BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hasil kodifikasi hadis-hadis Nabi
Muhammad SAW. yang dilakukan oleh ulama abad ke-2 H. Telah mengalami
perkembangan yang cukup berarti dalam khazanah keilmuan Islam. Kenyataan
tersebut memunculkan berbagai bentuk, corak dan ragam penulisan kitab hadis.
Salah satu hasil kodifikasi hadis
tersebut adalah dalam bentuk sunan. Kitab hadis dalam bentuk ini banyak dikenal di
kalangan ulama seperti kitab Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidhi,
Sunan al-Nasa’i dan Sunan Ibn Majah. Namun jarang sekali yang mengenal Sunan al-Darimi.
Kitab tersebut tidak banyak memuat hadis-hadis kecuali hadis yang telah dikutip
oleh ulana dalam Kutub al-Sittah.
Dalam
makalah ini penulis akan mengangkat pembahasan tentang Imam al-Darimi beserta
Sejarah Penyusunan kitab Sunan al-Darimi tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
biografi Imam al-Darimi?
2.
Bagaimana
sejarah penyusunan kitab Sunan
al-Darimi ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui biografi Imam al-Darimi.
2.
Untuk
memahami dan mengetahui sejarah penyusunan kitab Sunan al-Darimi.
D.
Manfaat
1.
Bagi
penulis, makalah ini akan menambah wawasan dalam memahami kitab Sunan al-Darimi.
2.
Bagi pembaca, makalah ini bisa dijadikan
rujukan untuk mengetahui dan memahami sejarah singkat biografi Imam al-Darimi
dan kitab Sunan
al-Darimi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
al-Darimi
1.
Nama
Lengkap
Imam al-Darimi adalah seorang Shaikh
al-Islam, bernama lengkap al-Hafiz al-Hujjah ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Rahman ibn Fadl ibn Bahram. Kunyahnya
adalah Abu Muhammad al-Tamimi al-Samarqandi yang dinisbatkan kepada Darim ibn
Malik ibn Hanzalah ibn Zaid Manat ibn Tamim.[1]
Ia dilahirkan pada tahun wafatnya Abd
Allah Ibn al-Mubarak, yaitu pada tahun 181 H di kota Samarqand.[2] Dikatakan juga pada 13
tahun sebelum kelahirannya Imam Bukhari.[3]
Al-Darimi sejak kecil telah
dikaruniai kecerdasan otak sehingga ia mudah untuk memahami dan menghafalkan
setiap apa yang ia dengar. Dengan bekal kecerdasannya itulah ia menemui para
shaikh dan belajar ilmu. Ia belajar ilmu baik kepada ulama yang lebih tua
darinya, maupun ulama yang lebih muda darinya, sehingga telah sebagian besar ulama yang pada masanya
telah ia kunjungi dan telah serap ilmunya, walaupun tidak semua ilmu yang ia
terima kemudian ia riwayatkan kembali.[4]
Samarqand adalah kota yang tidak pernah sepi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan munculnya para ulama, walaupun mungkin tidak semashhur kota-kota lain di seluruh negeri Islam. Meskipun demikian, al-Darimi Tidak merasa cukup dengan apa yang ada di Samarqand. Ia kemudian mengadakan rihlah, berkeliling dari satu negeri ke negeri yang lain, sebagaimana juga dilakukan oleh para ulama hadis pada masa itu, ia mengunjungi Khurasan dan belajar hadis dari para ulama yang ada di sana. Kemudian berkunjung ke Irak untuk belajar kepada ahli hadis yang ada di Baghdad, Kufah, Wasit dan Basrah. Ia juga mengunjungi Sham dan belajar kepada para ulama hadis yang berdomisili di Damaskus, Hims dah Shuwar. Ia juga pergi ke Jazirah dan Hijaz. Di Hijaz ia belajar hadis yang ada di kota Makkah dan Madinah. Setelah pengembaraannya itu, ia kembali ke kota Samarqand, kota kelahirannya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan hadis.[5]
Di samping merupakan ahli hadis, al-Darimi
juga merupakan ahli fiqih dan ahli tafsir. Dalam bidang hadis, ia adalah hafidh
sekaligus kritikus hadis yang sangat paham terhadap ‘ilal al-hadith dan ikhtilaf
al-ruwwat. Dalam bidang fiqih, ia menguasai berbagai aliran madhhab fiqih,
dan mampu memilah dan memilih ajaran fiqih yang berdasar kepada nas yang
ma’thurah. Dalam bidang tafsir, ia ahli di bidang Ma’ani Alquran. Muhammad
ibn Ibrahim ibn Manshur al-Shairazi mengomentarinya sebagai “Mufassir yang
sempurna”.[6]
2.
