BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Masuknya
Islam ke India
India
yang terkenal dengan kebudayaan Islamnya di Awal Periode Islam karena para
sahabat telah mengerahkan perjuangannya baik secara individu ataupun kelompok
untuk menyebarkan dakwah Islam di seluruh penjuru dunia, sehingga sampailah
dakwah Islam ke Negara India atas perantara pedagang Arab di Pinggiran India
Barat dan Utara dan berkat para pejuang periode pertama dari Arab yang
mengantarkan India sampai pada batasan wilayah Punjab dan Balujistan dan Gujrat
serta Maharashtra, karena para Pedagang Arab dan Pelautnya mengelilingi
pinggiran Negara India Barat dan Pulau Sarondib sebelum Islam datang sehingga
mereka sampai di Pinggiran India Timur.[1]
Maka
tersebarlah Islam di Kawasan-kawasan ini atas peran para Pedagang Muslim
seperti yang disampaikan dr. Tarachan: “Orang-orang Muslim menjadi tiga tempat
tinggal di Pinggiran India Utara dan di Silan,
Rowlandson berkata; “Sesungguhnya Orang-orang Muslim Arab mereka adalah
pertama kali yang menetap di Pinggiran Malabar
di Akhir Abad ke-7.[2]
Diantara
para Pedagang Arab yang menempati Malabar pertama kali adalah Malik bin Dinar,
Sharof bin Malik dan Malik bin Habib dan lain-lain. Mereka menempati kota
Kodungallor dan membangun Masjid disana. Lalu tampaklah di Kawasan Kollam,
Mangalor, Kankarput dan lainnya dengan cahaya-cahaya keislaman yang diperkuat
dengan banyaknya Masjid di tempat itu.[3]
Diantara
hal yang paling penting dalam menunjukkan keberadaaan orang-orang Islam di
Negara India Utara di awal munculnya Islam adalah uang Arab yang terpendam yang
ditemukan di kota Malabar di atasnya terukir angka tahun 571 H (690 M)., juga
kuburan yang ada di Kollam yang tertulis nama yang dikubur pada tahun 166 H
(782 M).[4]
Pada
masa Khalifah yang ke-II Umar ibn Khottob ra. (523 H/ 644 M) Orang-orang Islam
memulai peperangannya di Wilayah Sanad dan Balujistan, Gujrat dan Maharashtra,
‘Umar mengutus ‘Uthman ibn Ubay al-‘As al-Thaqofi-Pemimpin Bahrain dan ‘Aman-
tentara pertama kali ke Thana di wilayah Maharashtra kemudian ke Baroch di wilayah
Sanad di bawah bendera saudaranya yakni al-Hakam bin Ubay al-‘As al-Thaqofi,
mereka berhasil menaklukkan dan menduduki wilayah Wich di pinggiran Gujrat.
Umar juga mengirimkan orang-orang Islam untuk berperang di bawah bendera saudaranya
yang kedua yaitu al Mughirah bin Ubay al-‘As al-Thaqofi ke Dibil dan Karachi.[5]
Umat Islam terus berperang di masa kholifah yang ke-III dan ke-IV yakni ‘Uthman bin ‘Affan (535 H/ 656 M) dan ‘Ali bin Abi Talib (540 H/ 661 M) seperti yang terjadi di masa khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan akan tetapi mereka belum bisa melewati batasan Sanad, Balujistan, Gujrat dan Maharashtra, Kami menemukan dalam sejarah baberapa nama sahabat yang berperang dan datang ke India pada Abad Hijriyah Pertama, antara lain[6];
- Uthman bin Ubay al-‘As al-Thaqofi yang berperang tiga kali di India dan panglima perang pertama di India pada masa ‘Umar bin Khattab.
- Al-Mughirah bin Ubay al-‘As al-Thaqofi yang diarahkan oleh saudaranya Uthman bin Ubay al-‘As al-Thaqofi ke wilayah Dibil sampai bertemu musuhnya disana dan menang di dalam peperangan itu.
- Al-Hakam bin Ubay al-‘As al-Thaqofi yang berperang di Thana, Baroch, Dibil, Makran dan sekitarnya.
- Al-Robi’ bin Ziyad al-Harithi al-Madhhaji yang berperang di Makran.
- ‘Umair bin ‘Uthman yang pernah menjadi pemimpin pada masa Khalifah ‘Uthman bin ‘Affan.[7]
- Dan masih banyak yang lainnya.
Akan
tetapi meraka tidak bebas dalam penjara tersebut sampai Muhammad bin ‘Uthman al-Thaqofi
memimpin di masa Dinasti ‘Umayyah yaitu al-Walid bin Abd al-Malik dan Muhammad
bin al-Qasim al-Thaqofi dengan tentaranya pelan-pelan menuju wilayah Sanad dan
Punjab di tahun 593 H/ 712 M kemudian mereka menaklukkan beberapa wilayah di
Sanad dan Punjab bagian barat, lalu mendirikan dasar-dasar agama Islam Arab
yang masih tetap berkembang sampai di Akhir Abad ke-IV Hijriyah, dan kota Multan
(di wilayah Punjab tepatnya sekarang di Pakistan) menjadi ibukaota pertama bagi
orang Arab di India.[8]
Muhammad
bin al-Qasim terus-,menerus menggencarkan peperangan sampai pada akhirnya raja ‘Umawi
Sulaiman bin Abd al-Malik melengserkannya kemudian membunuhnya. Dan dengan
kejadian itu penaklukan yang dilakukan orang Islam di Tanah India mulai
berjhenti, setelah kematian Muhammad bin al-Qasim kepemimpinan orang Islam di India
diambil alih oleh Dawud bin Nasr al- Nu’mani akan tetapi para pemimpin-pemimpin
Dinasti ‘Umayyah dan ‘Abbasiayh selalu memberiakan batasan kepadanya sepanjang
tahun sampai terjadilah perpecahan di kalangan orang Arab dan munculnya
perbedaa-perbedaan dan perseteruan diantara mereaka yang menyebabkan banyakmya
Negara-negara kecil yang muncul disana diantaranya Multan, Mansurah, Dibil,
Sindan, Qasdar dan Qandabil sampai mencullah fitnah dari dalam orang Arab
sendiri yang bernama Fitnah al-Batiniyyah al-Isma’iliyah di akhir ke-IV Abad Hijriyah.[9]
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;
- PERKEMBANGAN HADIS PADA KE IV HIJRIYAH
- SUNAN ABU DAWUD
- PEMBUKUAN HADIS
- SEJARAH PENYUSUNAN KITAB SAHIH BUKHARI
- PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA SAHABAT KECIL DAN TABI‘IN BESAR (40 H-AKHIR ABAD 1 H)
- SEJARAH PENYUSUNAN MUSNAD AHMAD BIN HANBAL
- PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
B.
Kajian
Hadis di India
Pada Abad ke-III terakhir kita melihat
di Sanad, Punjab, Balujistan, Gujrat, Maharashtra kegiatan–kegiatan yang
mementingkan penyebaran hadis Nabi, karena banyaknya para tabi’in dan pengikut
tabiin yang sampai pada wilayah ini sebagaimana banyaknya oarang-orang India
yang pergi ke Negara-negara Islam untuk belajar Ilmu Hadis dan Sunnah.[10]
Dan penduduk Sanad
pada Abad ini mereka penduduk yang agamis yang banyak suka beribadah senang
pada ulama hadis, mengkikuti jejak lampahnya ulama hadis dan menjauhi fanatisme
kepedulian meraka pada bidang hadis dan dakwah lebih banyak daripada yang lain
akan tetapi sayangnya dalam sejarah kita tidak menemukan kitab-kitab hadis ynag dipelajarinya kita hanya memukan
perkataan Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad al-Muqaddasi seorang Musafir Arab yang
menjelaskan tentang bukti-bukti atas apa yang kita temukan mengenai kondisi
keagamaan di India. Abi Abdillah Muhammad al-Muqaddasi mendatangi India pada
tahun 375 H sebelum memerangi Sultan Mahmud pada tahun 421 H. Dia berkata:
“Kebanyakan orang Sanad adalah Ahli Hadis dan saya melihat seorang Qadi yakni Aba
Muhammad al-Manshuri yang mengajar dan mempunyai karangan telah mengarang dan
mempunyai kitab yang banyak, dan tidak ada satu tempatpun yang sepi dari
ulama-ulama Fiqih yang bermadhhab Abu Hanifah bukan Malikiyah juga bukan Mu’tazilah
dan tidak mengamalkan fiqihnya Hambali, mereka berada di jalan yang lurus dan
madhhab yang terpuji. Allah memberikan anugerah kepada mereka terlepas dari sifat
berlebih-lebihan fanatisme dan fitnah.[11]
Al-Muqaddaasi menemukan
kota al-Manshurah di wilayah Sanad yang rame dengan Ahli Ilmu, ketika mengunjunginya
dia berkata: “Ilmu dan Ahli Ilmu begitu banyak”.[12]
Kita menemukan dalam sejarah kebanyakan para ulama hadis bukan dari sahabat, sedangkan mereka yang terkenal di India dengan ilmu hadisnya sampai pada kurun ke-IV H banyak sekali, disini kami menyebutkan nama-nama sebagian mereka, diantaranya[13];
Sinan bin Salamah al-Hadhali (wafat 90 H/ 709 M) dilahirkan pada hari penaklukan Mekkah lalu Rasulullah SAW. memberikan nama padanya Sinanan dan dia memimpin India pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Yazid bin Abi Kabashah al-Saksaki al-Dimasqi (w. 97 H/ 715 M) seorang tabiin dan muhaddith yang meriwayatkan darinya Imam Bukhari dalam kitab sahihnya dan Imam Muhammad al-Shaibani dalam kitab al-Athar juga Imam al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak.
Musa bin Ya’qub al-Thaqofi (w. 100 H/ 718 M)) seorang tabiin dan muhaddith yang dijadikan Hakim oleh Muhammad bin al-Qasim di kota Alur.
Amar bin Muslim al-Bahili (w. 123 H/ 740 M) seorang tabiin dan muhaddith banyak ulama yang memberikan hadis darinya dan menjadi hakim oleh Umar bin Abdul Aziz di wilayah Sanad dan sekitarnya yakni di wilayah Punjab pada tahun 100 H/ 718 M. Dia seorang ulama yang mengajak raja-raja India dan masyarakatnya untuk masuk Islam dengan perintah kholifah sehingga sebagian dari mereka menerimanya.
Al-Robi’ bin Sabih al-Sa’udi al-Bisri al-Sanadi (w. 160 H/ 775 M) ialah pengikut tabiin dan ulama hadis terkenal yang telah melakukan pembukuan hadis, diceritakan bahwa dia adalah orang yang pertama kali yang mengarang dan memberi bab-bab di dalam Islam, hal itu disebutkan oleh para sejarawan dan para pakar peneliti hadis juga para penerjemah.
Abu Ma’shar Najih bin Abd al-Rahman al-Sanadi (w. 170 H/ 786 M) sorang muhaddith dan pemilik kitab al-Maghazi, dia menyampaikan hadis dari riwayat Said al-Musayyab, Muhammad bin Ka’ab al-Qorzi, Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqbari, Abi Burdah bin Abi Musa, Isa bin ‘Urwah, Musa bin Yasar dan lain-lain. Yang meriwayatkan darinya putranya Muhammad bin Najih dan al-Thauri, al-Laith bin Sa’ad, Abdullah bin Idris dan al Waqidi, selain itu Imam Nasa’i menjadikan hadis-hadisnya sebagai hujjah sekalipun Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak pernah mengkritisi hadisnya. Imam Ahmad bin Ahmad bin Hambal berkata: “Abu Mahshar Najih adalah orang yang paham betul dengan kitab al-Maghazi akan tetapi dia tidak memetapkan isnad.[14]
Mereka semua adalah kelompok
pertama dari para muhaddith di India, lalu setelah itu mereka muncullah
para muhaddith yang lain, diantaranya:
1.
Abu
al-Qasim Su’aid bin Muhammad al-Tibani yang dikenal dengan julukan Abi Qat’ah
al-Tibany (w. 315 H/ 927 M), dia seorang muhaddith yang berpindah ke
Mesir, Asbihan, dan Damaskus.
2.
Abu
Ja’far Muhammad bin Ibrahim al-Dibili al Sanadi (w. 322 H/ 934 M), dia seorang muhaddith
yang mashur yang mengarang kitab secara urut dan teratur mengenai surat-surat
Nabi SAW.
3.
Ahmad
bin Abdullah al-Dibili (w. 343 H/ 954 M) diantara muhaddithin yang
mashur yang pernah didengar oleh al-Imam Hakim.
4.
Ibrahim
bin Muhammad al-Dibili (w. 345 H/ 956 M), dia seorang muhaddith putra
dari Ibn Abi Ja’far Muhammad bin Ibrahim al-Dibili al-Sanadi (w. 322 H/ 934 M),
dia meriwayatkan hadis dari beberapa muhaddith di kota Mekkah dan
Baghdad.
5.
Ahmad
bin Muhammad yang dikenal dengan Abi al-Abbas al-Mansuri yang dikenal sebagai
Muhaddith dan paling banyak hadis yang diriwayatkan darinya selain itu dia
seorang Hakim dan mengarang beberapa kitab fikih diantaranya kitab al-Misbah
al-Kabir, kitab al-Hadi, kitab al-Munir. Imam Muqaddasi
menyebutnya di dalam kitab Ahsan al-Taqasim fi Ma’rifah al-Aqalim dengan
julukannya “Abu Muhammad”. Dia mengatakan ketika menjelaskan sanad: “Saya
melihat Hakim Abu Muhammad al-Mansuri itu seperti Imam Daud dalam madhabnya dan
dia memiliki karangan kitab yang begitu banyak dan bagus.
6.
Khalaf
bin Muhammad al-Dibili (w. 360 H/ 971 M), dia seorang muhaddith yang ada di
Baghdad yang meyampaikan hadis dari riwayat ‘Ali bin Musa al-Dibili dan
mengambil riwayat hadis darinya Abu al-Hasan Ahmad bin Muhammad al-Jundi.
7.
Ali
bin Musa al-Dibili al Baghdadi seorang muhaddith yang ada di Baghdad yang
menyampaikan hadis dari riwayat Ali bin Musa al-Dibili dan dia termasuk ke-IV
dari golongan 100 perawi hadis.
8. Fath bin Abd Allah al-Sanadi seorang muhaddith yang mendengarkan dari riwayat al-Hasan bin Sufyan dan lain-lainnya dan mengambil riwayat darinya beberapa ulama hadis.[15]
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;
- PANDANGAN IMAM SHAFI'I TERHADAP HADIS
- HADIS PADA MASA RASULULLAH
- IMAM MALIK IBN ANAS DAN KITAB AL-MUWATTA’
- SUNNAH ANTARA WAHYU ILAHI DAN IJTIHAD NABI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP TASYRI’
- PEMIKIRAN K. H. MUHAMMAD AHMAD SAHAL MAHFUZ AL-HAJINI TENTANG HADIS
- MUHAMMAD NASIR AL-DIN AL-ALBANI
- KAJIAN HADIS DI INDIA
- STUDI KRITIS PEMIKIRAN IBN HAJAR AL-‘ASQALANI DALAM KAJIAN ILMU HADIS
- IMAM NAWAWI
- HADIS DALAM PANDANGAN SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI
[1] Ambedkar, Influence
of Islam on Indian Culture, (India: The Indian Express, 1922) 32.
[2] Ibid., 34.
[3] Ibid.
[4] Ambedkar, Influence
of Islam on Indian Culture, 33.
[5] Muhammad Khalid
‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, (Tp: 2015), 2.
[6] Ibid.
[7]Abu
al-Ma’ali Atharu al-Mubarakburi, Rijal al-Sanad wa al-Hindi ila al-Qarni al-Sabi’,
(Makkah: Jariidah al-Nadawiyah al-Yaumiyah, 1978), 319.
[8] Muhammad Khalid
‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, 3.
[9] Ibid.
[10] Muhammad Khalid
‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, 3.
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Muhammad Khalid
‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, 4.
[14] Abu al-Ma’ali Atharu
al-Mubarakburi, Rijal al-Sanad wa al-Hindi ila al-Qarni al-Sabi’, 331.
[15] Abu al-Ma’ali Atharu
al-Mubarakburi, Rijal al-Sanad wa al-Hindi ila al-Qarni al-Sabi’, 481.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar