HOME

13 April, 2022

Biografi Imam Bukhari

 Bukan perkara mudah untuk menyusun kitab Sahih Bukhari. Imam Bukhari membutuhkan waktu selama 16 tahun untuk menyusunnya. Belum lagi perjuangan Imam Bukhari dalam mengambil hadis dari guru-gurunya dari berbagai macam negara. Tak semudah yang dibayangkan, seorang ulama’ sekaliber Imam Bukhari pun pernah mendapatkan fitnah yang menyebabkan ia diusir dari Naisaburi. Tentunya perjalanan hidup Imam Bukhari tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih dalam, dibahas dan diteliti.

Imam Bukhari bernama lengkap Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Isma‘il ibn al-Mughirah ibn Bardizbah. Bardizbah beragama Majusi dan meninggal dalam keadaan Majusi. Sedangkan anaknya al-Mughirah berhasil memeluk agama Islam[1]. Ia lahir pada tanggal 13 Shawwal 194 H di Bukhara, sekarang Uzbekistan dan meninggal di Samarqand malam Sabtu tanggal 30 Ramadan 256 H.[2]

Ayahnya merupakan seorang ulama’ besar dalam bidang hadis dan terkenal sebagai orang yang wara’ dan baik akhlaqnya[3]. Pernah meriwayatkan langsung dari Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid dan berteman baik dengan ‘Abdullah ibn Mubarak[4]. Ayahnya meninggal ketika ia masih kecil.[5]

Diceritakan bahwa Imam Bukhari terserang penyakit ketika kecil sehingga menyebabkan ia tidak bisa melihat. Ibunya sangat sedih, lalu berdo’a kepada Allah. Sampai akhirnya ibunya bermimpi melihat Ibrahim u berkata kepadanya:

يا هذه قد رد الله على ولدِكِ بصره بكثرة دعائك

“Allah telah mengembalikan penglihatan anakmu berkat do’amu”. Maka di pagi hanya ia melihat anaknya sudah bisa melihat.[6]


Imam Bukhari hidup pada masa dinasti ‘Abbasiyyah periode pertama sampai awal periode kedua, yaitu pada masa khalifah al-Ma’mun (198 – 218 H), al-Mu’tasim (218 – 227 H), al-Wathiq (227 – 232 H), al-Mutawakkil (232 – 247 H), al-muntasir (247 – 248 H), al-Musta```‘in (248 – 252 H) dan al-Mu‘taz (252 – 255 H)[7].[8]

Masa Kecil Imam Bukhari

Allah telah memberi Imam Bukhari suatu kelebihan yang tidak biasa diberikan kepada orang lain, yaitu daya hafal yang sangat kuat. Di saat usianya belum mencapai 10 tahun, ia telah memulai belajar hadis, sehingga tidak mengherankan apabila pada usia kurang lebih 16 tahun telah hafal banyak matan sekaligus sanadnya. Diantaranya hadis-hadis pada kitab karangan Ibn Mubarak dan Waqi’, serta memahami pendapat-pendapat ahli ra'yi, dasar-dasar dan alirannya.[9]

Pada tahun 210 H (umur 16 tahun), ia bersama ibu dan kakaknya yang bernama Ahmad pergi untuk menunaikan haji. Lalu menetap disana selama 6 tahun untuk mendalami hadis[10]. Kemudian pergilah ia ke Madinah dan mengarang beberapa kitabnya. Ia menetapkan dasar pondasi untuk al-Jami’ al-Sahih. Di makam Rasulullah r ia menulis Tarikh al-Kabir, al-Ausat  dan al-Saghir pada beberapa malam bulan purnama.[11]

Setelah itu berkelana untuk mencari hadis dari berbagai daerah, seperti:, Khurasan, Sham, Mesir, Baghdad, Basrah dan tempat-tempat yang lain. Dari situlah Imam Bukhari banyak berguru kepada ahli hadis, ia mengatakat: “Aku menulis hadis dari 1080 orang guru yang semuanya ahli hadis”, diantaranya adalah Ali bin al-Madini, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn Ma’in, Muhammad ibn Yusuf al-Firyabi dan ibn Rahawaih[12].[13]

Imam Bukhari biasanya bangun ketika tengah malam, kemudian menyalakan lampunya dan menulis hadis yang dihafalnya. Lalu mematikan lampunya. Kadang-kadang ia bisa bangun sampai 20 kali dalam semalam.[14]

Berkat ketekunan, ketelitian, kecerdasan dan daya hafalnya terhadap hadis, menjadikannya terkenal sebagai ahli hadis dan mendapatkan gelar Amir al-Mu’minin fi al-Hadith. Kemudian banyaklah ulama’ dan pelajar yang meriwayatkan hadis darinya, diantaranya: Muslim ibn Hajjaj, al-Tirmizi, al-Nasa’i, ibn Khuzaimah dan ibn Dawud.[15]

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN :


Guru Imam Bukhari

Diriwayatkan dari Imam Bukhari:

كتبت عن ألف وثمانين رجلا ليس فيهم إلا صاحب حديث

Aku menulis hadis dari 1080 orang guru yang semuanya ahli hadis.[16]

Diantara guru-gurunya adalah: Ali ibn al-Madiniy, Ahmad ibn Hanbal, Yahya ibn Ma’in, Muhammad ibn Yusuf al-Firyabi, Makky ibn Ibrahim al-Balkhiy, ibn Rahawaih dan perawi-perawi yang diriwayatkannya di dalam Sahih Bukhari sebaganyak 289 orang.[17]

Tingkatan Guru Imam Bukhari

Imam Bukhari mempunyai banyak sekali guru di masa hidupnya. Guru-guru Imam Bukhari dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok:

    1.      Menceritakan langsung dari tabi‘in. Seperti

-          Muhammad ibn ‘Abdullah al-Ansariy menceritakan dari Hamid

-          Makkiy ibn Ibrahim menceritakan dari Yazid ibn ‘Ubaid

-          ‘Abdullah ibn Musa menceritakan dari Isma’il ibn Abi Khalid dan Hisham ibn ‘Urwah.

    2.      Hidup pada masa mereka, tapi tidak mendengar langsung dari thiqot tabi‘in, seperti:

-          ’Adam ibn Abi Iyyas

-          Abu Mashar ‘Abdu al-A’la ibn Mashar

-          Sa’id ibn Abi Maryam

-          Ayyub ibn Sulaiman ibn Bilal

    3.      Mereka yang tidak bertemu dengan tabi‘in tetapi mengambil dari kibar tabi’u al-tabi‘in, seperti:

-          Sulaiman ibn Harb

-          Qutaibah ibn Sa’id

-          Na’im ibn Hammad

-          Ali ibn al-Madini

-          Yahya ibn Ma’in

-          Ahmad ibn Hanbal

-          Ishaq ibn Rahawaih

    4.      Teman Imam Bukhari dalam menuntut ilmu, seperti:

-          Abu Hatim al-Raziy

-          Muhammad ibn ‘Abdu al-Rahim

-          ‘Abd ibn Hamid

    5.      Beberapa orang yang seumuran dengan muridnya. Imam Bukhari mengambil dari mereka hanya untuk mengambil faedah.

-          ‘Abdullah ibn Hammad al-Amaliy

-          Al-Tirmizi

-          Khawarizmiy[18]


Murid Imam Bukhari

Sangat banyak sekali yang meriwayatkan dari Imam Bukhari, dikatakan jumlahnya mencapai 90.000 orang. Diantara muridnya yang terkenal yaitu: Muslim ibn Hajjaj, al-Tirmidhi, al-Nasa’i, ibn Khuzaimah, ibn Abi Dawud, Muhammad ibn Yusuf al-Farbiray[19], Ibrahim ibn Ma’qil al-Nafsiy, Hammad ibn Shakir al-Nasawiy dan Mansur ibn Muhammad al-Bazdawiy.[20]


Kekuatan Hafalan Imam Bukhari

Diriwayatkan dari Imam Bukhari:

أحفظ مائة ألف حديث صحيح، ومائتى ألف حديث غير صحيح

Aku hafal 100.000 hadis sahih dan 200.000 hadis tidak sahih.[21]

Pernah suatu ketika Imam Bukhari mengunjungi Baghdad. Dan telah berkumpul para ahli hadis se-Baghdad untuk menguji Imam Bukhari. Mereka mengumpulkan 100 hadis yang sudah dibolak-balik matan dan sanadnya. Kemudian setiap dari mereka memberikan 10 hadis (yang sudah dibolak-balik tadi).

Lalu diberikanlah 10 soal pertama. Dan setiap kali Imam Bukhari diberi pertanyaan hadis, ia menjawab “لا أعرف(aku tidak tau). Begitulah sampai selesai semua pertanyaan. Melihat kejadian tersebut, orang yang hadir melecehkan Imam Bukhari.

Kemudian menghadaplah Imam Bukhari kepada penguji pertama dan mengatakan:

أما حديثك الأول فصحته كذا، وأما حديثك الثاني فصحته كذا

Sesungguhnya hadis Anda yang pertama yang tepat adalah demikian, hadis Anda yang kedua yang tepat adalah demikian

Sampai selesai 10 soal. Lalu menghadap ke penguji yang kedua, ketiga dan seterusnya sampai selesai.[22]

 

Pujian para ulama’ untuk Imam Bukhari

Al-Hakim Abu ‘Abdullah al-Naisaburiy mengatakan:

هو إمام أهل الحديث بلا خلاف بين أئمة النقل

Dia (Imam Bukhari) adalah pemimpin ahli hadis tanpa ada khilaf (semua sepakat) menurut para ulama’ hadis.

Al-Darimiy mengatakan:

محمد ابن إسماعيل أعلمنا وأفقهنا وأغوصنا وأكثرنا طلبا

Muhammad ibn Isma’il orang yang paling berilmu di antara kita, yang paling faqih, yang paling dalam (ilmunya), yang paling banyak meminta (hadis).

Abu Hatim al-Raziy mengatakan:

محمد ابن إسماعيل أعلم من دخل العراق

Muhammad ibn Isma’il (Imam Bukhari) adalah orang yang paling ‘alim yang masuk di Iraq

Al-Tirmizi mengatakan

لم أر بالعراق ولا بخراسان في معنى العلل والتاريخ ومعرفة الأسانيد أعلم من محمد بن إسماعيل

Aku belum pernah menemukan baik di Iraq maupun di Khurasan orang yang (paling) paham ‘ilal (jama’ dari ‘illah), tarikh dan pengetahuan tentang sanad selain Muhammad ibn Isma’il (Imam Bukhari).

 

Fitnah

Sebelum terkena fitnah, Imam Bukhari sempat disanjung-sanjung Muhammad ibn Yahya al-Dhahliy, yang juga merupakan gurunya. Yaitu ketika imam Bukhari ke Naysabur pada tahun 250 H. Ia disambut oleh al-Dhahliy dan beberapa ulama’ yang lain. Diriwayatkan oleh Imam Muslim:

من أراد أن يستقبل محمد بن إسماعيل غدا قليستقبله فإني أستقبله، فاستقبله محمد بن يحيى الذهلي وعامة علماء نيسابور

Al-Dhahliy juga berwasiat kepada kaum muslimin untuk mendengarkan riwayat dari Imam Bukhari.

اذهبوا إلى هذا الرجل الصالح العالم فاسمعوا منه

Pergilah kepada orang yang salih ini dan dengarlah (hadis) darinya.[23]

Namun ketika imam Bukhari mendapat fitnah, maka banyak orang yang menjauhinya. Sebab kejadian tersebut yaitu ada beberapa orang yang dengki dan memfitnah Imam Bukhari yang mengatakan bahwa Alquran itu makhluk. Sampai-sampai al-Dhahliy yang merupakan guru imam Bukhari mengatakan:

من زعم لفظى بالقرآن مخلوق فهو مبتدع ولا يجالس، ولا يكلم، ومن ذهب بعد هذا إلى مجلسه فاتهموه

Barangsiapa yang menganggap Alquran itu makhluk, maka dia ahli bid’ah. Tidak selayaknya duduk bersama dia, dan mengobrol denganya. Dan barangsiapa setelah ini yang berangkat ke majelisnya (Imam Bukhari), maka aku mencurigainya.[24]

Maka pergilah orang-orang dalam majelis tersebut, kecuali Muslim ibn Hajjaj dan Ahmad ibn Salamah. Sampai akhirnya Imam Bukhari terlepas dari fitnah tersebut ketika salah seorang laki-laki pergi kepadanya dan menanyakan:

ما تقول في اللفظ بالقرآن مخلوق هو أو غير مخلوق؟ فأعرض عنه البخاري ولم يجبه "ثلاثا" فألح عليه الرجل فقال البخاري: القرآن كلام الله غير مخلوق، وأفعال العباد مخلوقة

Apa yang Anda maksud dengan lafadh Alquran makhluk atau bukan makhluk? Imam Bukhari berpaling darinya dan tidak menjawabnya sampai 3 kali. Lelaki tadi terus mendesa, maka Imam Bukhari berkata: Alquran adalah kalamullah dan bukan makhluk, sedangkan af‘alu al-‘Ibad[25] adalah makhluk.[26]

Diriwayatkan juga bahwa Imam Bukhari berkata:

من زعم أني قلت: لفظى بالقرآن مخلوق فهو كذاب

Barangsiapa yang menggangap aku mengatakan: Alquran makhluk, maka dia pendusta.[27]

Semakin marahlah al-Dhahliy kepada Bukhari atas pernyataannya tersebut. Sampai-sampai al-Dhahliy berkata:

لا يساكنني هذا الرجل في البلد

Hendaknya lelaki ini tidak tinggal satu daerah denganku.[28]

Maka Imam Bukhari melihat keluar dari daerahnya merupakan jalan yang terbaik baginya, maka ia pun pergi  dari Naisaburi ke Bukhara. Sesampainya di Bukhara, ia disambut masyarakat setempat. Imam Bukhari pun menetap dan mengajar.[29]

Tak lama berselang terjadi perselisihan antara Imam Bukhari dan pemimpin daerah setempat yang bernama Khalid ibn Ahmad al-Dhahliy. Yaitu ketika Khalid mengutus seseorang untuk pergi ke kediaman Imam Bukhari, dan memerintahkan Imam Bukhari untuk membawa kitab Jami’ (Sahih Bukhari) dan Tarikhnya ke kerajaan supaya Khalid bisa mendengar hadis darinya. Maka imam Bukhari pun menjawab kepada utusan tersebut:

قل له: إني لا أذل العلم ولا أحمله إلى أبواب السلاطين، فإن لم يعجبك هذا، فأنت سلطان فامنعني من المجلس، ليكون لي عذر عند الله يوم القيامة إني أكتم العلم

Katakan kepadanya: Sesungguhnya aku tidak akan menghinakan ilmu, dan aku tidak akan membawanya (kitabku) ke pintu-pintu kerajaan. Maka apabila jawaban ini tidak membuat Anda terkejut, maka Anda adalah Penguasa, laranglah aku dari majelis. Supaya aku mempunyai alasan di hadapan Allah ketika hari kiamat nanti, aku menyembunyikan ilmu (karena penguasa melarangku).[30]

Marahlah Khalid dengan jawaban tersebut dan berniat untuk mengusir Imam Bukhari dari daerahnya. Tapi atas kuasa Allah, Khalid mendapat panggilan dari ibn Tahir kemudian dipenjara.[31] 

 

Wafatnya Imam Bukhari

Suatu ketika penduduk Samarqand meminta Imam Bukhari untuk mengajar di daerahnya. Maka berangkatlah ia. Tetapi ketika ia tiba di “بخرتنك”, yaitu sebuah desa yang terletak 2 farsakh dari Samarqand, Imam Bukhari meninggal.

Imam Bukhari meninggal pada malam ‘Idul Fitri tahun 256 H dengan umur 62 tahun kurang 13 hari[32]. Muhammad Abdurrahman menyebutkan Imam Bukhari meninggal pada malam Sabtu tanggal 30 Ramadan 256 H[33]. lalu dikebumikan pada keesokan harinya yaitu pada hari Idul Fitri.[34]


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] Muhammad Muhammad Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah (Kairo: Majma‘ al-Buhuth al-Islamiyyah, 1415 H / 1995 M), 57. Ramadan Ramadan Mutawalliy, A’immatu ‘Ilmi al-Hadith al-Nabawiy (Kairo: al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah, 2010), 371.

[2] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis (Yogyakarta: TERAS, 2009), 45.

[3] Mutawalliy, A’immatu ‘Ilmi al-Hadith al-Nabawiy, 371.

[4] Zainul ‘Arifin menyebutkan dalam Studi kitab Hadis “Imam Bukhari belajar hadits dari Hammad ibn Zayd dan Imam Malik”. Agaknya kurang tepat jika Imam Bukhari meriwayatkan langsung dari Imam Malik, karena Imam Malik meninggal 197 sedangkan Imam Bukhari lahir 194 H. Penulis berpendapat bahwa ayah Imam Bukhari lah yang meriwayakan langsung dari Imam Malik. Lihat Mutawalliy, A’immatu ‘Ilmi al-Hadith al-Nabawiy, 371. Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 45.

[5] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis (Surabaya: Pustaka al-Muna, 2010), 98.

[6] Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 57.

[7] Shauqiy ‘Abu Khalil, Atlas al-Tarikh al-‘Arabiy al-Islamiy (Suriah: Darul Fikr, Cet. 15, 1430 H / 2009 M), 170.

[8] Mutawalliy, A’immatu ‘Ilmi al-Hadith al-Nabawiy, 369.

[9] Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 59. Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, 98.

[10] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 46.

[11] Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 60.

[12] Muhammad Abdurrahman menuliskan ibn Ruhawaih dalam Studi Kitab Hadis.

[13] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 46.

[14] Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 61.

[15] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 46.

[16] Ibid.

[17] Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 67.

[18] Mutawalliy, A’immatu ‘Ilmi al-Hadith al-Nabawiy, 375.

[19] Nama daerah di Bukhara. Lihat Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 67.

[20] Ibid.

[21] Abu Shuhbah menjelaskan yang dimaksud disini bukan berarti 200.000 ribu hadis yang berbeda. Tetapi dari sanad yang berbeda. Terkadang Imam Bukhari meriwayatkan 1 hadis dengan 10 sanad. Lihat Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 68.

[22] Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 69.

[23] Ibid. 62.

[24] Ibid. 63.

[25] Yang dimaksud dengan af‘alu al-‘Ibad adalah bacaannya dan pelafadhannya. Lihat  Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 64

[26] Ibid. 63.

[27] Ibid.

[28] Ibid.

[29] Ibid.

[30] Ibid.

[31] Ibid.

[32] Ibid.

[33] Muhammad Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 45.

[34] Abu Shuhbah, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihah al-Sittah, 66.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...