BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belalang
Sejak masa sahabat sampai masa tabi’in
kemurnian hadis terus tetap dijaga. Para ulama terus mengembangkan metode ilmu
hadis guna menjaga kemurnian dan kelestarian hadis. Dan akhirnya, tersusunlah
beberapa kitab hadis meskipun dengan sistem penulisan yang belum bagus.
Salah sau kitab yang lahir pada awal
abad kedua hijriyah adalah kitab “Al-Mushannaf” karangan Abd
al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani. Makalah ini mencoba untuk membahas tentang
kitab tersebut sekaligus tentang sang pengarang.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini
adalah:
1.
Apa yang
diketahui tentang Abd al-Razzaq?
2.
Apa yang
diketahui tentang kitab “Al-Mushannaf”?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
tentang Abd al-Razzaq
2.
Mengetahui
tentang “Al-Mushannaf”
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI
ABD AL-RAZZAQ
1.
Nama
Lengkap
Nama lengkap beliau adalah Abd al-Razzaq
ibn Hammam ibn Nafi’ Abu Bakr al-Humairi al-San’ani. Beliau lahir pada
tahun 126 H. pada masa akhir Bani Umayyah, tepatnya pada masa pemerintahan
Khalifah Walid ibn Yazid ibn Abd Malik yang diangkat menjadi khalifah
pada tahun 125 H.[1]
Abu Bakr adalah “kun-yah” untuk
Abd al-Razzaq, sedangkan Kata “al-San’ani” merupakan nisbat untuk
sebuah kota yang terletak di negara Yaman.[2]
Adapun “al-Humairi” merupakan
nisbat kepada Humair, sebuah kabilah terpandang di Yaman. Rata-rata para
ulama menisbatkan Abd al-Razzaq kepada“al-Humairi” dengan nisbat al-Wala’
(الولاء) dengan sebutan “مولى
حمير”,
“مولى لحمير”, dan “الحميري مولاهم”.[3]
Beliau wafat pada pertengahan bulan
syawal 211 H. pada usia 85 tahun pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun.[4]
2.
Keilmuan
Abd al-Razzaq
Abd al-Razzaq
tumbuh berkembang dalam lingkungan yang penuh dengan semangat keilmuan.
Ayahnya, Hammam, dan kakeknya, Nafi’, merupkan seorang
ulama yang terkenal dan termasuk dalam deretan perawi hadis. Maka tidak salah
kalau Al-Hakim mengatakan, sebagaimana dinukil oleh Dr. Mahmud
Muhammad Abduh dalam pengantarnya, bahwa Abd al-Razzaq,
ayahnya serta kakeknya adalah orang yang thiqah.[5]
Tentu saja, kondisi yang demikian
sangat mendukung bagi Abd
al-Razzaq untuk
terus semangat dalam mencari ilmu, maka beliau pun memulai perjalanannya untuk
mencari ilmu, dimulai dari belajar di negeri sendiri, kemudian dilanjutkan ke
hijaz, Syam, dan Iraq. Dalam perjalanannya menuntut ilmu, Abd
al-Razzaq telah banyak berjumpa dan belajar
kepada ulama-ulama besar.[6] Beliau
memulai melakukan rihlah (perjalanan) untuk menuntut ilmu pada usia 20
tahun, dan ada yang berpendapat pada usia 18 tahun.[7] Berikut
adalah contoh beberapa guru dan murid dari Abd al-Razzaq
a.
Guru-Guru
Abd al-Razzaq
Di antara Guru-guru Abd al-Razzaq adalah:
1)
Ma’mar ibn
Rashid (w. 153 H). Beliau adalah guru utama
dari Abd al-Razzaq. Ia berguru kepadanya selama kurang lebih delapan
tahun. Dan ia mencatat darinya sekitar sepuluh ribu Hadis.[8]
2)
Sufyan al-Thauri
(w. 161 H). Seorang ulama terkemuka dalam bidang
hadis dan juga guru dari Abdullah ibn al-Mubarak. Beliau digelari Amir
al-Mu’minin dalam bidang hadis.[9]
3)
Sufyan ibn
‘Uyainah (w. 198 H). Ulama terkenal dalam
bidang hadis dan fikih. Imam al-Shafi’i berkata sebagaimana dinukil oleh
Asma’ Ibrahim :
“Seandainya tidak ada Malik dan Sufyan, niscaya ilmu Hijaz akan
lenyap.[10]
Serta masih banyak lagi selain yang
tiga di atas, seperti Malik ibn Anas, Ja’far ibn Sulaiman al-Dabghi, Abd
al-Rahman ibn ‘Amr al-Auza’i, Fudail ibn ‘Iyyad, dan lain sebagainya.[11]
b.
