERKEMBANGAN KERAJAAN ‘UTHMANI

Kerajaan ‘Uthmani termasuk salah satu dari tiga kerajaan besar islam pada abad pertengahan, selain Kerajaan Safawiyah di Persia dan Mughal di India. Kerajaan ‘Uthmani berkuasa selama enam abad (1294-1924 M). Dalam kurun waktu tersebut telah banyak perkembangan yang diraih sebelum akhirnya mengalami keruntuhan.[6] Berikut adalah daftar para penguasa kerajaan ‘Uthmani dan masa pemerintahannya.[7]

NO

NAMA RAJA

TAHUN BERKUASA

1

‘Uthman I

1299-1326 M

2

Orkhan bin ‘Uthman I

1326-1359 M

3

Murad I bin Orkhan

1359-1389 M

4

Bayazid I bin Murad I

1389-1402 M

5

Muhammad I bin Bayazid I

1403-1421 M

6

Murad II bin Muhammad I

1421-1451 M

7

Muhammad II al-Fatih bin Murad II

1451-1481 M

8

Bayazid II bin Muhammad II

1481-1512 M

9

Salim I bin Bayazid II

1512-1520 M

10

Sulaiman I al-Qanuni bin Salim I

1520-1566 M

11

Salim II bin Sulaiman I

1566-1574 M

12

Murad III bin Salim II

1574-1595 M

13

Muhammad III bin Murad III

1595-1603 M

14

Ahmad I bin Muhammad III

1603-1617 M

15

Mus}t}afa I bin Muhammad III

1617-1618 M

16

‘Uthman II bin Ahmad I

1618-1622 M

17

Mus}t}afa I bin Muhammad III

1622-1623 M

18

Murad IV bin Ahmad I

1623-1640 M

19

Ibrahim bin Ahmad I

1640-1648 M

20

Muhammad IV bin Ibrahim

1648-1687 M

21

Sulaiman II bin Ibrahim

1687-1691 M

22

Ahmad II bin Ibrahim

1691-1695 M

23

Mus}t}afa II bin Muhammad IV

1695-1703 M

24

Ahmad III bin Muhammad IV

1703-1730 M

25

Mahmud I bin Mus}t}afa II

1730-1754 M

26

‘Uthman III bin Ahmad III

1754-1757 M

27

Mus}t}afa III bin Ahmad III

1757-1774 M

28

‘Abd al-Hamid I bin Ahmad III

1774-1789 M

29

Salim III bin Mus}t}afa III

1789-1807 M

30

Mus}t}afa IV bin ‘Abd al-Hamid I

1807-1808 M

31

Mahmud II bin ‘Abd al-Hamid I

1808-1839 M

32

‘Abd al-Majid I bin Mahmud II

1839-1861 M

33

‘Abd al-‘Aziz bin Mahmud II

1861-1876 M

34

Murad V bin ‘Abd al-Majid I

1876 M

35

‘Abd al-Hamid II bin ‘Abd al-Majid I

1876-1909 M

36

Muhammad V Rashad bin ‘Abd al-Majid I

1909-1918 M

37

Muhammad VI Wahid al-Din bin ‘Abd al-Majid I

1918-1922 M

38

‘Abd al-Majid II

1922-1924 M

 

Dan di bawah ini adalah sekelumit tentang perjalanan dan perkembangan kerajaan ‘Uthmani;

1.      Konfrontasi dengan Pasukan Mongol

Sejak awal berdiri, kerajaan ‘Uthmani telah melakukan beberapa perluasan wilayah sampai akhirnya dapat menguasai beberapa wilayah eropa seperti Bulgaria dan seluruh wilayah utara Yunani.  Namun Pada tahun 1402 dibawah kepemimpinan Bayazid I kerajaan ‘Uthmani diserang oleh bangsa mongol dibawah komando Timur Lenk. kerajaan ‘Uthmani mengalami kekalahan dan Raja Bayazid I tewas dalam serangan ini sehingga hampir seluruh wilayah kerajaan ‘Uthmani jatuh ke tangan Timur Lenk. Peristiwa tersebut menimbulkan perpecahan diantara penerus Bayazid, yaitu Muhammad I, Isa, Sulaiman, dan Musa.[8]

Muhammad I berhasil menghimpun kekuatan dan mengalahkan saudara-saudaranya. Kemudian ia mulai membangun kembali kekuatan untuk merebut kembali kekuasannya. Namun sayang ia terlebh dahulu meninggal sebelum berhasil mewujudkannya. Dan akhirnya perjuangan tersebut diteruskan oleh anaknya, Murad II (1421-1451 M), dan ia berhasil bangkit dan kembali melakukan perluasan wilayah, sampai akhirnya bisa menguasai Salonika dan Hungaria.[9]

2.      Kemajuan Bidang Militer

Pada Masa Orkhan (1326-1359 M), terjadi pembaruan dalam bidang militer, salah satunya adalah dengan dimasukkannya bangsa-bangsa non turki sebagai anggota, bahkan anak-anak kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana islam untuk dijadikan prajurit. Maka kemudian dibentuklah kelompok militer yang disebut pasukan Jenissari atau Inkishariyah.

3.      Penaklukan Konstantinopel

Salah satu penaklukan terbesar kerajaan ‘Uthmani yang tercatat dalam sejarah perjalanan kerajaan ini adalah penaklukan Konstantinopel. Peristiwa ini terjadi pada masa Muhammad II (1451-1481 M). tepatnya dua tahun setelah ia naik tahta yaitu 1453 M. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari Bishr al-Ghanawi bahwa Rasulullah SAW. bersabda :

" لَتُفْتَحُنَّ القِسْطَنْطِينِيَّةُ، وَلَنِعْمَ الأَمِيْرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الجَيْشُ ذَلِكَ الجَيْشُ "[10]

Artinya : Sungguh Konstantinopel akan betul-betul ditaklukkan, dan sabaik-baik panglima (perang) adalah panglima (yang menaklukannya), dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan (yang menaklukannya).

Berdasarkan hadis di atas, bagi Muhammad II, penaklukan Konstantinopel juga merupakan masalah aqidah yang mempunyai implikasi pahala yang sangat besar di sisi Allah SWT. disamping juga merupakan sebuah agenda yang harus dilaksanakan guna memperluas wilayah kekuasaan dan lebih mempermudah jalan menuju eropa, sebagaimana dicita-citakan oleh para pendahulunya.[11]   

4.      Penggunaan gelar “Khalifah” Pertama Kali\

Adalah Sultan Salim I yang pertama kali menggunkan gelar “Khalifah”  untuk penguasa kerajaan ‘Uthmani. Hal ini dilakukan setelah ia berhasil menaklukan dinasti safawi setelah terlebih dahulu menguasai kota Tabriz dan menghancurkan dinasti Mamluk di Mesir. Ia memberi gelar kepada dirinya dengan “Khalifatullah fi al-ard} wa ‘Ard}iha “ (khalifah Allah di sepanjang dan seluas bumi). Ia juga menjuluki dirinya dengan sebutan Khadim al-Haramain al-Sharifain (pelayan dua kota suci) setelah berhasil menaklukkan negara-negara di jazirah Arab termasuk kota Mekkah dan Madinah.[12]   

5.      Puncak Kejayaan

Kerajaan Uthmani mengalami puncak kejayannya pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M). pada masa ini Kerajaan Uthmani berhasil menaklukkan sebagian besar negara Eropa, dengan kekutan militer yang begitu dahsyat. Di bidang keilmuan, ia mendirikan Universitas Sulaimaniyah.[13] Dalam urusan administrasi pemerintahan negara, ia menyusun sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abh}ur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan. Karena itu ia digelari dengan al-Qanuni.[14]Atas keberhasilannya itu dunia Barat menjulukinya dengan Solomon the Magnificient atau Solomon the Great.[15]      

6.      Kemajuan Bidang Arsitektur

Salah satu bukti kejayaan Kerajaan Uthmani yang bisa kita jumpai sampai saat ini adalah berupa bangunan-banguana megah diantaranya;[16]

a)      Masjid Al-Fatih}. Masjid ini dibangun untuk mengenang jasa Raja Muhammad II sang penakluk Konstantinopel. Dirancang dan dibangun oleh arsitek ternama yang bernama Atik Sinan.

b)      Masjid Biru (Blue Mosque). Masjid ini dibangun pada masa Ahmad I (1603-1617 M). Diberi nama masjid biru karena dulu seluruh hampir interiornya berwarna biru.

c)      Masjid Raya Sulaiman. Masjid ini dibangun oleh Raja Sulaiman di atas sebuah bukit dan menjadi salah satu pemandangan yang paling masyhur di Istanbul. Masjid ini merupakan karya terbesar Mimar Sinan, arsitektur terkemuka Kerajaan Uthmani. Menghabiskan waktu kurang lebih delapan tahun. Pekerjaan konstruksinya dimulai pada tahun 1550 M dan baru selesai pada 1558 M.   

7.      Penolakan Untuk Memberikan Tanah Palestina

Adalah Theodore Herzl, seorang Yahudi, tokoh pendiri gerakan Zionis yang sangat menginginkan agar Palestina bisa menjadi tempat tinggal bagi sevagian warga Yahudi. Ia mencoba untuk melobi Sultan Abd al-Hamid II agar mau menghibahkan tanah Palestina kepada orang Yahudi. Namun sultan Abd al-Hamid II menolak keras tawaran tersebut. Beliau keudian menyatakan kepada Newlinsky, seorang teman akrab Herzl, tentang pendiriannya;

“Jika tuan Herz dalah kawan karib anda sebagaimana anda kawan baik saya, maka nasihatilah dia untuk tidak mengambil langkah apapun lagi dalam masalah ini. Saya tidak bisa menjual bahkan selangkah pun dari tanah itu, karena ia bukan milikku tapi milik rakyatku”[17]    

    C.    KERUNTUHAN KERAJAAN ‘UTHMANI

Setelah Raja Sulaiman al-Qanuni wafat, sedikit demi sedikit Kerajaan Uthmani mengalami kemunduran, bahkan, terjadi perebutan kekuasaan diantara putra-putranya yang mengakibatkan kerajaan ini menuju ke ambang kehancuran. Meskipun terus mengalami kemunduran, Kerajaan Uthmani selama beberapa abad masih dinilai mempunyai kekuatan militer yang sangat tangguh.[18]

Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Uthmani bisa dibagi menjadi dua, internal dan eksternal.[19]

1.      Faktor-Faktor Internal

a.       Lemahnya Para Penguasa

b.      Buruknya Sistem Pemerintahan

c.       Wilyah Kekuasaan Yang Sangat Luas

d.      Merosotnya Ekonomi

e.       Pemberontakan Tentara Jenissari

2.      Faktor-Faktor Eksternal

a.       Kemajuan dunia Barat (Eropa) yang saemakin Pesat

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN

BAB III

KESIMPULAN

Dari beberapa pemaparan dalam makalah ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya:

    a.       Kerajaan ‘Uthmani termasuk salah satu dari tiga kerajaan besar islam pada abad pertengahan, selain Kerajaan Safawiyah di Persia dan Mughal di India.

    b.      Kerajaan ‘Uthmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina.

    c.       Kerajaan ‘Uthmani merupakan kerajaan islam dengan wilayah kekuasaan yang paling luas dan paling lama. Serta banyak memberi sumbangan terhadap kemajuan dan pengembangan islam.

    d.      Salah satu faktor runtuhannya Kerajaan ‘Uthmani adalah Lemahnya kepemimpinan dan buruknya administrasi pemerintahan  

  

Daftar Pustaka

Aizid, Rizem, Sejarah Peradaban Islam Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern (Yogyakarta: Diva Press, 2015)

Antonio, Muhammad Syafii, Ensiklopedia Peradaban Islam, Vol.7 (Jakarta: Tazkia Publishing, 2012)

Husaini, Adian, Wajah Peradaban Barat (Jakarta: Gema Insani Press,2005)

al-Hakim, Muhammad Ibn Abdillah al-Naisaburi, Al-Mustadrak ‘Ala al-Sahihain, Vol. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002)

Nicolle, David, jejak Sejarah Islam (Jakarta: Alita Aksara Media, 2012)

Qut}b, Muhammad Ali, Min Abt}al al-Fath al-Islamiy (Iskandaria: Dar al-Da’wah, 2006)

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004)


[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 129.

[2] Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam, Vol.7 (Jakarta: Tazkia Publishing, 2012), 20.

[3] Ibid.

[4] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal 130.

[5] Ibid.

[6] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 338.

[7] Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam, hal 25.

[8] Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam, hal 22.

[9] Ibid.

[10] Muhammad ibn Abdillah al-Hakim al-Naisaburi, Al-Mustadrak ‘Ala al-Sahihain, Vol. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002), 468.

[11] Muhammad Ali Qut}b, Min Abt}al al-Fath al-Islami (Iskandaria: Dar al-Da’wah, 2006), 395.

[12] Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam, hal 40-42

[13] Ibid, hal 46-49

[14] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal 135.

[15] Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam, hal 48.

[16] Ibid, hal 66-80

[17] Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat (Jakarta: Gema Insani Press,2005), 68.

[18] Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern, hal 342-343.

[19] Ibid, hal 345.  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal 167-169.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...