HOME

14 April, 2022

Biografi Imam Malik Ibn Anas

 

1.    Nama dan nasab serta kelahiran Imam Malik

Nama lengkap Imam Malik adalah Abu ‘Abd Allah Malik ibn Anas Ibn Malik ibn Abi ‘Amir ibn ‘Amr ibn al-Harith ibn Ghaiman ibn Khuthail ibn ‘Amr ibn al-Harith.[1] ‘Abd al-Ghafur Sulaiman al-Bandary dalam kitabnya Mausu‘ah Rijal al-Kutub al-Tis‘ah menyebutkan bahwa nama lengkap Imam Malik adalah Malik Ibn Anas ibn Malik ibn Abi ‘Amir ibn ‘Amr ibn al-Harith ibn ‘Uthman ibn Hanbal ibn ‘Amr ibn al-Harith. Nama kunyahnya adalah Abu ‘Abd Allah sedangkan laqabnya adalah al-Asbahy, al-Madany, al-Faqih, al-Imam Dar al-Hijrah, dan al-Humairi. [2]

Dikatakan oleh Abu Zahwu dalam kitabnya al-Hadith wa al-Muhaddithun bahwa Abu ‘Amir selalu mengikuti peperangan pada masa Rasulullah kecuali perang Badar.[3] Sedangkan kakeknya yakni Malik salah satu dari keempat pemandu keranda jenazah Khalifah ‘Uthman ibn ‘Affan pada malam pemakamannya. Selain itu, Malik termasuk tabi‘in besar dan ulama kenamaan pada masanya.[4] Ia banyak meriwayatkan hadis dari ‘Aishah, ‘Uthman, Talhah, Abu Hurairah, dan Hasan ibn Abi Thabit. Ia juga termasuk penulis mushaf ‘uthmany.[5]  Imam Malik sendiri menjadi mufti di Madinah selama 60 tahun[6] dan termasuk salah satu tabi‘ al-tabi‘in.[7]

Menurut qaul al-asahh, Imam Malik lahir di Madinah pada tahun 93 Hijriyah[8] dari pasangan Anas ibn Malik dan ‘Aliyah binti Sharik al-Azdiyah.[9] Ada yang mengatakan bahwa ibu Imam Malik adalah al-Ghaliyah.[10] Ibn Bukair berkata, Imam Malik berada di dalam kandungan ibunya selama dua tahun,[11] ada pula yang mengatakan Imam Malik berada dikandungan selama tiga tahun.[12] Muhammad ibn Sa‘ad berkata bahwa Imam Malik meninggal di Madinah pada bulan Safar tahun 179 H. Sedangkan menurut Isma‘il ibn ‘Abd Allah ibn Uwais, Imam Malik  meninggal pada tanggal 14 Rabi‘ al-Awal 179 H dan dikuburkan di Baqi‘[13] pada hari ahad.[14]

Abu ‘Amr ibn ‘Abd al-Barr mengatakan bahwa Imam Malik memiliki empat orang anak yakni Muhammad, Hammad, Yahya, dan Ummu al-Baha’. Ada yang mengatakan bahwa Imam Malik memiliki tiga anak yakni Yahya, Muhammad, dan Fatimah yang dikenal dengan Ummu al-Mu’minin dan dia juga hafal kitab al-Muwatta’ milik ayahnya. [15]


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN :


2.    Pribadi Imam Malik

Imam Malik adalah sosok yang lemah lembut, sopan dan berbudi pekerti yang luhur. Ia orang yang tidak banyak bicara dan hanya berbicara seperlunya saja. Dibalik kelembutannya, ia memiliki kepribadian dan pendirian yang kuat. Hal ini terbukti dengan penolakannya untuk datang ke Istana dan menjadi guru keluarga kerajaan ketika pemerintahan Harun al-Rashid.[16] selain itu, ia pernah didera dengan cemita sehingga tulang punggngnya hampir putus dan keluar dari lengannya dan punggungnya hampir remuk.kemudian ia diikat diatas punggung unta dan di arak keliling Madinah agar ia mau mencabut fatwanya yang menentang pemerintah tetapi, ia tetap menolak.[17] Kejadian ini terjadi pada masa pemerintahan al-Mansur salah satu khalifah dari Bani ‘Abbasiyyah, ia diminta untuk memberikan fatwa tentang baiat secara paksa dan Imam Malik menjawab bahwa baiat tersebut tidak sah. Fatwa yang dikemukakan oleh Imam Malik kemudian dijadikan pendorong oleh kelompok Syiah untuk menentang pemerintah. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 147 H yang menyebabkan Imam Malik di tahan dan disiksa. Ketika musim haji tiba, al-Mansur mengunjungi Imam Malik dan memohon maaf atas perlakuan petugasnya di Madinah karena telah menyiksanya. Selain itu, khalifah al-Mansur meminta kepadanya agar menghimpun hadis yang bisa di jadikan pegangan umat. Awalnya Imam Malik menolak tetapi kemudian ia menyetujuinya.[18]

3.    Guru dan murid Imam Malik

a.    Guru-guru Imam Malik:

Imam Malik tidak pernah melakukan perjalanan dalam mencari hadis karena beliau sejak kecil hingga wafatnya berada di Madinah. Madinah adalah kota yang pada saat itu adalah pusat ilmu pengetahuan Agama Islam. Selain itu, Madinah adalah tempat yang banyak dihuni oleh tabiin yang belajar langsung kepada para sahabat bahkan, banyak ulama dari luar kota berdatangan ke Madinah untuk belajar.[19]

Ia belajar dan mengambil hadis dari sembilan ratus orang yang terdiri dari tiga ratus al-tabi‘in dan enam ratus dari tabi‘ al-tabi‘in.[20] Adapun guru Imam Malik yang terkemuka menurut Amin al-Khulli ialah:

1)   Rabi‘ah al-Ra’yi ibn ‘Abd al-Rahman Furukh al-Madany (w. 136 H). Ia adalah guru Imam Malik sewaktu masih kecil yang mengajari ilmu akhlak, ilmu fikih dan ilmu hadis. Ada 12 riwayat yang didapat dari Rabi‘ah yang terdiri dari lima hadis musnad[21] dan satu hadis mursal[22].[23]

2)   Ibn Hurmuz Abu Bakar ibn Yazid (w. 147 H). selama delapan tahun lamanya Imam Malik berguru kepadanya dalam bidang ilmu kalam, ilmu I’tiqad dan ilmu fikih dan mendapatkan hadis sebanyak 45-47 hadis.[24]

3)   Ibnu shihab al-Zuhri (w. 124 H). Imam Malik meriwayatkan hadis darinya sebanyak 132 yang terdiri dari 92 hadis musnad dan yang lain hadis mursal.

4)   Nafi‘ ibn Surajis ‘Abd Allah al-Jailani (w. 120 H). Ia hidup pada masa khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz dan menjadi pembantu keluarga Ibnu ‘Umar. Imam Malik meriwayatkan 80 lebih hadis dari Nafi‘.

5)   Ja‘far Sadiq ibn Muhammad ibn ‘Ali al-Husain ibn Abi Talib al-Madany (w. 148 H). Ia salah satu imam ithna ‘ash‘ariyah dan ahlu al-bait. Imam Malik belajar fikih dan hadis dan meriwayatkan hadis darinya dalam bab manasik.[25]

6)   Muhammad ibn al-Munkadir ibn al-Hadiry al-Taimy al-Quraishy (w. 131 H). Ia adalah saudara Rabi‘ah al-Ra’yi, ahli fikih Hijaz dan Madinah, ahli hadis, dan termasuk sayyidat al-qura.[26]

b.    Murid-murid Imam Malik:

Yahya al-Ansary, al-Zuhri, keduanya adalah termasuk gurunya, Ibn Juraij, Yazid ibn ‘Abd Alla ibn al-Hadi, al-Auza ‘i, al-Thauri, ibn ‘Uyaynah, Shu’bah, al-Laith ibn Sa ‘ad, ibn al-Mubarak, ibn ‘Aliyah, al-Shafi ‘i, ibn Wahab, Ibrahim ibn Haiman, al-Qa ‘naby, ‘Abd Allah ibn Yusuf, ‘Abd Allah ibn Nafi ‘, Yahya al-Qattan, ‘Abd al-Rahman ibn Mahdi, Ma’an ibn ‘Isa, ‘Abd al-Rahman ibn al-Qasim al-‘Ataqy al-Damiry, Abu ‘Asim al-Nabil,Ruh ibn ‘Abadah, al-Walid ibn Muslim, Abu ‘Amir al-‘Aqdy, Yahya ibn Yahya, Yahya ibn ‘Abd Allah ibn Bakir, ‘Abd al-‘Aziz al-Ausy, Qutaibah, Sa‘id ibn Abi Maryam, Sa‘id ibn Kathir ibn ‘Afir, Matraf ibn ‘Abd Allah al-Siyary, Waraqa’ ibn ‘Amr.[27] Murid Imam Malik tidak hanya yang disebutkan ini saja tetapi masih banyak lagi yang belum dipaparkan dalam makalah ini.

4.    Karya-karya Imam Malik

Selama hidupnya imam malik hanya dipegunakan untuk mencari ilmu. Banyak kitab yang telah ditulis, diantaranya:[28]

a.    Al-Muwatta’

b.    Kitab ‘Aqdiyah

c.    Kitab Nujum

d.   Hisab Madar al-Zaman Manazil al-Qamar

e.    Kitab Manasik

f.     Kitab Tafsir li Gharib al-Qur’an

g.    Ahkam al-Qur’an

h.    Al-Mudawwanah al-Kubra

i.      Tafsir al-Qur’an

j.      Kitab Masa’ Islam

k.    Risalah ibn Matruf Gassan

l.      Risalah ila al-Laith

m.  Risalah ibn Wahhab.

Namun dari sekian banyak karyanya yang sampai kepada kita hanya kitab al-Muwatta’ dan al-Mudawwanah.

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] Shamsu al-Din Abu ‘Abd Allah Muhammad Ibn Ahmad ibn ‘Uthman ibn Qaimaz al-Dzahaby, Siyaru A‘lam al-Nubala’, juz. 8 (t.t: Mu’assasah al-Risalah: 1985), 48.

[2] ‘Abd al-Ghafur Sulaiman al-Bandary,  Mausu‘ah Rijal al-Kutub al-Tis‘ah, juz. 3 (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), 494.

[3] Muhammad Muhamma Abu Zahw, al-Hadith wa al-Muhaddithun (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Araby, 1378 H), 288.

[4] Muhammad ibn ‘Abd al-Baqi ibn Yusuf al-Zarqany al-Misry al-Azhary, Sharh al-Zarqany ‘ala Muwatta’ al-Imam Malik,  juz. 1 (Kairo: Maktabah al-Thaqafah al-Diniyah, 2003), 53.

[5] Abu al-Fadl al-Qadi ‘Iyad ibn Musa al-Yahsaby, Tartib al-Madarik wa Taqrib al-Masalik,  juz. 1 (al-Maghrib: Matba‘ah Fadalah, t. th), 113.

[6] Al-Azhary, Sharh al-Zarqany, 57.

[7] Abu Zakariya Muhyi ibn Sharf al-Nawawy, Tahdhib al-Asma’ wa al-Lughat, juz. 2 (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), 75.

[8] Zahw, al-Hadith wa al-Muhaddithun, 288.

[9] al-Dzahaby, Siyaru A‘lam, 49.

[10] Abi ‘Umar Yusuf ibn ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Barr, Mausu‘ah Shuruh al-Muwatta’, juz. 1 (Kairo: t.p, 2005), 14.

[11] Abu ‘Amr Yusuf ibn ‘Abd Allah ibn Muhammad ibn ‘Abd al-Barr ibn ‘Asim al-Namiry al-QAurtuby,  al-Intiqa’ fi Fada’il al-Thalathah al-Aimmah al-Fuqaha’ Malik wa al-Shafi‘y wa Abi Hanifah (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), 10.

[12] Al-Nawawy, Tahdhib al-Asma’, 79.

[13] Ibid.

[14] Al-Azhary, Sharh al-Zarqany, 57.

[15] al-Barr, Mausu‘ah Shuruh, 15.

[16] Moenawar Cholil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 110.

[17] Najwah, Studi Kitab, 4.

[18] Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th), 254.

[19] Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis (Surabaya: alMuna, 2010), 56-57.

[20] al-Nawawy, Tahdhib al-Asma’, 78.

[21] Hadis musnad adalah hadis yang sanadnya bersambung dan marfu’ kepada Rasulullah saw. Nuruddin ‘Itr, ‘Ulumul Hadis, terj. Mujiyo (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 363.

[22] Hadis mursal adalah hadis yang disandarkan kepada Rasulullah saw oleh seorang tabiin dengan mengatakan “Rasulullah saw berkata…” baik tabiin besar atau tabiin kecil. ‘Itr, ‘Ulumul Hadis, 387. 

[23] Amin al-Khulli, Malik ibn Anas (Bairut: Dar al-Fikr, t. th), 65.

[24] Ibid.

[25] Muhammad Hamid Husain, Kitab al-Muwatta’, “Muqaddimah” (t.t: Dar Kutub al-Islamiyyah, t. th), ba’-jim.

[26] al-Khulli, Malik ibn Anas, 96-97.

[27] al-Nawawy, Tahdhib al-Asma’, 75.

[28] Najwah, Studi Kitab, 6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...