Murid-Murid
Abd al-Razzaq
Berikut
adalah beberapa murid Abd al-Razzaq :[12]
1)
Ahmad ibn Hanbal.
2)
Yahya ibn Ma’in.
3)
Sufyan ibn
‘Uyainah
4)
Ishaq ibn Rahawaih
5)
Muhammad ibn Aban al-Balkhi
c.
Karya-karya
Abd al-Razzaq
Beberapa diantara karya-karya Abd
al-Razzaq selain Al-Mushannaf adalah:[13]
·
Tafsir al-Quran
al-Karim
·
Al-Amali fi Athar al-Sahabah
·
Tazkiyah
al-Arwah ‘an Mawaqi’ al-Aflah
·
Al-Maghazi
·
Al-Sunan fi
al-Fiqh
3.
Pendapat
Ulama tentang Abd al-Razzaq
Abd al-Razzaq merupakan
salah satu ahli hadis terkemuka di zamannya. Banyak sekali ulama yang mengakui
akan kedudukan ilmunya. Berikut adalah sebagian pendapat dan pengakuan ulama
terhadap beliau yang dinukil oleh Majdi al-Sayyid Ibrahim dalam
pengantarnya terhadap kitab Amali:
§
Al-dhahabi:
Abd al-Razzaq adalah seorang ulama besar dan seorang hafiz, thiqah,
Shaikh al-Islam.
§
Ibn al-‘Imad
al-Hanbali: Abd al-Razzaq adalah orang yang
sangat alim, mempunyai banyak karangan.
§
Ibn Hajar
al-‘Asqalani: Abd al-Razzaq adalah orang
yang thiqah, hadi-hadisnya juga terdapat dalam al-Kutub al-Sittah,
namun mengalami kebutaan di akhir hayatnya.
4.
Kontroversi
Seputar Aqidah Abd al-Razzaq
Ada sebagian Ulama yang menuduh beliau
sebagai pendukung mazhab syiah. Al-Dhahabi sebagaimana disebutkan oleh Hashim dalam disertasinya
memberikan keterangan bahwa Abd al-Razzaq adalah
penganut syiah (Shi’i).[14]
Salah satu faktor yang membuat beliau
dituduh menganut paham syiah adalah karena beliau banyak meriwayatkan hadis
tentang keutamaan ahlul bait, dimana para ulama yang thiqah banyak yang
tidak setuju akan riwayat tersebut.[15]
Hashim
ibn Muhammad meyebutkan dalam disertasinya bahwa aqidah Abd
al-Razzaq adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, hanya
saja beliau lebih mengutamakan sayyidina Ali dari pada Abu Bakar dan Umar al-Khattab,
namun tidak sampai batas yang berlebih-lebihan. Hal ini bisa dilihat dari
perkataan Abd al-Razzaq sendiri: “aku lebih mengutamakan Abu Bakar dan Umar al-Khattab
karena Ali lebih mengutamakan mereka berdua atas dirinya sendiri.[16]
Meskipun demikian, menurut Ibn ‘Adi sebenarnya
Abd al-Razzaq tidaklah berlebih-lebihan dalam “tashayyu’”, hanya saja
beliau mencintai Ali dan membenci orang yang membunuhnya.[17] Bahkan
dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa beliau pernah berkata sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Dhahabi dan dinukil oleh Asma’ dalam
kitabnya bahwa syiah rafidah adalah kafir.[18]
Disamping itu, beliau dalam musannaf-nya
meriwayatkan hadis-hadis tentang keutamaan para sahabat termasuk Abu Bakr dan Umar. Seperti hadis di bawah
ini:
أخبرنا عبد الرزاق عن
معمر عن الزهري عن ابن المسيب قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم : بينا أنا نائم رأيت أني في الجنة
فإذا أنا بامرأة توضأ في قصرها ، فقلت : لمن هذا ؟ فقالوا : لعمر ، فذكرت غيرته
فوليت مدبرا ، فبكى عمر حين سمع ذلك ، وقال : أو عليك أغار يا [19]رسول
الله !
Telah mengabarkan kepada kami, Abd
al-Razzaq dari Ma’mar dari al-Zuhri dari Ibn al-Musayyab, ia berkata: bahwa
Rasululah bersabda: “diwaktu aku tidur, aku bermimpi melihat surga, kemudian
ada seorang perempuan yang sedang berwudu’ di istananya, maka aku bertanya
(kepadanya): untuk siapa (istana) ini?, maka mereka (ahli surga) menjawab:
untuk Umar. Maka kemudian (perempuan tersebut) menceritakan tentang cemburunya
Umar, maka aku berpaling darinya. Umar pun menangis mendengar hal itu dan
berkata: apakah kepada engkau aku cemburu wahai Rasulullah!.
B.
MENGENAL
KITAB MUSHANNAF ABD AL-RAZZAQ
1.
Nama
Dan Latar Belakang Penyusunan
Nama dari kitab Abd al-Razzaq adalah
“Al-Mushannaf”. Sedangkan yang dimaksud dengan Al-Mushannaf adalah
kitab induk yang berisi hadis-hadis yang marfu’, mauquf, dan maqtu’ yang
terdiri dari hadis-hadis fiqh dan ahkam.[20]
Berdasarkan definisi di atas, maka
sebenarya antara musannaf dan muwatta’ adalah sama, hanya berbeda
nama. Berbeda dengan al-Sunan, dimana kalau al-Sunan hanya berisi
hadis-hadis yang marfu’, sedangkan musannaf berisi hadis-hadis
marfu’, mauquf, dan maqtu’.[21]
Untuk
mengetahui latar belakang penyusunan kitab “Al-Mushannaf” oleh Abd
al-Razzaq, sebenarnya bisa diketahui melalui membaca Muqaddimah sang
penyusun, namun sayang manuskrip yang memuat Muqaddimah kitab “Al-Mushannaf” tidak ditemukan. Namun jika melihat masa
dimana sang penyususn hidup, maka setidaknya bisa diketahui bahwa tujuan dari
penulisan “Al-Mushannaf” pada dasarnya
adalah sama dengan tujuan asal pengumpulan penulisan hadis, yaitu untuk menjaga
kelestarian hadis, kemudian meyusunnya sesuai dengan tema tertentu agar lebih
mudah dipelajari.[22]
Menurut pendapat yang paling kuat,
bahwa kitab “Al-Mushannaf” disusun pada waktu Abd al-Razzaq sudah
menetap di Yaman dan sudah berhenti dari melakukan perjalanan menuntut ilmu,
tepatnya sebelum tahun 200 H. karena menurut fakta sejarah, Abd al-Razzaq melakukan
perjalanan terakhirnya pada tahun 170 H. dimana tempat terakhir yang beliau
datangi adalah Mekkah dan setelah itu, beliau langsung
kembali ke Yaman dan menetap di sana.[23]
Dalam menyusun kitab “Al-Mushannaf”,
sang pengarang, Abd al-Razzaq, menyusun sesuai dengan urutan bab fiqih
dan diakhiri dengan sebuah kitab yang diberi judul “Kitab al-Jami’” yang
berisi hadis-hadis yang diriwayatkan oleh pengarang dari gurunya, Ma’mar ibn
Rashid. Berikut tabel
penyusunan kitab “Al-Mushannaf” sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh
Hashim ibn
Muhammad ibn Ahmad Banani:[24]
NO |
NAMA
KITAB |
JUMLAH
BAB |
JUMLAH
HADIS |
1 |
كتاب الطّهَارةِ |
136 |
1148 |
2 |
كِتَابُ الْحَيْضِ |
25 |
215 |
3 |
كِتَابُ الصَّلَاةِ |
362 |
261 |
4 |
كِتَابُ الْجُمُعَةِ |
56 |
455 |
5 |
كِتَابُ صَلَاةِ
الْعِيدَيْنِ |
33 |
261 |
6 |
كتاب فضائل القرآن |
9 |
182 |
7 |
كِتَابُ الْجَنَائِزِ |
92 |
751 |
8 |
كِتَابُ الزَّكَاةِ |
59 |
498 |
9 |
كِتَابُ الصِّيَامِ |
64 |
663 |
10 |
كِتَابُ الْعَقِيقَةِ |
5 |
50 |
11 |
كِتَابُ الِاعْتِكَافِ |
16 |
115 |
12 |
كِتَابُ الْمَنَاسِكِ |
39 |
1183 |
13 |
كِتَابُ الْجِهَادِ |
57 |
447 |
14 |
كِتَابُ الْمَغَازِي |
45 |
67 |
15 |
كِتَابُ أَهْلِ
الْكِتَابِ |
74 |
426 |
16 |
كِتَابُ النِّكَاحِ |
5 |
50 |
17 |
كِتَابُ الطَّلَاقِ |
403 |
7144 |
18 |
كِتَابُ الْبُيُوعِ |
183 |
1306 |
19 |
كِتَابُ الشَّهَادَاتِ |
26 |
210 |
20 |
كِتَابٌ الْمُكَاتَبِ |
20 |
241 |
21 |
كِتَابٌ الْأَيْمَانُ
وَالنُّذُورُ |
26 |
321 |
22 |
كِتَابُ الْوَلَاءِ |
18 |
181 |
23 |
كِتَابُ الْوَصَايَا |
20 |
200 |
24 |
كِتَابُ الْمَوَاهِبِ |
5 |
53 |
25 |
كِتَابُ الصَّدَقَةِ |
7 |
79 |
26 |
كِتَابُ الْمُدَبَّرِ |
16 |
273 |
27 |
كِتَابُ الْأَشْرِبَةِ |
22 |
249 |
28 |
كِتَابُ الْعُقُولِ (الديات) |
174 |
207 |
29 |
كِتَابُ اللُّقَطَةِ |
38 |
405 |
30 |
كِتَابُ الْفَرَائِضِ |
12 |
207 |
31 |
كِتَابُ أَهْلِ
الْكِتَابَيْنِ |
32 |
210 |
32 |
كتاب الجامع (جامع معمر بن راشد) |
284 |
6615 |
2.
Pendapat
ulama tentang kitab “Al-Mushannaf”
Menurut
Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, sistem penyusunan
kitab “Al-Mushannaf”
sangatlah bagus, sehingga menjadi contoh bagi ulama sesudahnya seperti Al-Bukhari
dan Muslim. Disamping itu dalam “Al-Mushannaf” banyak
dijumpai zawaid, yaitu hadi-hadis yang merupakan tambahan bagi al-Kutub
al-Sittah. [25]
3.
Beberapa
Kitab yang berkenaan dengan kitab “Al-Mushannaf”
Tidak banyak kitab-kitab yang berkenaan
dengan kitab “Al-Mushannaf”
baik berupa Sharh, Takhrij dan lain sebagainya. Hanya beberapa
kitab yang panulis bisa himpun yang berhubungan langsung dengan kitab
“Al-Mushannaf”. diantara
kitab-kitab tersebut ada yang dijadikan rujukan dalam penulisan makalah ini.
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:
- MENGKAJI HADIS MISOGINIS
- KAJIAN TAFSIR AL-MARAGHI
- SUNAN AL-DARIMI
- SUNAN AL-BAIHAQI
- SUNAN IBN MAJAH
- MUSHANNAF ABD AL-RAZZAQ
- PERKEMBNGAN HADIS ABAD VII HIJRIYAH SAMPAI SEKARANG
- SEJARAH PENYUSUNAN KITAB SUNAN AL-NASAI
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pemaparan
makalah di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagaimana berikut:
ü Abd al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani,
pengarang kitab Al-Mushannaf yang lahir di Yaman adalah seorang ulama
besar dan ahli hadis terkemuka, pengarang beberapa kitab dalam berbagai bidang seperti
hadis, tafsir dan fiqih. Dan hidup pada dua masa kepemimpinan khilafah
islamiyah, Umayyah dan Abbasiyah.
ü Meskipun beliau diuduh menganut paham
syiah, namun sebenarnya beliau hanya mencintai Ali dan membenci pembunuhnya,
tanpa mengesampingkan penghormatan terhadap para sahabat yang lain.
ü Kitabnya, Al-Mushannaf adalah
merupakan kitab Musannaf yang paling terkenal terbesar. Penyusunannya
berdasarkan bab fikih, di dalamnya terkumpul hadis-hadis dengan kualitas yang
berbeda-beda, ada yang Sahih, Hasan dan Daif.
DAFTAR PUSTAKA
‘Ajin, Asma’ Ibrahim Su’ud, Manhaj al-Hafiz Abd
al-Razzaq fi Musannifihi, Kairo: Al-Maktabah al-Islamiyyah, 2008
Banani, Hashim ibn Muhammad ibn Ahmad, “Zawaid Al-Mushannaf
al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani ‘ala al-Kutub al-Sittah min Al-Ahadith
al-Marfu’ah min Awwal Al-Mushannaf ila nihayah kitab al-Manasik”.
Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H.
Ghauri (al), Sayyid
‘Abd al-Majid, al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith, Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009.
Khaira Abadi (al), Muhammad Abu al-Laits, Takhrij
al-Hadith Nashatuhu wa Manhajiyyatuhu, Malaysia: Dar al-Syakir, 2011.
Khuraisi (al), Abd al-Rahman ibn Ahmad ibn Abd
al-Rahman, “Zawaid Al-Mushannaf al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani ‘ala
al-Kutub al-Sittah min Al-Ahadith al-Marfu’ah min Awwal Kitab al-Jihad hatta
Nihayah al-Kitab”. Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H.
San’ani (al), Abd al-Razzaq ibn Hammam, Al-Musannaf
,Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1983.
__________. Tafsir Abd al-Razzaq, Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999.
__________. Al-Amali fi Athar al-Sahabah,
Kairo: Maktabah al-Quran, tth.
Zuhri (al), Muhammad ibn Sa’d ibn Mani’, Al-Tabaqat al-Kubra, Juz 8, Kairo: Maktabah al-Khanji, 2001.
[1] Asma’ Ibrahim Su’ud ‘Ajin, Manhaj
al-Hafiz Abd al-Razzaq fi Musannifihi (Kairo: Al-Maktabah al-Islamiyyah,
2008), 19.
[2] Abd al-Razzaq ibn Hammam
al-San’ani, Tafsir Abd al-Razzaq (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1999), 19
[3] Ibid, 19-20.
[4] Muhammad ibn Sa’d ibn Mani’
al-Zuhri, Al-Tabaqat al-Kubra, Juz 8 (Kairo: Maktabah al-Khanji,
2001), 108. Lihat juga Asma’, Manhaj al-Hafiz, 19.
[5] Abd al-Razzaq, Tafsir Abd
al-Razzaq, 20
[6] Abd al-Razzaq ibn Hammam
al-San’ani, Al-Amali fi Athar al-Sahabah (Kairo: Maktabah al-Quran,
tth), 6.
[7] Hashim ibn Muhammad ibn Ahmad
Banani, “Zawaid al-Musannaf al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani ‘ala al-Kutub
al-Sittah min Al-Ahadith al-Marfu’ah min Awwal al-Musannaf ila nihayah kitab
al-Manasik” (Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H), 17-18.
[8] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 44.
[9] Abd al-Razzaq, Tafsir Abd
al-Razzaq, 50-51.
[10] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 52-54.
[11] Ibid, 57-59
[12] Abd al-Rahman ibn Ahmad ibn Abd
al-Rahman al-Khuraisi, “Zawaid al-Musannaf al-Imam Abd al-Razzaq al-San’ani
‘ala al-Kutub al-Sittah min Al-Ahadith al-Marfu’ah min Awwal Kitab al-Jihad
hatta Nihayah al-Kitab” (Disertasi—Jami’ah Umm al-Qura, Arab Saudi, 1419 H),
25.
[13] Hashim ibn Muhammad, Zawaid, 24.
[14] Ibid
[15] Abd al-Rahman, Zawaid, 28.
[16] Hashim ibn Muhammad, Zawaid, 20.
[17] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 80.
[18] Ibid 79.
[19] Abd al-Razzaq ibn Hammam al-San’ani, Al-Musannaf , Juz 11 (Beirut: Al-Maktab al-Islami, 1983), 223-224.
[20]
Muhammad Abu al-Laits
al-Khaira Abadi, Takhrij al-Hadith Nashatuhu wa Manhajiyyatuhu (Malaysia:
Dar al-Syakir, 2011), 134.
[21] Ibid, 134-135.
[22] Asma’, Manhaj al-Hafiz, 108.
[23] Ibid
[24] Hashim ibn Muhammad, Zawaid, 28-29.
[25] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009), 65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar