HOME

13 April, 2022

Tabi'in

 

Secara etimologi, ia berasal dari kata tabi‘ahu, yang berarti berjalan dibelakangnya.[1] Secara terminology, tabiin menurut para muhadisin tidak jauh berbeda dengan pengertian sahabat. Tabiin adalah seseorang yang bertemu sahabat dalam keadaan muslim dan mati dalam keadaan Islam. Disamping itu, ada yang mengatakan, ia adalah seseorang yang menemani sahabat bukan sekedar berjumpa saja, seperti yang paparkan Al-Khatib Al-Baghdadi.[2]

Menurut Al-Hakim yang disebut tabiin adalah orang yang bertemu sahabat dan meriwayatkan hadis darinya meskipun belum menemaninya. Sedangkan Ibnu Kathir berpendapat, tidaklah cukup hanya dengan bertemu, sebagaimana sahabat didapatkan hanya dengan bertemu Rasulullah SAW. karena nilai kemuliaan pertemuan dengan Nabi SAW sangatlah tinggi. Berbeda dengan bertemu sahabat.[3]

Tabiin besar adalah tabiin yang memiliki riwayat paling banyak dari para sahabat.[4] Ulama sepakat dalam mengakategorikan tabiin, tingkatan pertama -dalam kata lain adalah tabiin besar menurut penulis- ialah tabiin yang pernah bertemu dan bersahabat dengan sepuluh sahabat yang dijanjikan surga (Abu Bakar Al-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa‘ad bin Abi Waqas, Said bin Zaid bin Amr bin Nufail, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan Abu Ubaidah bin Jarrah). Sedangkan tingkatan terakhir atau tabiin kecil adalah tabiin yang sempat berjumpa atau melihat sahabat yang paling akhir meninggal.[5]

Al-Hakim mengklasifikasikan tabiin menjadi 15 tingkatan. Tingkatan yang paling atas adalah mereka yang meriwayatkan hadis dari ashrah mubasshirin bi al-jannah. Seperti Sa‘id bin Musayyab dan Qais bin Abi Hazim. Oleh sebagian ulama Sa‘id bin Musayyab dinilai tabiin yang paling utama, sementara masyarakat di Basrah lebih mengunggulkan Al-Hasan Al-Basri.[6] Kemudian, sebutan tabiin besar kiranya dimulai setelah tahun 40 hijriah sampai akhir abad ke 1. Dan masa tersebut adalah masa dimana bani Umayyah berkuasa atas pemerintahan. Maka sesiapa dari kalangan tabiin yang hidup pada masa tersebut bisa dikatakan bahwa ia adalah tabiin besar. 


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] Anasafrida, Tentang Periwayatan Hadis,  http://anasafrida.blogspot.co.id/2012/01/materi-ulumul-hadist.html?m=1,(2 November 2015)., 408

[2] Ibnu Kathir, Al-Ba’ith Al-Hathith Sharh Ikhtisar Ulumi Al-Hadith, tq. Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Athary, (Riyadh: Maktabah Al-Ma‘arif, 1996), 520. Bandingkan dengan Azyumardi Azra, “Tabiin”, Ensiklopedi Islam, Vol. 7, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th), 4.

[3] Ibid., 520.

[4] ‘Uthaimin menjelaskan tabiin terdiri atas 3 kategori, tabiin besar, tabiin kecil dan tabiin wusta. kategori tersebut dilihat dari segi periwayatan dan masa kedekatannya dengan para sahabat. Lihat lebih lanjut Muhammad Salih ‘Uthaimin, Mustalah Hadith, (Saudi Arabia: Dar Ibnu Al-Jauzi, 1424 H), 58.

[5] Azra, Tabiin, 4. Azra, Azyumardi, “Tabiin”, Ensiklopedi Islam, Vol. 7, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th.

[6] Ibid., 520.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...