HOME

07 Maret, 2022

Aliran Khawarij, Sejarah Kemunculan, & Karakteristiknya

 

A.   Nama dan Pengertian Khawarij

Ada beberapa sebutan atau nama Khawarij, di antaranya:[1]

1.             Muhakkamah, disebut Muhakkamah karena mereka selalu membawa jargon La Hukma illa lillah, tidak ada hukum yang bisa diterapkan selain hukum Allah.[2]

2.             Al-Haruriyah, dinamakan al-Haruriyah sebab dinisbatkan ke daerah Harura, sebuah daerah di dekat Kufah. Khawarij muncul pertama kali dari daerah ini.

3.             Al-Shurat, yang berarti menjual. Menurut mereka, mereka menjual diri mereka untuk menggapai rida Allah SWT.

Namun nama yang paling tenar untuk kelompok ini adalah Khawarij yang tercetak dari kata Kharij atau Kharijiyah yang berarti orang atau golongan yang keluar. Secara isilah mereka adalah kelompok keluar dari barisan ‘Ali dan Mu’awiyah.[3]

Al-Shahrastani mengatakan setiap orang yang keluar dari pemerintahan yang benar, legal dan disetujui oleh mayoritas masyarakat disebut Kharijiyan.[4]

‘Ali Muhammad Al-Salabi mendefinisian Khawarij sebagai kelompok yang memberontak terhadap ‘Ali bin Abi Talib setelah ia mengambil kebijakan Al-Tahkim dalam perang siffin.[5]

 

B.   Sejarah Munculnya Khawarij

Kelompok Khawarij muncul bersamaan dengan kelompok Syiah, pada awalnya pengikut kedua kelompok ini adalah pengikut ‘Ali. Namun pemikiran kelompok Khawarij lebih dahulu muncul dari pada Syiah. Khawarij muncul pertama kali saat memuncaknya peperangan antara pasukan ‘Ali dan Mu’awiyah, saat mereka berdua merencanakan untuk Tahkim atau Arbitrase dengan mengirim ‘Amr bin Ash dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al-Ash’ari dari pihak ‘Ali. Upaya Tahkim akhirnya memutuskan menurunkan ‘Ali dari jabatan khalifah dan mengukuhkan Mu’awiyah sebagai khalifah yang baru. Anehnya, kelompok yang pada mulanya memaksa ‘Ali untuk menerima tahkim dan menunjuk Abu Musa justru menilai bahwa tahkim adalah sebuah dosa dan mereka menuntut ‘Ali untuk bertaubat. Semboyan yang selalu mereka koarkan adalah tidak ada hukum yang pantas untuk diterapkan selain hukum Allah.[6]

Sebenarnya cikal-bakal pemikiran Khawarij sudah ada pada masa Rasulullah SAW seperti yang tertera pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, ia bercerita:[7]

‘Ali bin Abi Thalib menyerahkan emas dari Yaman kepada Rasulullah SAW di dalam kantong kulit yang disamak dengan daun Qarazh, yang tidak dapat diperoleh dari tanahnya.

Kemudian Rasulullah SAW membagi-baginya kepada empat orang, yaitu ‘Uyainah bin Hisn, al-Aqra bin Habis, Zaid al-Khail, dan yang keempat antara ‘Alqamah bin Alatsah atau ‘Amir bin Thufail. Melihat ini, salah seorang yang hadir melakukan protes dengan berkata, “Kami lebih berhak atas emas itu dari mereka.”

Selanjutnya protes ini disampaikan kepada Rasulullah SAW. Beliau pun bersabda, “Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah orang kepercayaan penduduk langit yang menyampaikan kabar langit kepadaku pagi dan petang?”

Lantas seorang lelaki bermata cekung, berpipi merah, berkening tinggi, berjenggot tebal, berkepala plontos, dan berkain sarung terlipat berkata, “Wahai Rasulullah, bertakwalah pada Allah!” Rasulullah SAW pun bersabda, “Celakalah engkau, bukankah aku penduduk bumi yang paling pantas untuk bertakwa pada Allah?”

Lalu lelaki itu pergi. Khalid bin Walid angkat bicara, “Wahai Rasulullah, bolehkah aku memenggal lehernya?” Rasulullah SAW menjawab, “Jangan, barang kali ia masih shalat.”  Khalid pun menukas, “Betapa banyaknya orang shalat yang mengucapkan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya.” Rasulullah SAW bersabda, “Aku tidak diperintahkan untuk mengorek isi hati manusia ataupun membelah dada mereka.”

Beliau memandangi lelaki yang sedang pergi itu, dan bersabda, “Dari sumber lelaki itu akan keluar sekelompok orang yang membaca Kitabullah dengan kering; tidak sampai melewati tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah menembus keluar dari tubuh binatang yang dipanah.”

Aku yakin beliau bersabda, “Kalaulah aku mendapati mereka (selagi aku masih hidup), niscaya kutumpas mereka seperti tumpasnya kaum Tsamud.”

Demikianlah sejarah singkat cikal-bakal dan munculnya kelompok Khawarij dalam sejarah Islam.

 

C.  Karakteristik Utama Khawarij

‘Ali Muhammad al-Salabi dalam Khawarij dan Syiah dalam Timbangan Ahlu Sunnah wal Jama’ah menyebutkan terdapat beberapa karakteristik utama kelompok Khawarij yang menonjol, berikut beberapa ciri tersebut:[8]

        1.             Berlebih-lebihan dalam Beragama

Ciri pertama dan paling utama yang sangat melekat pada kelompok Khawarij adalah berlebih-lebihan dalam beragama. Mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan seluruh ajaran Islam. Mereka berpuasa, mendirikan salat, membaca Alquran, namun mereka melampaui batas normal sampai ke tingkatan berlebihan dan ekstrim. Sikap ekstrim inilah yang membuat mereka justru melanggar agama; misalnya mengkafirkan pelaku dosa besar, bahkan sebagian mereka ada yang mengkafirkan pelaku dosa kecil dan menganggapnya kafir dan kelak bertempat kekal di neraka.

Sikap yang berlebihan ini, menurut penulis, akan menganggap diri mereka suci dan bersih dari dosa dan kesalahan. Juga akan menggiring mereka bersifat sombong karena hanya merekalah yang beribadah dengan tekun, puasa mereka tidak ada yang menandingi, salat mereka tak ada yang menyaingi dan tak ada seorang pun yang mampu mengalahkan bacaan Alquran mereka.

Khawarij sangatlah bangga dengan ciri-ciri simbolik, Ibnu ‘Abbas menuturkan, “Aku menemui sekelompok orang yang belum pernah aku lihat ada yang lebih keras kesungguhannya daripada mereka; dahi mereka terluka (berwarna hitam) akibat banyak sujud; tangan mereka bagaikan lutut onta (kulitnya tebal); kemeja mereka selalu dicuci dan muka mereka pucat karena selalu begadang.”

Selain dahi yang menghitam, ciri-ciri lain yang sering penulis temukan, yaitu jenggot yang lebat dan terkesan kurang rapi, terlepas perbedaan hukum menumbuhkan jenggot di kalangan para ulama, menurut penulis Islam adalah agama yang rapi, bersih, dan enak dipandang.

        2.             Tidak Tahu Agama

Salah satu tanda yang paling menonjol juga dari kelompok Khawarij adalah mereka bodoh dan tak tahu apa-apa soal agama. Pemahaman mereka sangat buruk, mereka kurang merenung serta memikirkan dan tidak menggunakan teks-teks Alquran dan hadis sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para Sahabat.

‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Mereka mengemukakan ayat-ayat yang sejatinya diturunkan untuk orang-orang kafir, mereka tujukan untuk orang-orang mukmin.” Bahkan setiap ditanya perihal Khawarij, Ibnu ‘Umar selalu menjawab, “Mereka mengkafirkan orang-orang mukmin dan menghalalkan darah dan harta benda mereka.”

Ibnu Taimiyah juga mengomentari salah satu ciri Khawarij ini, “Mereka adalah orang-orang bodoh yang memisahkan diri dari al-Sunnah dan jamaah karena kebodohan mereka.”

        3.             Mengkafirkan Pelaku Dosa dan Menghalalkan Darahnya

Kelompok Khawarij memiliki kerangka berpikir sendiri dalam beragama yang memisahkan mereka dengan umat Islam yang lainnya. Bahkan mereka meyakini kerangka berpikir mereka adalah satu-satunya yang sesuai dengan kehendak Allah dan siapapun yang tidak sesuai kerangka berpikir mereka dinyatakan keluar dari Islam.

Salah satu kerangka berpikir mereka adalah mengkafirkan pelaku dosa dan menghalalkan darah serta hartanya. Hal ini dikuatkan dengan penyataan Ibnu Taimiyah, bahwa kelompok Khawarij senang mengkafirkan pelaku dosa besar dan kecil. Konsekuensinya, mereka menghalalkan darah dan harta mereka.”


        4.             Meremehkan dan Mengklaim Orang Lain Sesat

Salah satu ciri kelompok Khawarij ialah menganggap remeh orang lain dan mengklaim tindakan orang lain sesat dan hanya kelompok mereka yang benar. Mereka dengan lantang menentang ‘Ali bin Abi Talib, sahabat Nabi yang terkenal dengan keluasan ilmunya. Mereka tak ragu memisahkan diri dari ‘Ali bin Abi Talib dan menuduhnya dengan tidak menjalankan syariat Islam.

Dengan terlalu kerasnya mereka dalam beragama ini, akhirnya mereka dengan mudahnya  mengklaim sesat kepada orang lain. Bahkan dialog Dhu al-Khuwaisir dengan Rasulullah SAW menjadi cikal-bakal ciri menonjol kelompok Khawarij. Dhul Khuwaisir dengan tak tahu malunya mengatakan, “Berbuat adillah, wahai Muhammad!”

        5.             Keras terhadap Kaum Muslimin

Berperangai keras, beringas dan kaku adalah salah satu krakteristik kelompok Khawarij. Mereka tidak segan meneror dan membunuh kaum muslimin. Khawarij justru memperlakukan orang-orang kafir dengan lembut dan simpatik.

Baca artikel tentang Hadis lainya :


[1]‘Ali Jaffal, Al-Khawarij Tarikhuhum wa Adabuhum, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1990), 20.

[2] ‘Amir al-Najjar dalam ‘Aliran Khawarij dan A. Shalabi dalam Sejarah dan Kebudayaan Islam 2 menyebut al-Muhakkimah bukan al-Muhakkamah. Lihat ‘Amir al-Najjar, ‘Aliran Khawarij, terj. Solihin Rasjidi dn Afif Muhammad, (Jakarta: Lentera, 1993), 52. Lihat juga A. Shalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, terj. Muhktar Yahya dan Sanusi Latief, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), 309.

[3]‘Ali Jaffal, Al-Khawarij Tarikhuhum wa Adabuhum..., 20.

[4] Ibid, 21.

[5]‘Ali Muhammad al-Salabi, Khawarij dan Shiah dalam Timbangan Ahlu Sunnah wal Jama’ah, terj.  Masturi Irham dan M’Alir Supar, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), 13.

[6] Muhammad Abu Zahrah, ‘Aliran Politik dan Akidah dalam Islam, terj. Abdurrahman Dahlan dan Ahmad Qarib. (Jakarta: Logos Publishing, 1996), 63-64.

[7]‘Ali Muhammad Al-Salabi, Khawarij dan Shiah dalam Timbangan Ahlu Sunnah wal Jama’ah...,14-15.

[8]‘Ali Muhammad As-Salabi, Khawarij dan Shiah dalam Timbangan Ahlu Sunnah wal Jama’ah, terj. Masturi Irham dan M’Alir Supar, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), 61-70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...