7144- حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ ، حَدَّثَنِي
نَافِعٌ ، عَنْ عَبْدِ اللهِ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم قَالَ : السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا
أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ
فَلاَ سَمْعَ ، وَلاَ طَاعَة.
- حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ ، حَدَّثَنِي
نَافِعٌ ، عَنْ عَبْدِ اللهِ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم قَالَ : السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا
أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ
فَلاَ سَمْعَ ، وَلاَ طَاعَة.
Taatlah atas pemimpin baik terhadap sesuatu yang
menyenangkan atau yang meberatkan kecuali diperintah dalam kema’siatan, maka
tidak ada ketaatan dalam hal tersebut.[1]
Hadis ini dinilai sahih.[2]Hadis tersebut mengandung perintah taat kepada pemimpin masharakat (Ulu al-Amri) baik itu memberatkan atau menyenangkan supaya dipatuhi. Kecuali perintah untuk Ma‘siat,[3] Hadis ini dapat kita hadapkan dengan ayat al-Quran[4] dengan demikian dari segi matan, hadis ini bisa dipahami sacara tekstual, dimana muatan hadis tentang kewajiaban taat kepada pemimpin disini bersifat universal. Walaupun pengertian Ulul Amri masih diperselisihkan.[5]
- Hadis Tentang Nabi Musa Menampar Malaikat
- Hadis Tentang Nabi Musa Mandi Telanjang Di Depan Umum
- Hadis Tentang Cengkeraman Haid Terhadap Perempuan-Perempuan Bani Israil
- Hadis Tentang Hal-Hal Yang Menyebabkan Lupa
- Hadis Tentang Lalat Yang Masuk Ke Dalam Minuman
- Hadis Tentang Berbuat Adil Terhadap Anak
- Hadis Tentang Mahram Karena Susuan
- Hadis Tentang Perintah Patuh Kepada Pemimpin
- Hadis Melarang Makan Daging Keledai Kampung
- Hadis Keimanan Pezina, Pencuri, dan Peminum Khamr
- Hadis Tentang Memelihara Jenggot
- Hadis Tentang Kewajiban Menunaikan Zakat Fithrah
[1] Sahih Bukhari, juz 9,78 no
7144, Sahih Muslim, juz 6,15 no 4869, (Musnad
Admad bin Hanbal). 2,142
no. 6278
[2]Husain
bin Mas’ud al-Baghawi, Sharhu al-Sunnah, (Beirut: Maktabah al-Islami,
1983).10, 43
[3]Abu
al-farj abdurrahman ibnu al-jauzi, Kashfu Mushkil Min Sahihain,(Riyad:
Dar al-Nashar,1997).1, 636
[4]Al-Quran, Surat al-Nisa’ 29
[5]Zuhri,
Muh. Tela’ah matan hadis: sebuah tawaran metodologis. (Yogyakarta:
Lesfi, 2003), 66
Tidak ada komentar:
Posting Komentar