HOME

02 April, 2022

Hadist Ungkapan Simbolik

 

Sebagaiman halnya dalam Al-Quran, dalam hadis Nabi juga di kenal juga dengan adanya ungkapan yang berbentuk simbolik. Penetapan bahwa ungkapan suatu ayat ataupun suatu hadis berbentuk simbolik adakalanya mengandung perbedaan pendapat. Bagi yang berpegang pada pernyataan secara tekstual, maka ungkapan yang bersangkutan dinyatakan bukan sebagai simbolik.

       Berikut akan kami cantumkan contoh hadis yang mengandung ungkapan simbolik

1.      Tuhan “Turun” ke langit Dunia

Nabi SAW bersabda :

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الْأَغَرِّ وَعَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ

يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَه[1]    

            “Tuhan kita (Allah) Tabaraka Wata’ala setiap malam turun ke langit dunia pada saat malam di pertiga akhir, Allah berfirman, “Barang siapa yang berdoa kepada ku, niscaya aku kabulkan doanya itu, barang siapa meminta sesuatu kepada ku, niscaya aku memberinya, dan barang siapa minta ampun kepada ku niscaya aku mengampuninya. (HR.Imam Malik fil Muwatta’)

            Ulama yang memahami petunjuk hadis secara tekstual berpendapat bahwa matan hadis tersebut berkualitas lemah (dha’if), bahkan palsu, sebab Allah di gambarkan sebagai naik turun ke langit dunia. Itu berarti Allah di samakan dengan makhluk.[2] Padahal matah hadis tersebut berkualitas sahih bila di fahami secara kontekstual.

            Maksud matan hadis yang menyebutkan bahwa Allah turun ke langit dunia adalah limpahan rahmadnya. Malam sepertiga akhir di pilih karena saat yang demikian itu adalah saat yang mudah untuk memperoleh suasana khusyu’ dalam berdoa dan shlata. Dalam keadaan yang penuh kekhusyuan itu maka kehadiran limpahan rahmat Allah mudah di peroleh[3].

            Dengan pemahaman tersebut tidaklah berarti bahwa rahmad Allah tidak turun di luar sepertiga malam akhir. Nabi menyebut waktu tertentu itu dengan maksud untuk menunjukkan kekhususanya.


BACA ARTIKEL LAIN YANG BERKAITAN:


[1] موطأ مالك - (ج 2 / ص 148

[2] Sayyid Shalih Abu Bakr, al-Adhwa’ al-Quraniyyah fi Ikhtishah fi al-Hadih al-Israiliyyat Jilid 2, 161-165.

[3] Suhudi Ismail, Metodologi penelitian Hadis Nabi (Jakarta :Bulan bintang ,1992), 155-158.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...