HOME

05 April, 2022

MUSHANNAF ABD AL-RAZZAQ

 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belalang

Sejak masa sahabat sampai masa tabi’in kemurnian hadis terus tetap dijaga. Para ulama terus mengembangkan metode ilmu hadis guna menjaga kemurnian dan kelestarian hadis. Dan akhirnya, tersusunlah beberapa kitab hadis meskipun dengan sistem penulisan yang belum bagus.

Salah sau kitab yang lahir pada awal abad kedua hijriyah adalah kitab “Al-Mushannaf” karangan Abd al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani. Makalah ini mencoba untuk membahas tentang kitab tersebut sekaligus tentang sang pengarang.

B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1.      Apa yang diketahui tentang Abd al-Razzaq?

2.      Apa yang diketahui tentang kitab “Al-Mushannaf”?

C.    Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1.      Mengetahui tentang Abd al-Razzaq

2.      Mengetahui tentang “Al-Mushannaf”

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    BIOGRAFI ABD AL-RAZZAQ

1.      Nama Lengkap

Nama lengkap beliau adalah Abd al-Razzaq ibn Hammam ibn Nafi’ Abu Bakr al-Humairi al-San’ani. Beliau lahir pada tahun 126 H. pada masa akhir Bani Umayyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Walid ibn Yazid ibn Abd Malik yang diangkat menjadi khalifah pada tahun 125 H.[1]

Abu Bakr adalah “kun-yah” untuk Abd al-Razzaq, sedangkan Kata “al-San’ani” merupakan nisbat untuk sebuah kota yang terletak di negara Yaman.[2]

Adapun “al-Humairi” merupakan nisbat kepada Humair, sebuah kabilah terpandang di Yaman. Rata-rata para ulama menisbatkan Abd al-Razzaq kepada“al-Humairi” dengan nisbat al-Wala’ (الولاء) dengan sebutan “مولى حمير”, “مولى لحمير”, dan “الحميري مولاهم”.[3]     

Beliau wafat pada pertengahan bulan syawal 211 H. pada usia 85 tahun pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun.[4]

2.      Keilmuan Abd al-Razzaq

Abd al-Razzaq tumbuh berkembang dalam lingkungan yang penuh dengan semangat keilmuan. Ayahnya, Hammam, dan kakeknya, Nafi’, merupkan seorang ulama yang terkenal dan termasuk dalam deretan perawi hadis. Maka tidak salah kalau Al-Hakim mengatakan, sebagaimana dinukil oleh Dr. Mahmud Muhammad Abduh dalam pengantarnya, bahwa Abd al-Razzaq, ayahnya serta kakeknya adalah orang yang thiqah.[5]

Tentu saja, kondisi yang demikian sangat mendukung bagi Abd al-Razzaq untuk terus semangat dalam mencari ilmu, maka beliau pun memulai perjalanannya untuk mencari ilmu, dimulai dari belajar di negeri sendiri, kemudian dilanjutkan ke hijaz, Syam, dan Iraq. Dalam perjalanannya menuntut ilmu, Abd al-Razzaq telah banyak berjumpa dan belajar kepada ulama-ulama besar.[6] Beliau memulai melakukan rihlah (perjalanan) untuk menuntut ilmu pada usia 20 tahun, dan ada yang berpendapat pada usia 18 tahun.[7] Berikut adalah contoh beberapa guru dan murid dari Abd al-Razzaq

a.      Guru-Guru Abd al-Razzaq

Di antara  Guru-guru Abd al-Razzaq adalah:

1)      Ma’mar ibn Rashid (w. 153 H). Beliau adalah guru utama dari Abd al-Razzaq. Ia berguru kepadanya selama kurang lebih delapan tahun. Dan ia mencatat darinya sekitar sepuluh ribu Hadis.[8]      

2)      Sufyan al-Thauri (w. 161 H). Seorang ulama terkemuka dalam bidang hadis dan juga guru dari Abdullah ibn al-Mubarak. Beliau digelari Amir al-Mu’minin dalam bidang hadis.[9]

3)      Sufyan ibn ‘Uyainah (w. 198 H). Ulama terkenal dalam bidang hadis dan fikih. Imam al-Shafi’i berkata sebagaimana dinukil oleh Asma’ Ibrahim : “Seandainya tidak ada Malik dan Sufyan, niscaya ilmu Hijaz akan lenyap.[10]

Serta masih banyak lagi selain yang tiga di atas, seperti Malik ibn Anas, Ja’far ibn Sulaiman al-Dabghi, Abd al-Rahman ibn ‘Amr al-Auza’i, Fudail ibn ‘Iyyad, dan lain sebagainya.[11]

b.      Murid-Murid Abd al-Razzaq

Berikut adalah beberapa murid Abd al-Razzaq :[12]

1)      Ahmad ibn Hanbal.

2)      Yahya ibn Ma’in.

3)      Sufyan ibn ‘Uyainah

4)      Ishaq ibn Rahawaih

5)      Muhammad ibn Aban al-Balkhi

c.       Karya-karya Abd al-Razzaq

Beberapa diantara karya-karya Abd al-Razzaq selain Al-Mushannaf adalah:[13]

·         Tafsir al-Quran al-Karim

·         Al-Amali fi Athar al-Sahabah

·         Tazkiyah al-Arwah ‘an Mawaqi’ al-Aflah

·         Al-Maghazi

·         Al-Sunan fi al-Fiqh   

3.      Pendapat Ulama tentang Abd al-Razzaq

Abd al-Razzaq merupakan salah satu ahli hadis terkemuka di zamannya. Banyak sekali ulama yang mengakui akan kedudukan ilmunya. Berikut adalah sebagian pendapat dan pengakuan ulama terhadap beliau yang dinukil oleh Majdi al-Sayyid Ibrahim dalam pengantarnya terhadap kitab Amali:

§  Al-dhahabi: Abd al-Razzaq adalah seorang ulama besar dan seorang hafiz, thiqah, Shaikh al-Islam. 

§  Ibn al-‘Imad al-Hanbali: Abd al-Razzaq adalah orang yang sangat alim, mempunyai banyak karangan.

§  Ibn Hajar al-‘Asqalani: Abd al-Razzaq adalah orang yang thiqah, hadi-hadisnya juga terdapat dalam al-Kutub al-Sittah, namun mengalami kebutaan di akhir hayatnya.

4.      Kontroversi Seputar Aqidah Abd al-Razzaq

Ada sebagian Ulama yang menuduh beliau sebagai pendukung mazhab syiah. Al-Dhahabi sebagaimana disebutkan oleh Hashim dalam disertasinya memberikan keterangan bahwa Abd al-Razzaq adalah penganut syiah (Shi’i).[14]

Salah satu faktor yang membuat beliau dituduh menganut paham syiah adalah karena beliau banyak meriwayatkan hadis tentang keutamaan ahlul bait, dimana para ulama yang thiqah banyak yang tidak setuju akan riwayat tersebut.[15]

Hashim ibn Muhammad meyebutkan dalam disertasinya bahwa aqidah Abd al-Razzaq adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, hanya saja beliau lebih mengutamakan sayyidina Ali dari pada Abu Bakar dan Umar al-Khattab, namun tidak sampai batas yang berlebih-lebihan. Hal ini bisa dilihat dari perkataan Abd al-Razzaq sendiri: “aku lebih mengutamakan Abu Bakar  dan Umar al-Khattab karena Ali lebih mengutamakan mereka berdua atas dirinya sendiri.[16]

Meskipun demikian, menurut Ibn ‘Adi sebenarnya Abd al-Razzaq tidaklah berlebih-lebihan dalam “tashayyu’”, hanya saja beliau mencintai Ali dan membenci orang yang membunuhnya.[17] Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau pernah berkata sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Dhahabi dan dinukil oleh Asma’ dalam kitabnya bahwa syiah rafidah adalah kafir.[18] 

Disamping itu, beliau dalam musannaf-nya meriwayatkan hadis-hadis tentang keutamaan para sahabat termasuk Abu Bakr  dan Umar. Seperti hadis di bawah ini:

أخبرنا عبد الرزاق عن معمر عن الزهري عن ابن المسيب قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : بينا أنا نائم رأيت أني في الجنة فإذا أنا بامرأة توضأ في قصرها ، فقلت : لمن هذا ؟ فقالوا : لعمر ، فذكرت غيرته فوليت مدبرا ، فبكى عمر حين سمع ذلك ، وقال : أو عليك أغار يا [19]رسول الله !

Telah mengabarkan kepada kami, Abd al-Razzaq dari Ma’mar dari al-Zuhri dari Ibn al-Musayyab, ia berkata: bahwa Rasululah bersabda: “diwaktu aku tidur, aku bermimpi melihat surga, kemudian ada seorang perempuan yang sedang berwudu’ di istananya, maka aku bertanya (kepadanya): untuk siapa (istana) ini?, maka mereka (ahli surga) menjawab: untuk Umar. Maka kemudian (perempuan tersebut) menceritakan tentang cemburunya Umar, maka aku berpaling darinya. Umar pun menangis mendengar hal itu dan berkata: apakah kepada engkau aku cemburu wahai Rasulullah!.

 

B.     MENGENAL KITAB MUSHANNAF ABD AL-RAZZAQ

1.      Nama Dan Latar Belakang Penyusunan

Nama dari kitab Abd al-Razzaq adalah “Al-Mushannaf”. Sedangkan yang dimaksud dengan Al-Mushannaf adalah kitab induk yang berisi hadis-hadis yang marfu’, mauquf, dan maqtu’ yang terdiri dari hadis-hadis fiqh dan ahkam.[20]

Berdasarkan definisi di atas, maka sebenarya antara musannaf dan muwatta’ adalah sama, hanya berbeda nama. Berbeda dengan al-Sunan, dimana kalau al-Sunan hanya berisi hadis-hadis yang marfu’, sedangkan musannaf berisi hadis-hadis marfu’, mauquf, dan maqtu’.[21]

Untuk mengetahui latar belakang penyusunan kitab “Al-Mushannaf” oleh Abd al-Razzaq, sebenarnya bisa diketahui melalui membaca Muqaddimah sang penyusun, namun sayang manuskrip yang memuat Muqaddimah kitab “Al-Mushannaf”  tidak ditemukan. Namun jika melihat masa dimana sang penyususn hidup, maka setidaknya bisa diketahui bahwa tujuan dari penulisan “Al-Mushannaf”  pada dasarnya adalah sama dengan tujuan asal pengumpulan penulisan hadis, yaitu untuk menjaga kelestarian hadis, kemudian meyusunnya sesuai dengan tema tertentu agar lebih mudah dipelajari.[22]

Menurut pendapat yang paling kuat, bahwa kitab “Al-Mushannaf” disusun pada waktu Abd al-Razzaq sudah menetap di Yaman dan sudah berhenti dari melakukan perjalanan menuntut ilmu, tepatnya sebelum tahun 200 H. karena menurut fakta sejarah, Abd al-Razzaq melakukan perjalanan terakhirnya pada tahun 170 H. dimana tempat terakhir yang beliau datangi adalah Mekkah dan setelah itu, beliau langsung kembali ke Yaman dan menetap di sana.[23]

Dalam menyusun kitab “Al-Mushannaf”, sang pengarang, Abd al-Razzaq, menyusun sesuai dengan urutan bab fiqih dan diakhiri dengan sebuah kitab yang diberi judul “Kitab al-Jami’” yang berisi hadis-hadis yang diriwayatkan oleh pengarang dari gurunya, Ma’mar ibn Rashid.  Berikut tabel penyusunan kitab “Al-Mushannaf” sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh Hashim ibn Muhammad ibn Ahmad Banani:[24]

 

NO

NAMA KITAB

JUMLAH BAB

JUMLAH HADIS

1

كتاب الطّهَارةِ

136

1148

2

كِتَابُ الْحَيْضِ

25

215

3

كِتَابُ الصَّلَاةِ

362

261

4

كِتَابُ الْجُمُعَةِ

56

455

5

كِتَابُ صَلَاةِ الْعِيدَيْنِ

33

261

6

كتاب فضائل القرآن

9

182

7

كِتَابُ الْجَنَائِزِ

92

751

8

كِتَابُ الزَّكَاةِ

59

498

9

كِتَابُ الصِّيَامِ

64

663

10

كِتَابُ الْعَقِيقَةِ

5

50

11

كِتَابُ الِاعْتِكَافِ

16

115

12

كِتَابُ الْمَنَاسِكِ

39

1183

13

كِتَابُ الْجِهَادِ

57

447

14

كِتَابُ الْمَغَازِي

45

67

15

كِتَابُ أَهْلِ الْكِتَابِ

74

426

16

كِتَابُ النِّكَاحِ

5

50

17

كِتَابُ الطَّلَاقِ

403

7144

18

كِتَابُ الْبُيُوعِ

183

1306

19

كِتَابُ الشَّهَادَاتِ

26

210

20

كِتَابٌ الْمُكَاتَبِ

20

241

21

كِتَابٌ الْأَيْمَانُ وَالنُّذُورُ

26

321

22

كِتَابُ الْوَلَاءِ

18

181

23

كِتَابُ الْوَصَايَا

20

200

24

كِتَابُ الْمَوَاهِبِ

5

53

25

كِتَابُ الصَّدَقَةِ

7

79

26

كِتَابُ الْمُدَبَّرِ

16

273

27

كِتَابُ الْأَشْرِبَةِ

22

249

28

كِتَابُ الْعُقُولِ (الديات)

174

207

29

كِتَابُ اللُّقَطَةِ

38

405

30

كِتَابُ الْفَرَائِضِ

12

207

31

كِتَابُ أَهْلِ الْكِتَابَيْنِ

32

210

32

كتاب الجامع (جامع معمر بن راشد)

284

6615

 

2.      Pendapat ulama tentang kitab “Al-Mushannaf”

Menurut Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, sistem penyusunan kitab “Al-Mushannaf” sangatlah bagus, sehingga menjadi contoh bagi ulama sesudahnya seperti Al-Bukhari dan Muslim. Disamping itu dalam “Al-Mushannaf” banyak dijumpai zawaid, yaitu hadi-hadis yang merupakan tambahan bagi al-Kutub al-Sittah. [25]

3.      Beberapa Kitab yang berkenaan dengan kitab “Al-Mushannaf”

Tidak banyak kitab-kitab yang berkenaan dengan kitab “Al-Mushannaf” baik berupa Sharh, Takhrij dan lain sebagainya. Hanya beberapa kitab yang panulis bisa himpun yang berhubungan langsung dengan kitab “Al-Mushannaf”. diantara kitab-kitab tersebut ada yang dijadikan rujukan dalam penulisan makalah ini.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagaimana berikut:

ü  Abd al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani, pengarang kitab Al-Mushannaf yang lahir di Yaman adalah seorang ulama besar dan ahli hadis terkemuka, pengarang beberapa kitab dalam berbagai bidang seperti hadis, tafsir dan fiqih. Dan hidup pada dua masa kepemimpinan khilafah islamiyah, Umayyah dan Abbasiyah.

ü  Meskipun beliau diuduh menganut paham syiah, namun sebenarnya beliau hanya mencintai Ali dan membenci pembunuhnya, tanpa mengesampingkan penghormatan terhadap para sahabat yang lain.

ü  Kitabnya, Al-Mushannaf adalah merupakan kitab Musannaf yang paling terkenal terbesar. Penyusunannya berdasarkan bab fikih, di dalamnya terkumpul hadis-hadis dengan kualitas yang berbeda-beda, ada yang Sahih, Hasan dan Daif.

DAFTAR PUSTAKA

‘Ajin, Asma’ Ibrahim Su’ud, Manhaj al-Hafiz Abd al-Razzaq fi Musannifihi, Kairo: Al-Maktabah al-Islamiyyah, 2008

Banani, Hashim ibn Muhammad ibn Ahmad, “Zawaid Al-Mushannaf al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani ‘ala al-Kutub al-Sittah min Al-Ahadith al-Marfu’ah min Awwal Al-Mushannaf ila nihayah kitab al-Manasik”. Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H.

Ghauri (al), Sayyid ‘Abd al-Majid, al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith, Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009.

Khaira Abadi (al), Muhammad Abu al-Laits, Takhrij al-Hadith Nashatuhu wa Manhajiyyatuhu, Malaysia: Dar al-Syakir, 2011.

Khuraisi (al), Abd al-Rahman ibn Ahmad ibn Abd al-Rahman, “Zawaid Al-Mushannaf al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani ‘ala al-Kutub al-Sittah min Al-Ahadith al-Marfu’ah min Awwal Kitab al-Jihad hatta Nihayah al-Kitab”. Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H. 

San’ani (al), Abd al-Razzaq ibn Hammam, Al-Musannaf ,Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1983.

__________. Tafsir Abd al-Razzaq, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999.

__________. Al-Amali fi Athar al-Sahabah, Kairo: Maktabah al-Quran, tth.

Zuhri (al), Muhammad ibn Sa’d ibn Mani’, Al-Tabaqat al-Kubra, Juz 8, Kairo: Maktabah al-Khanji, 2001.


[1] Asma’ Ibrahim Su’ud ‘Ajin, Manhaj al-Hafiz Abd al-Razzaq fi Musannifihi (Kairo: Al-Maktabah al-Islamiyyah, 2008), 19.

[2] Abd al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani, Tafsir Abd al-Razzaq (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999), 19

[3] Ibid, 19-20.

[4] Muhammad ibn Sa’d ibn Mani’ al-Zuhri, Al-Tabaqat al-Kubra, Juz 8 (Kairo: Maktabah al-Khanji, 2001), 108. Lihat juga Asma’, Manhaj al-Hafiz, 19.

[5] Abd al-Razzaq, Tafsir Abd al-Razzaq, 20

[6] Abd al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani, Al-Amali fi Athar al-Sahabah (Kairo: Maktabah al-Quran, tth), 6.

[7] Hashim ibn Muhammad ibn Ahmad Banani, “Zawaid al-Musannaf al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani ‘ala al-Kutub al-Sittah min Al-Ahadith al-Marfu’ah min Awwal al-Musannaf ila nihayah kitab al-Manasik” (Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H), 17-18.

[8] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 44.

[9] Abd al-Razzaq, Tafsir Abd al-Razzaq, 50-51.

[10] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 52-54.

[11] Ibid, 57-59

[12] Abd al-Rahman ibn Ahmad ibn Abd al-Rahman al-Khuraisi, “Zawaid al-Musannaf al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani ‘ala al-Kutub al-Sittah min Al-Ahadith al-Marfu’ah min Awwal Kitab al-Jihad hatta Nihayah al-Kitab” (Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H), 25.  

[13] Hashim ibn Muhammad, Zawaid, 24.

[14] Ibid

[15] Abd al-Rahman, Zawaid, 28.

[16] Hashim ibn Muhammad, Zawaid, 20.

[17] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 80.

[18] Ibid 79.

[19] Abd al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani, Al-Musannaf , Juz 11 (Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1983), 223-224.

[20] Muhammad Abu al-Laits al-Khaira Abadi, Takhrij al-Hadith Nashatuhu wa Manhajiyyatuhu (Malaysia: Dar al-Syakir, 2011), 134.

[21] Ibid, 134-135.

[22] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 108.

[23] Ibid

[24] Hashim ibn Muhammad, Zawaid, 28-29.

[25] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009), 65.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...