Guru-gurunya
Ia belajar ilmu hadis dari Ahmad
ibn Hanbal, ‘Ali ibn al-Madini, Ishaq ibn Rahuwaih dan Yahya ibn Mu’in.[7] Ia juga pernah berguru tentang hadits kepada Yazid ibn Harun,
Ja’far ibn ‘Aun, Ya’la ibn ‘Ubaid, Bashar ibn ‘Umar al-Zahrani, Abu ‘Ali
‘Ubaidillah ibn ‘Abd al- Majid al-Hanafi, Abu Bakar ‘Abd Kabir. Selain
itu, ia juga pernah berguru kepada Muhammad ibn Bakar al-Barsani, Wahab ibn
Jarir, dan Ahmad Ishak al-Hadrami. Ia juga pernah belajar pada ‘Uthman ibn
‘Umar ibn Faris, ‘Ubaidillah ibn Musa, Abu Musa al-Mughirah al-Khalwani,
Muhammad ibn Yusuf al-Faryabi dan Abd al-Samad ibn ‘Abd al-Warith.[8]
3. Murid-muridnya
Murid-murid
beruntung yang pernah belajar kepadanya adalah Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidhi,
‘Abd ibn Humaid, Raja’ ibn Marja’, dan Hasan ibn al-Shabbah. Selain mereka,
Muhammad ibn Bashar Bandar, Muhammad ibn Yahya, Baqi ibn Makhlaf, Abu Zur’ah,
Abu Hatim, Salih ibn Muhammad Jazrah, Ibrahim ibn Abi Talib, dan juga Muhammad
ibn Isma’il juga pernah belajar pada al-Darimi. Ja’far ibn Ahmad ibn
Faris, Ja’far al-Farabi, ‘Abdullah ibn Ahmad, ‘Umar ibn Muhammad ibn Bujair,
Muhammad ibn Nadhar al-Jarudi, dan Isa ibn ‘Umar al-Samarqandi juga pernah
berguru kepada al-Darimi.[9]
4. Karya-karya
al-Darimi
Karya al-Darimi
yang terkenal adalah kitab hadis yang ia beri judul dengan al-Hadith
al-Musnad al-Marfu’ wa al-Mauquf wa al-maqtu’. Akan tetapi dalam penerbitannya,
judul kitab hadis tersebut diubah menjadi sunan al-Darimi. Perubahan
judul tersebut dilakukan untuk menyesuaikan sistematika penyusun kitab.
Al-Darimi menyusun kitab tersebut berdasarkan tata urutan dan sistematika kitab
fiqih, sehingga karenanya lebih cocok diberin judul “sunan” daripada
dengan “musnad”.[10]
Al-Darimi juga
menyusun kitab tafsir dan kitab ensiklopedia (al-Jami’). Hanya sayang
kedua kitab al-Darimi ini tidak bisa diketemukan lagi pada masa kini.[11]
5. Penilaian ulama
terhadap al-Darimi
Al-Darimi sebagai
seorang ilmuwan muslim yang menggeluti khazanah Islam telah mendapatkan posisi
istimewa dalam pandangan ulama-ulama Islam. Berikut beberapa penilaian para ulama
tentang kualitas seorang Al-Darimi[12]:
- Ahmad bin Hanbal berkata: “Beliau adalah Imam”.
- Al-Hafidz Bandar Muhammad ibn Basyar (salah satu guru al-Darimi): “Hafidh di seluruh dunia ini ada empat. Mereka adalah Abu Zur’ah di Ray, Muslim di Naisaburi, ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman (al-Darimi) di Samarqand, dan Muhammad ibn Isma’il (al-Bukhari) di Bukhara’”.
- Al-Hafidh Abu Sa’id al-Ashji: “Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman adalah imam kami”.
- Al-Hafidh ‘Uthman ibn Abi Shaibah, salah satu guru beliau: “Kecerdasan, hafalan dan kepribadian Al-Darimi lebih baik dari apa yang mereka perbincangkan”.
- Muhammad ibn ‘Abd Allah al-Makhrami: “Wahai penduduk Khurasan, selama ‘Abdullah ibn ‘Abd al-Rahman ada beserta kalian, tidak perlu kamu bersusah payah kepada yang lainnya”.
- Ibn Hibban: “Termasuk Huffadh yang kokoh. Ia orang yang wara’ dalam agama. Ia menghafal, mengumpulkan, mendalami dan menyusun kitab, dan menyebarkan sunnah di negerinya dan mengajak orang lain untuk mengikutinya”.
6.
Wafatnya
Imam al-Darimi
meninggal dunia pada hari Tarwiyah tahun 255 H setelah shalat ‘asar. Ia dikubur
pada hari jumat yang bertepatan dengan hari ‘Arafah. Ketika meninggal,
al-Darimi umurnya telah mencapai 75 tahun. Ada satu pendapat yang menyebutkan
bahwa ia meninggal pada tahun 250 H. akan tetapi pendapat ini diragukan
kebenarannya.[13]
B. Sunan al-Darimi
1. Sistematika
Penyusunan
Dalam kitab al-Darimi
ini memiliki sistematika penyusunan yang baik dan terdiri dari 24 kitab,
ratusan bab, dan 3367 buah hadis. Adapun urutan sistematika penyusunan kitab
adalah sebagai berikut:[14]
No.. |
Judul Kitab |
Jumlah Hadis |
Nomor Hadis |
1 |
Muqaddimah |
647 |
1-647 |
2 |
Al-Taharah |
511 |
648-1158 |
3 |
Al-Salat |
404 |
1159-1562 |
4 |
Al-Zakat |
57 |
1563-1619 |
5 |
Al-Shaum |
98 |
1620-1717 |
6 |
Al-Manasik |
145 |
1718-1862 |
7 |
Al-Adahi |
55 |
1863-1917 |
8 |
Al-Sayd |
16 |
1918-1933 |
9 |
Al-At’imah |
62 |
1934-1995 |
10 |
Al-Asyribah |
47 |
1996-2042 |
11 |
Al-Ru’ya |
27 |
2043-2069 |
12 |
Al-Nikah |
92 |
2070-2161 |
13 |
Al-Talaq |
32 |
2162-2193 |
14 |
Al-Hudud |
33 |
2194-2226 |
15 |
Al-Nudzur wa
al-Amin |
18 |
2227-2244 |
16 |
Al-Diyat |
38 |
2245-2282 |
17 |
Al-Jihad |
45 |
2283-2327 |
18 |
Al-Siyar |
91 |
2328-2418 |
19 |
Al-Buyu’ |
96 |
2419-2514 |
20 |
Al-Isti’zan |
75 |
2515-2589 |
21 |
Al-Rizaq |
136 |
2590-2725 |
22 |
Al-Faraidh |
320 |
2726-3045 |
23 |
Al-Wasaya |
126 |
3046-3171 |
24 |
Fada’il Alquran |
195 |
3172-3367 |
2. Kritik terhadap
Sunan al-Darimi
Belum nampak
pada kita, ulama yang spesifik mengkritik kitab al-Darimi. Hal ini disebabkan
masih jarangnya studi terhadap kitab hadis tersebut serta sharahnya. Akan
tetapi beberapa hadis yang terdapat di dalamnya telah ada yang dikritik dengan
menunjukkan cacat yang ada padanya, meskipun tidak secara jelas dalam
mengkritik kitab al-Darimi tersebut. Hadis yang memiliki cacat (‘illat)
jumlahnya ada beberapa hadis, sebagaimana juga hadis-hadis yang da’if
dan munkar.[15]
Dalam Sunan
al-Darimi terdapat sekitar 89 buah hadis mursal. Penyebaran hadis-hadis,
tersebut adalah sebagai berikut:[16]
No |
Judul Kitab |
Jumlah Hadis Mursal |
1. |
Muqaddimah |
40 |
2. |
Al-Taharah |
7 |
3. |
Al-Salat |
1 |
4. |
Al-Zakat |
1 |
5. |
Al-Manasik |
2 |
6. |
Al-Nikah |
6 |
7. |
Al-Talaq |
1 |
8. |
Al-Hudud |
1 |
9. |
Al-Siyar |
1 |
10. |
Al-Riqaq |
2 |
11. |
Al-Faraidh |
11 |
12. |
Al-Wasaya |
1 |
13. |
Fada’il Alquran |
15 |
Di samping adanya hadis-hadis mursal, dalam
kitab Sunan al-Darimi berjumlah 240 buah hadis. Penyebaran hadis maqtu’
tersebut adalah sebagai berikut:[17]
No. |
Judul Kitab |
Jumlah Hadis Maqtu’ |
1. |
Muqaddimah |
64 |
2. |
Al-Taharah |
19 |
3. |
Al-Salat |
4 |
4. |
Al-Zakat |
1 |
5. |
Al-Saum |
2 |
6. |
Al-Adahi |
1 |
7. |
Al-At’imah |
3 |
8. |
Al-Asyribah |
1 |
9. |
Al-Ru’ya |
1 |
10. |
Al-Nikah |
3 |
11. |
Al-Talaq |
3 |
12. |
Al-Hudud |
3 |
13. |
Al-Jihad |
2 |
14. |
Al-Siyar |
3 |
15. |
Al-Buyu’ |
5 |
16. |
Al- Isti’dzan |
4 |
17. |
Al- Riqaq |
1 |
18. |
Al- Faraidh |
86 |
19. |
Al-Wasaya |
11 |
20. |
Fada’il Alquran |
24 |
3. Kriteria
al-Darimi
Al-Darimi tidak
menyatakan secara eksplisit kriteria-kriteria tertentu yang ia pakai untuk
menyaring hadis-hadis yang ia masukan ke dalam kitabnya tersebut. Begitu juga
para ulama belum ada yang mengemukakan secara komprehensif mengenai kriteria al-Darimi
tersebut.[18]
Al-Hafidh
‘Ala’i mengemukakan beberapa indikasi yang berkaitan dengan kriteria al-Darimi
dalam menyaring hadis dalam kitabnya. Indikasi-indikasi tersebut menyebabkan
‘Ala’i lebih memilih Sunan al-Darimi sebagai kitab hadis yang keenam
dari pada Sunan ibn Majah, untuk melengkapi lima kitab hadis sumber
primer yang standar (Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan al-Tirmidhi,
Sunan Abu Dawud, dan Sunan Al-Nasa’i). Menurut ‘Ala’i , dalam Sunan
al-Darimi sangat sedikit rijal yang
dhaif, hadis yang munkar dan syadz yang jarang
dijumpai. Meskipun ada hadis-hadis yang mursal dan mauquf, tetapi
secara umum kitab ini lebih utama dari sunan Ibnu Majah.[19]
4. Sanad Kitab
Ulama ahli
hadis tidak ragu mengatakan bahwa kitab ini sebagai kitab Sunan al-Darimi.
Adapun naskah yang diriwayatkan Abu ‘Imran ‘Isa ibn “Umar ibn al-‘Abbas al-
Samarqandiy. Menurut al-Dhahabi, Abu ‘Imran ini adalah ahli hadis yang
terpecaya, murid Abu Muhammad al-Darimi dan meriwayatkan musnad darinya.
Ia adalah shaikh yang maqbul, untuk keterangan lebih lanjut kami belum
mengetahui tentang keadaannya. Al-Dhahabi juga berkata: “Kami tidak mengetahui
kapan ia (Abu ‘Imran) wafat. Adapun yang kami ketahui bahwa ia masih hidup
pada sekitar tahun 320 H di Samarkand”[20].
5. Kedudukan Kitab
Kitab Hadis ini
hanya popular dikalangan ulama dan ahli hadis saja, sementara dikalangan ulama
pada umumnya, kitab ini tidak banyak dikenal. Hal ini disebabkan karena kitab
hadis ini tidak banya mengemukakakan tambahan hadis dari pada apa yang sudah
ada dalam al-Kutub al-Sittah, disamping isi kandungannya yang
memuat atsar, mauquf dan maqtu’.[21]
Akan tetapi
kitab ini memiliki posisi yang tinggi dikalangan ahli hadis. Hal ini disebabkan
karena keimanan penulisnya, dan kemampuan hafalannya, keluasan pengetahuan
serta ketinggian tabaqat-nya yang melebihi imam Muslim dan penyusun
kitab sunan lainnya. Juga disebabkan karena dalam kitabnya banyak terdapat
sanad-sanad sahih yang tinggi kualitasnya, dan sedikitnya zaidah dalam
hadis-hadisnya yang marfu’. Di samping itu, Imam Muslim dan para
penyusun kitab sunan juga banyak meriwayatkan hadis dalam kitab Sunan
al-Darimi ini sebagai mustakhraj dari apa yang ada didalamnya.[22]
Itulah kekuatan dan kelebihan kitab hadis ini yang menyebabkan Al-Hafidh al-‘Ala’i lebih memilih kitab ini untuk menjadi kitab hadis sumber standar keenam dari pada sunan Ibnu Majah.[23]
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan
di atas, yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Al-Darimi
merupakan sosok ulama gigih dalam mencari hadis dan diakui oleh kebanyakan
ulama hadis. Salah satu karyanya adalah Sunan al-Darimi yang judul aslinya al-Hadith
al-Musnad al-Marfu’ wa al-Mauquf wa al-maqtu’.
2. Sesuai dengan
nama aslinya, kitab Sunan al-Darimi di dalamnya memuat hadis-hadis yang
beragam dari marfu’, maqtu, dan mauquf. Kebanyakan hadis
bersandar langsung dari Nabi Muhammad SAW. (marfu’), dan selebihnya 89
hadis mursal dan 240 hadis maqtu’. Hadis yang termuat dalam Sunan
al-Darimi sebanyak 3367 hadis yang dibagi dalam 24 kitab dan ratusan bab.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,
Muhammad. Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, 2009.
Arifin,
Zainul. Studi Kitab Hadis, Surabaya: Pustaka al-Muna, 2010
Darimi (al), ‘Abdullah ibn ‘Abd al- Rahman, Musnad
al-Darimi, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 2002),
Dhahabi
(al), Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Uthman. Tarajum al-Aimmat al-Kibar, Beirut:
‘Alim al-Kutub, 1993 M/ 1413 H.
Ghamri (al), Abu ‘Asim Nubail ibn Hashim. Fath al-Mannan Sharh al-Darimi, Makkah: Dar al-Basha’ir al-Islami, 1419 H.
[1] Abu ‘Asim Nubail ibn
Hashim al-Ghamri, Fath al-Mannan Sharh al-Darimi, (Makkah: Dar
al-Basha’ir al-Islami, 1419 H), 11.
[2] Ibid., 12.
[3] ‘Abdullah ibn
‘Abd al-Rahman al-Darimi, Musnad al-Darimi, (Beirut: Dar Ibn Hazm,
2002), 5.
[4] Muhammad Abdurrahman, Studi
Kitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2009), 180.
[5] Zainul Arifin, Studi
Kitab Hadis, (Surabaya: Pustaka al-Muna, 2010), 134.
[6] Muhammad Abdurrahman, Studi
Kitab Hadis, 181.
[7] Muhammad
ibn Ahmad ibn ‘Uthman
al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmat al-Kibar, (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993 M/
1413 H), 149.
[8] Zainul Arifin, Studi
Kitab Hadis, 135.
[9] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 182.
[10] Muhammad Abdurrahman, Studi
Kitab Hadis, 182.
[11] Ibid.
[12] Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Uthman al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmat al-Kibar, (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993 M/ 1413 H), 150.
[13] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 184.
[14] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, 143.
[15] Zainul Arifin, Studi Kitab
Hadis, 144.
[16] Ibid., 144.
[17] Zainul Arifin, Studi Kitab
Hadis, 145.
[18] Muhammad Abdurrahman, Studi
Kitab Hadis, 192.
[19] Ibid.
[20] Ibid., 193.
[21] Ibid., 194.
[22] Muhammad Abdurrahman, Studi
Kitab Hadis, 194.
[23] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar