HOME

20 April, 2022

KAJIAN HADIS DI INDIA

 

BAB II

PEMBAHASAN

    A.    Masuknya Islam ke India

India yang terkenal dengan kebudayaan Islamnya di Awal Periode Islam karena para sahabat telah mengerahkan perjuangannya baik secara individu ataupun kelompok untuk menyebarkan dakwah Islam di seluruh penjuru dunia, sehingga sampailah dakwah Islam ke Negara India atas perantara pedagang Arab di Pinggiran India Barat dan Utara dan berkat para pejuang periode pertama dari Arab yang mengantarkan India sampai pada batasan wilayah Punjab dan Balujistan dan Gujrat serta Maharashtra, karena para Pedagang Arab dan Pelautnya mengelilingi pinggiran Negara India Barat dan Pulau Sarondib sebelum Islam datang sehingga mereka sampai  di Pinggiran India Timur.[1]

Maka tersebarlah Islam di Kawasan-kawasan ini atas peran para Pedagang Muslim seperti yang disampaikan dr. Tarachan: “Orang-orang Muslim menjadi tiga tempat tinggal di Pinggiran India Utara dan di Silan,  Rowlandson berkata; “Sesungguhnya Orang-orang Muslim Arab mereka adalah pertama kali yang menetap  di Pinggiran Malabar di Akhir Abad ke-7.[2]

Diantara para Pedagang Arab yang menempati Malabar pertama kali adalah Malik bin Dinar, Sharof bin Malik dan Malik bin Habib dan lain-lain. Mereka menempati kota Kodungallor dan membangun Masjid disana. Lalu tampaklah di Kawasan Kollam, Mangalor, Kankarput dan lainnya dengan cahaya-cahaya keislaman yang diperkuat dengan banyaknya Masjid di tempat itu.[3]

Diantara hal yang paling penting dalam menunjukkan keberadaaan orang-orang Islam di Negara India Utara di awal munculnya Islam adalah uang Arab yang terpendam yang ditemukan di kota Malabar di atasnya terukir angka tahun 571 H (690 M)., juga kuburan yang ada di Kollam yang tertulis nama yang dikubur pada tahun 166 H (782 M).[4]

Pada masa Khalifah yang ke-II Umar ibn Khottob ra. (523 H/ 644 M) Orang-orang Islam memulai peperangannya di Wilayah Sanad dan Balujistan, Gujrat dan Maharashtra, ‘Umar mengutus ‘Uthman ibn Ubay al-‘As al-Thaqofi-Pemimpin Bahrain dan ‘Aman- tentara pertama kali ke Thana di wilayah Maharashtra kemudian ke Baroch di wilayah Sanad di bawah bendera saudaranya yakni al-Hakam bin Ubay al-‘As al-Thaqofi, mereka berhasil menaklukkan dan menduduki wilayah Wich di pinggiran Gujrat. Umar juga mengirimkan orang-orang Islam untuk berperang di bawah bendera saudaranya yang kedua yaitu al Mughirah bin Ubay al-‘As al-Thaqofi ke Dibil dan Karachi.[5]

Umat Islam terus berperang di masa kholifah yang ke-III dan ke-IV yakni ‘Uthman bin ‘Affan (535 H/ 656 M) dan ‘Ali bin Abi Talib (540 H/ 661 M) seperti yang terjadi di masa khalifah Mu’awiyah bin Abi Sofyan akan tetapi mereka belum bisa melewati batasan Sanad, Balujistan, Gujrat dan Maharashtra, Kami menemukan dalam sejarah baberapa nama sahabat yang berperang dan datang ke India pada Abad Hijriyah Pertama, antara lain[6];

  1. Uthman bin Ubay al-‘As al-Thaqofi yang berperang tiga kali di India dan panglima perang pertama di India pada masa ‘Umar bin Khattab.
  2. Al-Mughirah bin Ubay al-‘As al-Thaqofi yang diarahkan oleh saudaranya Uthman bin Ubay al-‘As al-Thaqofi ke wilayah Dibil sampai bertemu musuhnya disana dan menang di dalam peperangan itu.
  3. Al-Hakam bin Ubay al-‘As al-Thaqofi yang berperang di Thana, Baroch, Dibil, Makran dan sekitarnya.
  4. Al-Robi’ bin Ziyad al-Harithi al-Madhhaji yang berperang di Makran.
  5. ‘Umair bin ‘Uthman yang pernah menjadi pemimpin pada masa Khalifah ‘Uthman bin ‘Affan.[7]
  6. Dan masih banyak yang lainnya.

Akan tetapi meraka tidak bebas dalam penjara tersebut sampai Muhammad bin ‘Uthman al-Thaqofi memimpin di masa Dinasti ‘Umayyah yaitu al-Walid bin Abd al-Malik dan Muhammad bin al-Qasim al-Thaqofi dengan tentaranya pelan-pelan menuju wilayah Sanad dan Punjab di tahun 593 H/ 712 M kemudian mereka menaklukkan beberapa wilayah di Sanad dan Punjab bagian barat, lalu mendirikan dasar-dasar agama Islam Arab yang masih tetap berkembang sampai di Akhir Abad ke-IV Hijriyah, dan kota Multan (di wilayah Punjab tepatnya sekarang di Pakistan) menjadi ibukaota pertama bagi orang Arab di India.[8]

Muhammad bin al-Qasim terus-,menerus menggencarkan peperangan sampai pada akhirnya raja ‘Umawi Sulaiman bin Abd al-Malik melengserkannya kemudian membunuhnya. Dan dengan kejadian itu penaklukan yang dilakukan orang Islam di Tanah India mulai berjhenti, setelah kematian Muhammad bin al-Qasim kepemimpinan orang Islam di India diambil alih oleh Dawud bin Nasr al- Nu’mani akan tetapi para pemimpin-pemimpin Dinasti ‘Umayyah dan ‘Abbasiayh selalu memberiakan batasan kepadanya sepanjang tahun sampai terjadilah perpecahan di kalangan orang Arab dan munculnya perbedaa-perbedaan dan perseteruan diantara mereaka yang menyebabkan banyakmya Negara-negara kecil yang muncul disana diantaranya Multan, Mansurah, Dibil, Sindan, Qasdar dan Qandabil sampai mencullah fitnah dari dalam orang Arab sendiri yang bernama Fitnah al-Batiniyyah al-Isma’iliyah di akhir ke-IV Abad Hijriyah.[9]

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;


    B.     Kajian Hadis di India

Pada Abad ke-III terakhir kita melihat di Sanad, Punjab, Balujistan, Gujrat, Maharashtra kegiatan–kegiatan yang mementingkan penyebaran hadis Nabi, karena banyaknya para tabi’in dan pengikut tabiin yang sampai pada wilayah ini sebagaimana banyaknya oarang-orang India yang pergi ke Negara-negara Islam untuk belajar Ilmu Hadis dan Sunnah.[10]

Dan penduduk Sanad pada Abad ini mereka penduduk yang agamis yang banyak suka beribadah senang pada ulama hadis, mengkikuti jejak lampahnya ulama hadis dan menjauhi fanatisme kepedulian meraka pada bidang hadis dan dakwah lebih banyak daripada yang lain akan tetapi sayangnya dalam sejarah kita tidak menemukan kitab-kitab hadis  ynag dipelajarinya kita hanya memukan perkataan Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad al-Muqaddasi seorang Musafir Arab yang menjelaskan tentang bukti-bukti atas apa yang kita temukan mengenai kondisi keagamaan di India. Abi Abdillah Muhammad al-Muqaddasi mendatangi India pada tahun 375 H sebelum memerangi Sultan Mahmud pada tahun 421 H. Dia berkata: “Kebanyakan orang Sanad adalah Ahli Hadis dan saya melihat seorang Qadi yakni Aba Muhammad al-Manshuri yang mengajar dan mempunyai karangan telah mengarang dan mempunyai kitab yang banyak, dan tidak ada satu tempatpun yang sepi dari ulama-ulama Fiqih yang bermadhhab Abu Hanifah bukan Malikiyah juga bukan Mu’tazilah dan tidak mengamalkan fiqihnya Hambali, mereka berada di jalan yang lurus dan madhhab yang terpuji. Allah memberikan anugerah kepada mereka terlepas dari sifat berlebih-lebihan fanatisme dan fitnah.[11]

Al-Muqaddaasi menemukan kota al-Manshurah di wilayah Sanad yang rame dengan Ahli Ilmu, ketika mengunjunginya dia berkata: “Ilmu dan Ahli Ilmu begitu  banyak”.[12]

Kita menemukan dalam sejarah kebanyakan para ulama hadis bukan dari sahabat, sedangkan mereka yang terkenal di India dengan ilmu hadisnya sampai pada kurun ke-IV H banyak sekali, disini kami menyebutkan nama-nama sebagian mereka, diantaranya[13];

Sinan bin Salamah al-Hadhali (wafat 90 H/ 709 M) dilahirkan pada hari penaklukan Mekkah lalu Rasulullah SAW. memberikan nama padanya Sinanan dan dia memimpin India pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan

Yazid bin Abi Kabashah al-Saksaki al-Dimasqi (w. 97 H/ 715 M) seorang tabiin dan muhaddith yang meriwayatkan darinya Imam Bukhari dalam kitab sahihnya dan Imam Muhammad al-Shaibani dalam kitab al-Athar juga Imam al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak.

Musa bin Ya’qub al-Thaqofi (w. 100 H/ 718 M)) seorang tabiin dan muhaddith yang dijadikan Hakim oleh Muhammad bin al-Qasim di kota Alur.

Amar bin Muslim al-Bahili (w. 123 H/ 740 M) seorang tabiin dan muhaddith banyak ulama yang memberikan hadis darinya dan menjadi hakim oleh Umar bin Abdul Aziz di wilayah Sanad dan sekitarnya yakni di wilayah Punjab pada tahun 100 H/ 718 M. Dia seorang ulama yang mengajak raja-raja India dan masyarakatnya untuk masuk Islam dengan perintah kholifah sehingga sebagian dari mereka menerimanya.

Al-Robi’ bin Sabih al-Sa’udi al-Bisri al-Sanadi (w. 160 H/ 775 M) ialah pengikut tabiin dan ulama hadis terkenal yang telah melakukan pembukuan hadis, diceritakan bahwa dia adalah orang yang pertama kali yang mengarang dan memberi bab-bab di dalam Islam, hal itu disebutkan oleh para sejarawan dan para pakar peneliti hadis juga para penerjemah.

Abu Ma’shar Najih bin Abd al-Rahman al-Sanadi (w. 170 H/ 786 M) sorang muhaddith dan pemilik kitab al-Maghazi, dia menyampaikan hadis dari riwayat Said al-Musayyab, Muhammad bin Ka’ab al-Qorzi, Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqbari, Abi Burdah bin Abi Musa, Isa bin ‘Urwah, Musa bin Yasar dan lain-lain. Yang meriwayatkan darinya putranya Muhammad bin Najih dan al-Thauri, al-Laith bin Sa’ad, Abdullah bin Idris dan al Waqidi, selain itu Imam Nasa’i menjadikan hadis-hadisnya sebagai hujjah sekalipun Imam Bukhari dan Imam Muslim tidak pernah mengkritisi hadisnya. Imam Ahmad bin Ahmad bin Hambal berkata: “Abu Mahshar Najih adalah orang yang paham betul dengan kitab al-Maghazi akan tetapi dia tidak memetapkan isnad.[14]

Mereka semua adalah kelompok pertama dari para muhaddith di India, lalu setelah itu mereka muncullah para muhaddith yang lain, diantaranya:

1.      Abu al-Qasim Su’aid bin Muhammad al-Tibani yang dikenal dengan julukan Abi Qat’ah al-Tibany (w. 315 H/ 927 M), dia seorang muhaddith yang berpindah ke Mesir, Asbihan, dan Damaskus.

2.      Abu Ja’far Muhammad bin Ibrahim al-Dibili al Sanadi (w. 322 H/ 934 M), dia seorang muhaddith yang mashur yang mengarang kitab secara urut dan teratur mengenai surat-surat Nabi SAW.

3.      Ahmad bin Abdullah al-Dibili (w. 343 H/ 954 M) diantara muhaddithin yang mashur yang pernah didengar oleh al-Imam Hakim.

4.      Ibrahim bin Muhammad al-Dibili (w. 345 H/ 956 M), dia seorang muhaddith putra dari Ibn Abi Ja’far Muhammad bin Ibrahim al-Dibili al-Sanadi (w. 322 H/ 934 M), dia meriwayatkan hadis dari beberapa muhaddith di kota Mekkah dan Baghdad.

5.      Ahmad bin Muhammad yang dikenal dengan Abi al-Abbas al-Mansuri yang dikenal sebagai Muhaddith dan paling banyak hadis yang diriwayatkan darinya selain itu dia seorang Hakim dan mengarang beberapa kitab fikih diantaranya kitab al-Misbah al-Kabir, kitab al-Hadi, kitab al-Munir. Imam Muqaddasi menyebutnya di dalam kitab Ahsan al-Taqasim fi Ma’rifah al-Aqalim dengan julukannya “Abu Muhammad”. Dia mengatakan ketika menjelaskan sanad: “Saya melihat Hakim Abu Muhammad al-Mansuri itu seperti Imam Daud dalam madhabnya dan dia memiliki karangan kitab yang begitu banyak dan bagus.

6.      Khalaf bin Muhammad al-Dibili (w. 360 H/ 971 M), dia seorang muhaddith yang ada di Baghdad yang meyampaikan hadis dari riwayat ‘Ali bin Musa al-Dibili dan mengambil riwayat hadis darinya Abu al-Hasan Ahmad bin Muhammad al-Jundi.

7.      Ali bin Musa al-Dibili al Baghdadi seorang muhaddith yang ada di Baghdad yang menyampaikan hadis dari riwayat Ali bin Musa al-Dibili dan dia termasuk ke-IV dari golongan 100 perawi hadis.

8.      Fath bin Abd Allah al-Sanadi seorang muhaddith yang mendengarkan dari riwayat al-Hasan bin Sufyan dan lain-lainnya dan mengambil riwayat darinya beberapa ulama hadis.[15]


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;


[1] Ambedkar, Influence of Islam on Indian Culture, (India: The Indian Express, 1922) 32.

[2] Ibid., 34.

[3] Ibid.

[4] Ambedkar, Influence of Islam on Indian Culture, 33.

[5] Muhammad Khalid ‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, (Tp: 2015), 2.

[6] Ibid.

[7]Abu al-Ma’ali Atharu al-Mubarakburi, Rijal al-Sanad wa al-Hindi ila al-Qarni al-Sabi’, (Makkah: Jariidah al-Nadawiyah al-Yaumiyah, 1978), 319.

[8] Muhammad Khalid ‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, 3.

[9] Ibid.

[10] Muhammad Khalid ‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, 3.

[11] Ibid.

[12] Ibid.

[13] Muhammad Khalid ‘Ali al-Hamidi, Tarikh ‘Ilmu al-Hadith fi al-Hindi, 4.

[14] Abu al-Ma’ali Atharu al-Mubarakburi, Rijal al-Sanad wa al-Hindi ila al-Qarni al-Sabi’, 331.

[15] Abu al-Ma’ali Atharu al-Mubarakburi, Rijal al-Sanad wa al-Hindi ila al-Qarni al-Sabi’, 481.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...