Sesungguhnya membela hadis Nabi
merupakan suatu amalan yang amat mulia dan utama. Oleh karenanya, tidak heran
bila para ulama menilainya sebagai jihad fi sabilillah. Imam Yahya bin
Yahya rahimahullah pernah
mengatakan:
الذَّبُّ عَنِ السُّنَّةِ أَفْضَلُ
مِنَ الْجِهَادِ
Membela sunnah lebih utama daripada
jihad.[1]
Dan Imam Shafi’i termasuk dalam
barisan para pembela hadis Nabi sehingga beliau mendapat gelar dari para
ulama semasa beliau dengan “Nasir al-Sunnah” pembela hadis Nabi. Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Semoga Allah merahmati Shafi’i, dia telah membela hadis-hadis Rasulullah .”[2]
Imam Shafi’i rahimahullah berkata:
سُمِّيْتُ بِمَكَّةَ نَاصِرَ
الْحَدِيْثِ
Di Makkah saya digelari sebagai pembela hadis.[3]
سُمِّيْتُ بِبَغْدَادَ نَاصِرَ
الْحَدِيْثِ
Di Baghdad saya digelari sebagai pembela hadis.
Sikap sangat menarik dan menakjubkan yang menunjukkan pengagungan Imam Shafi’i
terhadap hadis dan sikap beliau terhadap orang yang menolak hadis adalah kisah
laporan beliau kepada al-Qadhi Abu al-Bakhtari tentang Bishr al-Marrisi[4] karena dia telah menolak hadis Rasulullah. Imam
Shafi’i rahimahullah bercerita:
“Saya pernah berdebat dengan al-Marrisi tentang undian, lalu dia mengatakan
bahwa undian adalah perjudian!! Maka saya datang kepada Abu al-Bakhtari seraya
aku katakan kepadanya, ‘Aku mendengar al-Marrisi mengatakan bahwa undian adalah
perjudian’ Lalu dia Abu al-Bakhtari mengatakan, ‘Wahai Abu Abdillah kunyah Imam
Shafi’i, datangkanlah saksi lainnya niscaya saya akan membunuhnya.’ Dalam
lafazh lainnya, ‘Datangkanlah saksi lainnya, niscaya saya akan mengangkatnya di
atas pohon lalu menyalibnya”.[5]
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:
- Biografi Ibn Hajar Al ‘Asqalani
- Syaikh Nawawi Al-Bantani
- Kiai Ihsan Jampes
- K H Moenawar Chalil
- Muhammad Yasin Al-Fadani
- Pengertian Sahabat
- Pengertian Tabi'in
- Perawi Hadis Era Dinasti Umayyah
[1] Ibid., 76.
[2] al-Asqalaniy, Tahdhib al-Tahdhib..., 86.
[3] Ibid, 40.
[4] Demikian harokatnya yang benar, dengan memfathah mim, mengkasroh
ro’ dan mensukun ya’: Ahmad Taimur Basya, Dabt al-A’lam (Madinah: Maktabah al-‘Ilm, 1992), 189.
[5] al-Baghdadi, Tarikh...,juz 7, 60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar