HOME

31 Maret, 2022

Kemunduran Kerajaan Utsmani Dan Ekspansi Barat Ke Timur Tengah

 

1.      Faktor kemunduran kerajaan Uthmani.[1]

Disebutkan bahwa yang menjadi pangkal penyebab runtuhnya pemerintahan Uthmani adalah karna semakin jauhnya pemerintahan Uthmani dari pemberlakuan Shariat Allah, yang menyebebkan kesempitan dan kesengsaraan Umat, baik dalam aspek agama, sosial, politik dan ekonomi. Jauhnya para sultan di akhir-akhir pemerintahan Uthmani dari Shariat Allah sangat berdampak buruk terhadap kehidupan umat islam. Kaum muslimin pada akhir pemerintahan Uthmani telah tertimpa kebodohan yang sangat, mereka kehilangan identitas diri dan semangat. Sehingga tidak ada lagi Amar Ma’ruf  Nahi Munkar.[2] Faktor lain adalah kekalahan mereka dibidang meliter dari negara-negara barat, dan hal lain yang berkaitan seperti ilmu pemgetahuan, politik, ekonomi dan teknologi. Di samping faktor internal yang bersumber dari kerajaan ataupun rakyatnya.[3]

Kehancuran kerajaan Uthmani merupan transisi yang lebih kompleks dari masyarakat islam-imperial abad 18M. Menjadi negara-negara nasional modern. Rezim uthmani menguasai wilayah yang sangat luas, meliputi Balkan, Turki, Timur tengah, Arab, Mesir dan Afrika utara. Pengaruk kerajaan ini sampai ke Asia tengah, Laut merah, dan Sahara. Meskipun telah memasuki periode desentralisasi pada abad 17M dan abad 18M. Dan telah menyerahkan sebagian wilayahnya kepada kekuatan politik dan komersial Eropa yang menjadi pesaingnya, namun kerajaan uthmani masih mampun mempertahankan legitimasi politiknya dan landasan struktur institusionalnya. Pada abad ke-19M, secara subtansional uthmani memperbaiki kekuasaan pemerintahan pusat, mengkonsolidasi kekuasaan atas beberapa propinsi, dan melancarkan reformasi ekonomi, sosial dan kultural yang dengan kebijakan tersebut mereka berharap dapat menjadikan rezim uthmani mampu bertahan di dunia modern.

Meskipun uthmani telah berjuang untuk mereformasi negara dan masyarakat, namun perlahan kerajaan kehilangan wilayah kekuasaannya. Beberapa kekuatan Eropa yang lebih dulu telah mengkonsolidasikan meliter, ekonomi dan kemajuan teknologi mereka sehingga pada abad ke-19M, bangsa Eropa jauh lebih kuat dibanding rezim Uthmani. Untuk bisa bertahan Uthmani semata bergantung pada keseimbangan kekuatan-kekuatan Eropa. Hingga tahun 1876M kekuatan Inggris dan Rusai berimbang dan hal ini yang menyelamatkan rezim uthmani dari pencaplokan mereka. Namun antara 1878M dan dan 1914M, sebagian besar wilayah Balkan menjadi merdeka, sehingga Rusia, Inggris, Austria-Hungariy merebut sejumlah wilayah Uthmani. Proses pelepasan wilayah Uthmani hingga ia menjadi kerajaan yang yang tidak beranggota, memuncak pada akhir perang dunia I. Lantaran terbentuknya sejumlah negara baru di Turki dan Timur Tengah.[4]

Setelah sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566M) kerajaan Turki Uthmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi sebagai kerajaan yang besar dan kuat kemundurannya tidak langsung terlihat. Proses kemunduran kerajaan uthmani terjadi selama dua abad lebih setelah ditinggal sultan Sulaiman al-Qanuni. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai separuh pertama abad ke-19M,  oleh karna itu satu persatu negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bahkan bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan kerajaan uthmani, tetapi juga beberapa daerah di timur tengah mencoba bangkit untuk memberontak. Seperti Mamalik di bawah kepemimpinan Ali Bey (1770M) sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari Prancis (1798M), Fakr al-Din pemimpi druze di libanon dan siriya, berhasil menguasai Palestina, hingga menyerah tahun 1635M. Di Persia kerajaan Safawi ketika berjaya beberapa kali melakukan perlawanan terhadapa kerajaan uthmani dan beberapa kali menang. Sementara itu di Arabia bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abdul wahhab yang dikenal denga gerakan wahabiyah dengan penguasa lokal Ibnu Su’ud, mereka berhasil menguasai beberapa daerah di Jazirah Arab dan sekitarnya di awal paroh kedua abad ke- 18M. gerakan-gerakan seperti terus berlanjut dan bahkan menjadi lebih keras pada masa sesudahnya. Yaitu abad ke-19 dan ke-20 M. Ditambah dengan gerakan pembaharuan politik di pusat pemerintahan, kerajaan uthmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924 M.[5] Pada masa berikutnya, di periode turki uthmani modern, kelemahan kerajaan ini menyebabkan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa segan menjajah dan menduduki daerah muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan kerajaan uthmani, terutama di timur tengah dan afrika utara.[6]

Kemajuan eropa dalam teknologi militer dan industry perang membuat kerajaan uthmani menjadi kecil di hadapan Eropa, namun nama besar turki uthmani masih membuat Eropa Barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan islam ini. Termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa Timur. Namun kekalahan besar kerajaan uthmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M, membuka mata Barat bahwa kerajaan uthmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah berulang kali kerajaan uthmani mendapat serangan-serangan besar dari barat.

Usaha pembaharuan pun dilakuka, meskipun usaha tersebut bukan saja gagal menahan kemunduran kerajaan Turki uthmani yang terus merosot, tetapi juga tidak membawa hasil yang dinginkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah kelemahan raja-raja uthmani karena wewenagnya sudah jauh menurun. Usaha turki uthmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaharuan utama yaitu tentara Yenissari dibubarkan oleh sultan Mahmud II (1807-1839) akan tetapi meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil gerakan pembaharuan tetap tidak behasil menghentikan gerak maju barat ke dunia islam di abad ke 19. Selama abad ke-18 M barat menyerang ujung garis pertempuran islam di eropa timur, wilatah kekuasaan kerajaan uthmani. Akhir dari serangan-serangan itu adalah di tanda tanganinya perjanjian San Stefano (maret 1878 M) dan perjanjian berlin (juni-juli 1878) antara uthmani dan rusia. Sementara kebanyakan daerah berpenduduk muslim di timur tengah pada abad berikutnya mulai diduduki bangsa Eropa.

Ketika terjadi  perang dunia I turki uthmani berada di pihak yang kalah, akibatnya kekuasaan kerajaan turki semakin ambruk, ditambah pemberontakan yang dilakukan oleh partai persatuan dan kemajuan yang menghapuskan kekhalifahan uthmani, kemudian membentuk turki modern pada tahun 1924 M. sampai tahun 1919 M. Turki diserbu tentara sekutu sejak itu kebesaran turki uthmani benar-benar tenggelam dan kekhalfahannya dihapuskan. Semua daerah kekuasaanya yang luas, baik di asia maupun dia afrika diambil alih oleh Negara-negara eropa yang menang perang. Perang dunia merupakan babak akhir proses penaklukan barat terhadap negeri-negeri islam. Sejak itu seakan-akan tidak tidak ada lagi kerajaan islam yang betul-betul merdeka.[7]


2. Ekspansi Eropa modern ke Timur tengah.

Kerajaan yang secara umum diatur untuk menghadapi peperangan ketimbang memakmurkan rakyatnya, dan membangun kawasan yang tidak terjangkau tangan pemerintah dengan alat komunikasi yang baik. Serta populasi yang hiterogen diantara kelompok dan ras yang berbeda berbeda. Dengan garis perpecahan yang terlihat jelas, antara golongan muslim dan kristen bahkan antara muslim turki dengan muslim arab dan antara sekte kristen yang satu dengan sekte kristen yang lain. Menjadi lahan yang subur bagi tumbunya bibit kehancuran yang nantinya akan mengikis sendi-sendi kerajaan ini.

Tidak lama setelah wafatnya sulayman, kerajaan mulai terlihat tanda-tanda kemundurannya, sebuah perjalanan panjang dan berliku. Kegagalan serangan kedua ke wina pada 1683M,[8] dianggap sebagai tanda awal berakhirnya kejayaan kerajaan Uthmani, ekspansi turki ke eropa tidak mengalami kemajuan yang berarti, setelah itu, penguasa turki memilih untuk mempertahankan apa mereka dapatkan ketimbang mencoba mendapatkan yang lebih banyak. Peranan angkatan bersenjata tidak lagi untuk menyerang, tetapi lebih banyak bertahan. Kekuatan internal yang semakin lemah betambah buruk denga munculnya ganguan dari luar ketika pada abad ke-18 prancis, inggris, austria, dan terakhir rusia meulai melebarkan pengaruh mereka dan melirik wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kerajaan yang mulai lemah ini.

Pada akhir abad 18 M kerajaan uthmani tidak mampu lagi mempertahankan dirinya menghadapi kekuatan meliter eropa, juga tidak mampu mengelak dari penetrasi komersial eropa. Rusia merampas Cremia dan memeperkokoh diri di laut hitam, sementara pihak inggris setelah membantu menggagalkan invasi napolion Bonaparte (panglima ekspedisi prancis) terhadap mesir tahun 1798, menjadi kekuatan meliter dan perdagangan yang tidak tertandingi di laut tengah. Rusia bermaksud merampas beberapa wilayah uthmani di balkan dan berhasil menyusup ke laut tengah, inggris ingin menjadikan kerajaan uthmani sebagai benteng untuk menghadang ekspansi rusia dan melindungi kepentingan politik dan komersilanya di laut-tengah, timur tengah dan india. Dengan demikian kerajaan uthmani yang tengah dalam situasi kritis terlindungi oleh keseimbangan kekuatan eropa, ini merupakan periode perjuangan satu abad untuk memperebutkan “ The Sick Man” yaitu negeri Turki di Eropa.

Tantangan pertama terhadap keseimbangan kekuatan ini datang bersama invasi syiria oleh Muhammad Ali pada tahu 1831 M, seorang gubernur uthmani di Mesir yang independen (1805-1848), sebagai jawabanya uthmani menyetujui perjanjian Unkiar Skelessi (juli 1833) dimana mereka melepaskan dardanelles dan bosphorus kepda armada perang asing sebagai imbalan atas bantuan rusia. Inggris cemas akan kemungkinan terbentuknya protektorat rusia atas wilayah utmani dan kemungkinan antervnsi rusia di laut-tengah, menegaskan kecondongannya atas integritas kerajaan uthmani dan penyerahan kembali syiria kepada kekuasaan uthmani. Pada tahu 1840, rusia , inggris, dan austria mencapai kata sepakat bahwasanya muhammad ali harus menarik diri dari syiria, dan melaui persetujuan lanjutan tahun 1841, kekuatan rusia dan inggris mengizinkan muhammad ali malangsungkan rezimnya secara turun temurun di mesir. Itulah, krisis internal kerajaan uthmani menimbulkan sebuah pertunjukan kekeuatan eropa untuk turut menangani urusan uthmani. Kerajaan uthmani menjadi pemerintahan protektorat di eropa dan menjadi kerajaan gadaian sejumlah kekuatan adikuasa.

Pada tahu 1855M, Rusia merebut Sebastapol dari uthmani, krisis berikutnya adalah pemberontakan Bosnia dan Herzegovina pada tahun 1876M, melawan pemerintahan uthmani. Perlawanan kaum nasionalis terhadap pemerintahan uthmani di balkan dimulai dengan pemebrontakan serbia tahun 1804M-1813M. Antara tahun 1821M dan 1829M, Yunani meraih kemerdekaannya. Serbia, Rumania, dan Bulgaria juga menuntut otonomi. Kampanye Balkan yang menuntut kemerdekaan berakhir pada tahun 1876M. dengan intervensi Rusia. Melalui perjanjian San Stefano (1877M) pihak uthmani dipaksa menyerahkan kemerdekaan Bulgaria, Serbia, Rumania, dan Montenegro. Prestasi rusia yang besar ini telah memancing kekuatan eropa lainnya menyerukan kongres antar negara Eropa di Berlin tahun 1878.[9]

Di dataran Arab, wilayah Afrika utara merupakan wilayah yang pertama lepas dari kekuasaan Uthmani. Wilayah-wilayah itu membentuk satu blok tersendiri. Jarak yang dekat dengan Eropa selatan, jauh dari pusat islam di Asia barat, lemahnya tradisi islam serta proporsi keturunan Barbar dan Eropa yang lebih banyak membuat penduduk di wilayah itu bertindak mandiri untuk kemajuan mereka sendiri.[10]

Penetrasi barat ke pusat dunia islam di timur tengah  pertama-tama di lakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, inggris dan prancis, yang memang sedang bersaing. Inggris terlebih dahulu menanamkan pengaruhnya di india. Prancis merasa perlu memuluskan hubungannya antara inggris di barat dan india di timur. Oleh karena itu pintu masuk ke india yaitu mesir harus berada di bawah kekuasaannya, untuk tujuan itu mesir pun dapat ditaklukkan prancis pada tahun 1798M.[11]persaingan antara inggris dan prancis di timur tengah memang sudah lama dan terus berlangsung, persaingan ini terlihat dari penaklukan wilayah islam di timur tengah dan afrika yang luas itu sebagai berikut;

Tahun

penaklukan

1820

Oman dab Qatar berada di bawah protektorat inggris

1839

Penaklukan aljazair oleh prancis

1839

Aden dikuasai inggris

1881-1883

Tunisia diserbu prancis

1882

Mesir diduduki inggris

1898

Sudan ditaklukkan inggris

1900

Chad diserbu prancis

Abad ke-20

Italia dan spanyol ikut bersama inggris dan perancis memperebutkan wilayah-wilayah di afrika.

1906

Kesultanan muslim di Nigeria utara menjadi protektorat inggris

1912-1913

Kesultanan Tripoli dan Cyrenaica diserbu italia

1912

Maroko diserbu prancis dan spanyol

1912-1915

Maroko melawan spanyol

1914

Kuwait di bawah protektorat inggris

1919-1926

Maroko berjuang melawan prancis

1919-1920

Maroko berjuang melawan spanyol

1919-1921

Sisilia wilayah turki diduduki prancis

1920

Irak menjadi protektorat inggris

1920

Syiria dan libanon di bawah mandate prancis

1925-1927

Pemberontakan druze melawan prancis di syiria

1926-1927

Perebutan seluruh Somalia oleh italia

 

Sementra itu rusia mengrogoti wilayah-wilayah muslim di asia tengah, terutama terutama setelah berhasil mengalahkan turki uthmani yang berakhir dengan perjanjian san Stefano dan perjanjian berlin. Satu persatu wilayah pula negeri-negeri muslim jatuh ke tangan rusia, seperti daftar berikut;

tahun

Penaklukan

1834-1859

Pencaplokan kaukasia oleh rusia

1837-1847

Perlawanan di asia tengah terhadap rusia

1853-1865

Serbuan pertama rusia ke khoakan dan jatuhnya Tashkent

1866-1872

Daerah-daerah sekitar Samarkand dan Bukhara ditaklukkan rusia

1873-1887

Usbekistan ditaklukkan rusia

1941-1946

Pendudukan anglo-rusia di iran

 






Aljazair merupakan negara Arab pertama yang memisahkan dari kerajaan uthmani pada tahu 1830M. Pada tahun 1942M laval menuntut keluarnya dekrit 1848M yang menyatakan bahwa Aljazair merupakan perpanjangan wilayah Prancis.[12] Ekspansi Prancis ke bagian timur juga memberi hasil pada 1881M dengan didudukinya Tunisia. Meskipun statusnya lebih sebagai negara protektoriat, keseluruhan wilayah Tunisia menjadi milik Prancis kecuali namanya. Di Tunisia sebagaimana di Aljazair, Ribuan penduduk Prancis menetap di negara itu, dan situasi orang Tunisia semakin rumit dengan banyaknya bermunculan koloni-koloni Italia.[13]

Pada tahu 1901M, Prancis memulai upaya penaklukan maroko yang pernah menjadi pusat dua kerajaan besar arab-barbar, tetapi tidak pernah menjadi bagian dari kerajaan uthmani. Wilayah ini sepenuhnya dikuasai prancis sejak 1907 hingga 1912.[14]

Antara tahun 1887M dan 1908M pecahnya kerajaan uthmani tertunda oleh persaingan sejumlah kekuatan Eropa. Tahun 1908M terjadilah krisis politik internal ditubuh uthmani yang mengganggu perimbangan kekuatan. Dengan memanfaatkan pergolakan tersebut Austria mencaplok Boznia dan Herzegovina, pencaplokan ini ditentang oleh Rusia dan Serbia, namun Austria mendapat dukungan dari Jerman, sehingga Rusia dan Serbia dipaksa mundur. Krisis tersebut membuka kembali persaingan sengit antara Rusia dan Austria sehingga memancing negara-negara Balkan membentuk persekutuan mereka sendiri. Pada tahun 1912M, antara Serbia dan Bulgaria, kemudian antara Yunani dan Bulgaria yang akhirnya antara Bulgaria dan Montenegro, untuk menahan gerak Austria. Namun dengan maksud terpendam menyerang kerajaan uthmani. Pada tahun 1912M, tentara gabungan Balkan mengalahkan uthmani dan merebut seluruh wilayah uthmani, tidak ada yang tersisa di Eropa kecuali sebidang wilayah di Istambul. Kemudian pada tahun 1913M, negara-negara Balkan terlibat peperangan antara mereka yang memperubutkan pembagian wilayah, ini memeberi kesempatan bagi uthmani untuk merebut kembali sebagian dari wilayahnya di Thrace. Persaingan ini berlangsung setahun yang menimbulkan peperangan Eropa yang bersifat umum.

Perang dunia I menyempurnakan kesendirian uthmani. Pada bulan desember 1914M uthmani melibatkan diri dalam perang dunia I dengan bergabung pada kubu Jerman dan Austria. Lantaran bantuan ekonomi dan meliter, kecemasan uthmani tradisional terhadap Rusia, dan mungkin juga kerena keinginan untuk mengembalikan sejumlah propinsi yang terlepas telah mendorong uthmani untuk menyatukan beberapa kekuatan pusat. sebagai responnya, Inggris, Perancis, Rusia, dan Italia sepakat untuk membagi-bagi beberapa propinsi uthmani. Melalui perjanjian Sykes-Picot (1916M).[15]

Pada tahun 1918M sekutu Eropa berhasil mengalahkan Jerman, Austria dan uthmani, Inggris menundukkan Palestina, Syiria, dan Iraq. Sementara negara-negara sekutu merebut Istanbul dan sekitarnya. Ingrris dan Prancis sepakat membagi timur tengah menjadi sejumlah negara baru, yang mana Libanon dan Syiria menjadi wilayah pengaruh Perancis, sedang Palestina, Yordan dan Iraq menjadi wilayah pengaruh Inggris. Italia kebagian Barat-daya Anatolia. Yunani dibiarkan menduduki Thrace, Izmir dan kepulauan Aegean.[16]Armenia menjadi negara merdeka, sedang Kurdisan menjadi propinsi yang Otonom. Istambul dan sekitarnya jatuh ke dalam pendudukan bersama sekutu. Demikian antara tahun 1912M dan 1920M uthmani telah kehilangan seluruh wilayah kerajaannya di Balkan. Beberapa negara baru terbentuk di Libanon, Syiria, Palestina, Transjordan dan di Iraq. Di bawah protektorasi Inggris, Mesir merupakan wilayah kekuasaan uthmani yang bena-benar independen. Proses politik pelepasan wilayah kerajaan uthmani yang berlangsung selama lebih dari dua abad berakhir dengan pembentukan sistem baru negara-negara Nasional.[17]


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN


[1] Sulasman, Sejarah Islam di Asia & Eropa (Bandung: Pustaka setia, 2013),193

[2] Ali Muhammad as-Shalabi. Bangkit Dan Runtuhya Khilafah Utmaniyah (Jakarta: Pustaka al-Kauthar, 2014). 614

[3] Ading kusniadi, Sejarah & Kebudayaan Islam (Bandung: Pustaka setia, 2013). 147

[4] Ira.M, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj, Ghufron A. Mas’adi(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999). 65

[5] Badri yatim, sejarah peradapan islam, 166.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007)

[6] Ibid., 169

[7] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 178-181

[8] Serangan ke wina ke satu terjadi pada masa kekuasaan sulayman I (1520M-1566M). Yaitu dalam penaklukan wilayah Hungaria. Lihat Philip k. Hitti, history of the Arab, 910

[9] Ira, M. Sejarah Sosial Umat Islam. Terj, Ghufron A. Mas’adi (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999), 69

[10] Philip k. Hitti, History Of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), 914

[11] Badri yatim. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 181

[12] Philip k. Hitti, History Of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), 915

[13] Ibid., 916

[14] Ibid., 916

[15] Ira. M, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj, Ghufron A. Mas’adi(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999), 71

[16] Ibid., 71

[17] Ibid., 72

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...