BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tidak
dapat dipungkiri bahwa hadis atau sunnah memliki peran penting dalam kehidupan
umat islam. Ia merupakan sumber hukum kedua setelah alquran. Keduanya adalah
dasar agama dan merupakan petunjuk menuju jalan yang benar. Para ulama sangat memahami akan peran dan kedudukan
hadis yang sangat tinggi. Oleh karena itu, mereka berusaha sekuat tenaga
menjaganya dan melestarikannya baik dalam tulisan maupun amalan.[1]
sejak
masa sahabat sampai masa tabi‘in kemurnian hadis terus tetap dijaga.
Para ulama terus mengembangkan metode ilmu hadis guna menjaga kemurnian dan
kelestarian hadis. Dan akhirnya, tersusunlah beberapa kitab hadis meskipun
dengan sistem penulisan yang belum bagus.
Baru
pada akhir abad kedua hijriyah dan awal abad ketiga hijriyah muncul penyusunan
kitab hadis dengan cara yang lebih sistematik. Maka munculah kitab-kitab Sahih,
Sunan, Musnad, dan lain sebagainya. Salah satu kitab yang muncul pada kurun
waktu tersebut adalah Kitab Sunan Ibn Majah karya Ibn Majah.
Makalah ini mencoba untuk membahas dan mengupas tentang kitab tersebut dengan
harapan dapat menambah wawasan tentang khzanah kitab-kitab hadis.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1.
Apa yang
diketahui tentang Ibn Majah?
2.
Apa yang diketahui
tentang Kitab Sunan Ibn Majah?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dari makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
tentang Ibn Majah
2.
Mengetahui
tentang Kitab Sunan Ibn Majah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibn Majah
1. Nama dan Kelahiran Ibn Majah
Nama lengkap
beliau adalah al-Hafiz Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini.[2]
Beliau lahir pada
tahun 209 H di kota Qazwin, Sebuah kota yang terkenal di daerah Khurasan
dekat dengan kota al-Ray (Teheran).[3]
Sedangkan “Majah” adalah sebuah laqab (julukan) untuk sang ayah yaitu Yazid.
ada dua pendapat tentang penggunaan kata “Majah”. Ulama ada yang
menggunakan kata “ماجة” dengan ة (ta’ marbutoh),
namun jumhur ulama lebih menggunakan kata “ماجه” dengan “هـ”.[4]
Beliau
meninggal dunia pada tanggal delapan bulan ramadan 273 H. sedangkan umur beliau
pada saat itu adalah 64 tahun.[5]
2.
Keilmuan
Ibn Majah
Ibn Majah
adalah orang yang sangat mencintai ilmu. sejak kecil ia hidup di lingkungan
yang sangat kental dengan keilmuannya. Maka untuk menambah dan meningkatkan
kualitas keilmuannya, beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mencari ilmu.
Diantara tempat yang pernah didatangi Ibn Majah untuk mencari dan
memperdalam ilmu adalah Baghdad, Basra, Kufah, Mekkah, Syam, dan
Mesir.[6]
Ibn Majah hidup
pada abad ketiga hijriyah, dimana pada masa itu ilmu-ilmu keislaman berkembang
dengan sangat pesat, khususnya yang berkaitan dengan hadis. Pada kurun waktu
itu orang-orang yang mencari ilmu ke berbagai daerah semakin meningkat, geliat
penulisan tentang “’Ilm al-Rijal” semakin banyak dan pembukuan hadis
juga semakin banyak bermunculan.[7]
Di antara
karangan Ibn Majah adalah Kitab Tafsir, kitab Tarikh Qazwin, dan Kitab
Sunan.[8]
a)
Guru-guru
Ibn Majah
Ibn Majah
melakukan banyak perjalanan ke berbagai daerah untuk menimba ilmu, tentunya
sangat banyak guru yang beliau jumpai, di antaranya:[9]
1)
Al-Hafiz ‘Ali
ibn Muhammad al-Tanafasi. Ibn Majah banyak
meluangkan waktunya untuk belajar kepada beliau.
2)
Jubarah ibn
al-Mughallis. Beliau termasuk salah satu guru
pertama Ibn Majah
3)
Abu Bakr ibn
Abi Shaibah. Beliau adalah salah seorang ahli
hadis dan mempnyai kitab hadis yang dikenal dengan Musannaf.
4)
Ibrahim ibn
Mundhir al-Hizami
5)
Abdullah ibn
Dhakwan al-Muqri’
Dan
masih banyak guru-guru beliau yang lain yang terdapat dalam sunannya.
b)
Murid-murid
Ibn Majah
Diantara murid Ibn
Majah adalah:[10]
1)
Ibrahim ibn
Dinar al-Haushi al-Hamdani
2)
Ahmad ibn
Ibrahim al-Qazwini. Beliau adalah kakek
dari al-Hafiz Abu Ya’la al-Khalili
3)
Ishaq bn Muhammad al-Qazwini
4)
Sulaiman ibn
Yazid al-Qazwini
3.
Pendapat
Ulama tentang Ibn Majah
Ibn Majah adalah
ulama hadis terkemuka pada zamannya. Banyak ulama hadis yang memberikan
komentar tentang beliau, diantaranya:
-
Al-dhahabi berkata:
Ibn Majah adalah orang yang hafiz, saduq, dan thiqah.[11]
-
Abu Ya’la
al-Kholili berkata : “Ibn Majah adalah orang
yang thiqah, muttafaq alaih, dan bisa dijadikan hujjah, ia juga banyak
menghafal dan mengetahui tentang hadis”.[12]
-
Ibn Kathir
mengatakan sebagaimana dikutip oleh Abu Shuhbah : “Ibn Majah
adalah pengarang kitab sunan yang terkenal, kitab tersebut menunjukkan akan
kualitas amal dan keilmuannya, serta menunjukkan akan kedalaman, kecermatan,
dan kepatuhannya terhadap sunnah baik dalam masalah-masalah pokok ataupun
cabang”.[13]
B.
Mengenal
Kitab Sunan Ibn Majah
1.
Nama
dan Latar Belakang Penyusunan Kitab Ibn Majah
Nama asal dari kitab
Sunan Ibn Majah adalah “al-Sunan”, namun para ulama ketika
menyebut kitab tersebut langsung menyandarkannya kepada sang pengarang yaitu Ibn
Majah.[14]
ada juga yang menyebutnya dengan nama “Sunan al-Mustafa”.[15]
Tidak ada
keterangan yang secara jelas menerangkan tentang latar belakang dan faktor
disusunnya Kitab Sunan Ibn Majah. Namun bisa kita cermati dari masa
hidup Ibn Majah itu sendiri, di mana beliau hidup pada masa di mana
semangat untuk mengembangkan ilmu-ilmu keislaman mulai menampakkan geliatnya
khususnya di bidang hadis. Disamping itu, kegiatan Rihlah al-‘Ilmiyyah (menuntut
ilmu) dari berbagai penjuru pelosok negeri semakin masif dikalangan para pemuda
dan penuntut ilmu. Sehingga pada masa itu banyak muncul penyusunan kitab-kitab
hadis dengan sistem penulisan yang lebih sitematik dari sebelumnya.[16]
Dari keterangan
di atas, kita bisa mengatakan bahwa salah satu faktor penyusunan Kitab Sunan Ibn
Majah adalah dalam rangka ikut menjaga kelestarian hadis disamping juga
untuk mempermudah kepada para penuntut ilmu dalam mempelajari hadis.
2.
Isi
dan Kualitas Kitab Sunan Ibn Majah
Kitab sunan Ibn
Majah adalah kitab yang disusun berdasarkan bab fiqh. Di dalamnya terdapat
hadis-hadis sahih, hasan, da’if, bahkan maudu’ meskipun
sangat sedikit jumlahnya.[17]
Kitab Sunan Ibn
Majah terdiri dari 32 Kitab dan jumlah bab mencapai 1.500 bab. Di dalamnya
terdapat sekitar 4.431 hadis, 3.002 diantaranya juga diriwayatkan oleh kitab hadis
yang lima, dan sisanya, 1.339 merupakan zawaid (tambahan) atas kitab
yang lima.[18]
Sedangkan menurut Sidqi Husain al-‘Attar jumlah kitab dalam Kitab Sunan Ibn
Majah mencapai 37 kitab tanpa kitab Muqaddimah.[19]
3.
Sistematika
Penyusunan Kitab Sunan Ibn Majah
Kitab Sunan Ibn
Majah merupakan kitab yang disusun berdasarkan bab fiqh. Namun yang membuat
Kitab Sunan Ibn Majah berbeda dengan kitab sunan yang lain adalah bahwa Ibn
Majah dalam menyusun kitabnya tidak
langsung memulai dengan kitab al-Taharah sebagaimana terdapat pada kitab
sunan yang lain. Namun beliau memulainya terlebih dahulu dengan sebuah
Muqaddimah yang berisi hadis-hadis tentang wajibnya mengukuti sunnah Rasulullah
SAW., menjauhi bid’ah, dan hadis-hadis tentang keutamaan para sahabat.
Muqaddimah ini diakhiri dengan hadis tentang ilmu.
Setelah
muqaddimah, barulah Ibn Majah melanjutkan penyusunan kitabnya dengan
tema fiqh. Sebagaimana berikut:[20]
-
Kitab
al-Taharah wa Sunanuha
-
Kitab al-Salah
-
Kitab al-Adhan
wa al-Sunnah fiha
-
Kitab
al-Masajid wa al-jama’at
-
Kitab Iqamat
al-Salah wa al-Sunnah fiha
-
Kitab al-Janaiz
-
Kitab al-Siyam
-
Kitab al-Zakah
-
Kitab al-Nikah
-
Kitab al-Talaq
-
Kitab
al-Kaffarat
-
Kitab
al-Tijarat
-
Kitab al-Ahkam
-
Kitab al-Hibat
-
Kitab
al-Sadaqat
-
Kitab al-Rahun
-
Kitab
al-Shuf’ah
-
Kitab
al-Luqatah
-
Kitab al-‘Itq
-
Kitab al-Hudud
-
Kitab al-Diyat
-
Kitab al-Wasaya
-
Kitab al-Faraid
-
Kitab
al-Manasik
-
Kitab al-Adahi
-
Kitab
al-Dhabaih
-
Kitab al-Said
-
Kitab
Al-‘Aqiqah
-
Kitab
al-Ashribah
-
Kitab al-Tib
-
Kitab al-Libas
-
Kitab al-Adab
-
Kitab al-Du’a’
-
Kitab Ta’bir
al-Ru’ya
-
Kitab al-Fitan
-
Kitab al-Zuhd
4.
Pendapat
Ulama dan Kontroversi Seputar Kitab Sunan Ibn Majah
Ulama
berbeda-beda dalam memberi komentar terhadap Kitab Sunan Ibn Majah. Hal
ini dikarenakan kualitas hadis yang terdapat dalam Kitab Sunan Ibn Majah berbeda-beda
bahkan ada sedikit yang diangap palsu.
Al-dhahabi mengatakan
sebagaimana dikutip oleh imam al-San’ani dalam sharh alfiyah-nya
bahwa Kitab Sunan Ibn Majah adalah kitab yang bagus, seandainya tidak
dicampur dengan hadis-hadis yang sangat lemah walaupun jumlahnya sedikit. [21] Bahkan al-Mizi
berpendapat sebagaimana dinukil oleh Sayyid ‘Abd al-Majid bahwa setiap
hadis yang hanya diriwayatkan oleh Ibn Majah dalam sunannya dan
tidak diriwayatkan oleh kitab hadis yang lain maka hadis tersebut adalah da’if
.[22]
Lebih jelas
lagi, Ibn Hajar menerangkan sebagaimana dikutip oleh al-Shimali
bahwa Kitab Sunan Ibn Majah memang berbeda dengan kitab hadis yang lain,
dimana jika dibandingkan, maka hanya di dalam Sunan Ibn Majah, sang
pengarang yaitu Ibn Majah meriwayatkan hadis dari para rawi yang dikenal
dengan kebohongannya dan suka membuat hadis palsu, dan sebagian hadis tersebut
tidak diketahui jalur periwayatannya kecuali melalui mereka, seperti: Hubaib
ibn Abi Hubaib, al-‘Ala’ ibn Ziyad dan ‘Abd al-Wahhab al-Dahhak.[23]
Dari beberapa
keterangan di atas, para ulama hadis akhirnya berbeda pendapat tentang
keabsahan Kitab Sunan Ibn Majah untuk masuk dalam kategori kitab rujukan
utama dalam bidang hadis setelah dua kitab sahih dan tiga kitab sunan.
Berikut ini adalah penjelasannya:
a)
Al-‘Allai
berpendapat seharusnya yang pantas untuk menjadi kitab ke-enam adalah Kitab
Sunan al-Darimi, karena meskipun di dalamnya terdapat hadis-hadis yang
mursal dan mauquf, namun di dalamnya sedikit sekali bahkan jarang
ditemukan hadis-hadis yang munkar dan shadh. Oleh karena itu Kitab Sunan
al-Darimi lebih utama daripada Sunan Ibn Majah.[24]
Pendapat tersebut didukung oleh Ibn
Hajar sebagaimana dipaparkan oleh al-Shimali bahwa sebenarnya Kitab Sunan al-Darimi
tidaklah lebih rendah tingkatannya dibanding kitab sunan yang lain, namun
seandainya kitab tersebut yang
dimasukkan ke dalam kelompok kitab pokok, maka tentulah lebih pantas.[25]
b)
Ada sebagian
ulama hadis yang lebih memilih Kitab al-Muwatta’ daripada Sunan Ibn Majah.
Diantaranya adalah Razin al-Saraqusti dan diikuti oleh al-Majd ibn
al-Athir dalam kitabnya Jami’ al-UsulI.[26]
c)
Sedangkan ulama
yang pertama kali menempatkan Sunan Ibn Majah sebagai kitab ke-enam
melengkapi kitab sunan yang lima adalah Abu al-Fadl Ibn Tahir dlam
kitabnya al-Atraf dan Shurut al-Aimmah al-Sittah dan didukung oleh al-Hafiz
Abd al-Ghani dalam kitabnya al-Ikmal fi Asma’ al-Rijal.[27]
Berikut salah
satu contoh hadis yang terdapat dalam Sunan Ibn Majah yang yang
kualitasnya dinilai sangat daif:
حَدَّثَنَا جُبَارَةُ بْنُ الْمُغَلِّسِ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْكَرِيمِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْبَجَلِىُّ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عِكْرِمَةَ
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : «أَرَاكُمْ
سَتُشَرِّفُونَ مَسَاجِدَكُمْ بَعْدِى كَمَا شَرَّفَتِ الْيَهُودُ كَنَائِسَهَا
وَكَمَا شَرَّفَتِ النَّصَارَى بِيَعَهَا[28]»
Artinya : Telah mencerikan kepada
kami Jubarah ibn al-Mughallis, (ia berkata) telah mencerikan kepada kami Abd
al-Karim ibn Abd al-Rahman al-Bajali, dari Laith, dari ‘Ikrimah, dari Ibn
‘Abbas, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Kalian Nanti akan meliahat
bahwa kalian akan (saling berlomba-lomba) membuat tinggi masjid-masjid
sebagaimana orang Yahudi membuat tinggi sinagog mereka dan sebagaimna orang nasrani
membuat tinggi Gereja mereka.
Hadis di
atas dinilai sangat lemah kualitasnya, dikarenakan dalam sanadnya terdapat Jubarah
ibn al-Mughallis dimana ia dinilai sebagai “كذّاب” (pembohong).[29]
Meskipun
banyak terdapat hadis-hadis daif dan sedikit hadis maudu’, ada beberapa
kelebihan yang dimiliki Kitab Sunan Ibn Majah, di antaranya:[30]
a)
Susunan Kitab
Sunan Ibn Majah sangat bagus dan sistematik serta jumlah bab-nya banyak
b)
Hadis-hadisnya
disampikan dengan ringkas dan sedikit sekali ada pengulangan
c)
Mengandung
hadis-hadis gharib yang tidak diriwayatkan oleh kitab sunan yang lain.
5.
Kitab-kitab
Sharh Sunan Ibn Majah
Banyak sekali
ulama yang menyusun kitab guna memberi komentar atas Kitab Sunan Ibn
Majah baik yang berupa sharh, ta’liq maupun zawaid. Berikut
adalah sebagian dari kita-kitab tersebut:[31]
a.
Ma Tamassu
ilaihi al-Hajah ‘Ala Sunan ibn Majah karya Ibn
al-Mulaqqin, ‘Umar ibn ‘Ali al-Shafi’i (804 H)
b.
Misbah
al-Zujajah karya al-Suyuti (911 H)
c.
Kifayah
al-hajah fi Sharh ibn Majah karya Muhammad ibn
Abd al-Hadi al-Madani al-Sundi (1138 H)
d.
Injah al-Hajah \karya
Abd al-Ghani ibn Abi Sa’id al-Dahlawi al-Hindi (1296 H)
e.
Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah,
Karya Ahmad ibn Abu Bakr ibn Isma’il al-Busiri (840 H)
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:
- MENGKAJI HADIS MISOGINIS
- KAJIAN TAFSIR AL-MARAGHI
- SUNAN AL-DARIMI
- SUNAN AL-BAIHAQI
- SUNAN IBN MAJAH
- MUSHANNAF ABD AL-RAZZAQ
- PERKEMBNGAN HADIS ABAD VII HIJRIYAH SAMPAI SEKARANG
- SEJARAH PENYUSUNAN KITAB SUNAN AL-NASAI
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Shuhbah, Muhammad Muhammad, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihhah al-Sittah.
Kairo: Majma’ al-Buhuth al-Islamiyah.
Abu
Zahw , Muhammad, al-Hadith wal al-Muhaddithun. Riyad: tp, 1984.
‘Adawi
(al), Safa’ al-Dawwi Ahmad, Ihda’ al-Dibajah bi Sharh Sunan Ibn Majah
. tt: Maktabah Dar al-Yaqin, tth.
Busiri (al), Abu
al-‘Abbas Ahmad ibn Abi Bakr ibn Isma’il ibn Salim ibn Qaimaz, Misbah
al-Zujajah fi zawaid Ibn Majah. Madinah: al-Jami’ah al-Islamiyah, 2004.
Dhahabi
(al), Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Uthman, Tarajum al-Aimmah al-Kibar Ashab
al-Sunan wa al-Athar, Tahq. Fahmi Sa’d. Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993.
Ghauri
(al), Sayyid ‘Abd al-Majid, Al-Sunnah al-Nabawiyah Hujjiyyathuha wa
Tadwinuha Dirasah ‘Ammah. Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009.
_________,
al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith . Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009.
Ibn
Musa, Muhammad ibn ‘Ali ibn Adam, Mashariq al-Anwar al-Wahhajah wa Matali’
al-Asrar al-Bahhajah fi Sharh Sunan Ibn Majah. Riyad: Dar al-Mughni, 2006.
Khaira
Abadi (al), Muhammad Abu al-Laits, Ulum al-Hadis Ashiluha wa
Mu’ashiruha. Malaysia: Dar
al-Syakir, cet.7, 2011.
Khatib
(al), Muhammad ‘Ajjaj, Usul al-Hadith ‘Ulumuhu wa Mustalahuhu . Beirut: Dar al-Fikr, 1989.
Sakhawi
(al), Muhammad ibn ‘Abd al-Rahman, Fath al-Mughith bi Sharh Alfiyah
al-Hadith. Riyad: Dar al-Minhaj, 1426 H.
San’ani
(al), Muhammad ibn Isma’il al-Hasani, Taudih al-Afkar li Ma’ani Tanqih
al-Anzar . Madinah: al_Maktabah al-Salafiyah.
Shimali
(al), Yasir, al-Wadih fi Manahij al-Muhaddithin. ‘Amman: Dar al-Hamid,
2002.
Qazwini
(al), Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid, Sunan Ibn Majah, ed. Muhammad
Fuad Abd al-Baqi, Juz 1-2. Beirut: Dar Al-Kutub al-Islamiyah.
__________,
Sunan Ibn Majah, ed. Sidqi Husain al-‘Attar . Beirut: Dar
Al-Fikr, 2003.
Zahrani (al), Muhammad ibn Matar, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyah Nashatuhu wa Tatawwaruhu,. tt: Dar al-Hijrah, 1996.
[1] Muhammad Abu Zahw, al-Hadith
wal al-Muh}addithun (Riyad}: tp, 1984), 5-6.
[2] Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Uthman
al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmah al-Kibar As}h}ab al-Sunan wa al-Athar,
Tahq. Fahmi Sa’d (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993),157.
[3] Safa’ al-Dawwi Ahmad al-‘Adawi, Ihda’
al-Dibajah bi Sharh Sunan Ibn Majah (tt: Maktabah Dar al-Yaqin), 12.
[4] Muhammad Muhammad Abu Shuhbah, Fi
Rih}ab al-Sunnah al-Kutub al-S}ih}h}ah al-Sittah (Kairo: Majma’ al-Buhuth
al-Islamiyah), 171.
[5] al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmah
al-Kibar As}h}ab al-Sunan wa al-Athar, 158.
[6] Yasir al-Shimali, al-Wad}ih}
fi Manahij al-Muhaddithin (‘Amman: Dar al_Hamid, 2002), 262.
[7] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, Al-Sunnah
al-Nabawiyah Hujjiyyathuh}a wa Tadwinuh}a Dirasah ‘Ammah (Beirut: Dar Ibn
Kathir, 2009), 93.
[8] -Shimali, al-Wad}ih, Ibid.
[9] Muhammad ibn ‘Ali ibn Adam ibn
Musa, Mashariq al-Anwar al-Wahhajah wa Mat}ali’ al-Asrar al-Bahhajah fi
Sharh Sunan Ibn Majah (Riyad}: Dar al-Mughni, 2006), 6-7.
[10] Ibid.
[11] al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmah
al-Kibar, 158.
[12] Ibid.
[13] Abu Shuhbah, Fi Rih}ab
al-Sunnah, 173.
[14]Muhammad
ibn Mat}ar al-Zah}rani, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyah Nashatuhu wa Tat}awwaruhu,
(Riyad}: Dar al-Hijrah, 1996), 144. Lihat juga Safa’ al-Dawwi, Ihda’ al-Dibajah,
13.
[15] Muh}ammad Abu al-Laits
al-Khaira Abadi, Ulum al-Hadis Ashiluha wa Mu’ashiruha (Malaysia: Dar al-Syakir, cet.7, 2011),
78.
[16] Sayyid ‘Abd al-Majid , Al-Suunah
al-Nabawiyah Hujjiyyathuh}a wa Tadwinuh}a, 100.
[17] Muhammad ‘Ajjaj al-Khat}ib, Usul
al-Hadith ‘Ulumuhu wa Must}lah}uhu (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), 327. Lihat
juga Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith (Beirut:
Dar Ibn Kathir, 2009), 29.
[18] Ibid.
[19] Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid
al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, ed. Sidqi Husain al-‘At}t}ar (Beirut: Dar Al-Fikr, 2003).
[20] Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid
al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, ed. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Juz 1-2 (Beirut: Dar Al-Kutub al-Islamiyah, tth).
[21] Muhammad ibn Isma’il al-Hasani
al-San’ani, Taud}ih} al-Afkar li Ma’ani Tanqih} al-Anz}ar, juz 1 (Madinah: al_Maktabah al-Salafiyah, tth),
223.
[22] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, al-Wajiz,
Ibid.
[23] al-Shimali, al-Wad}ih},
264.
[24] Muhammad ibn ‘Abd al-Rahman
al-Sakhawi, Fath al-Mughith bi Sharh Alfiyah al-Hadith, juz 1 (Riyad}:
Dar al-Minhaj, 1426 H), 155-156.
[25] al-Shimali, al-Wad}ih},
263.
[26] al-Sakhawi, Fath al-Mughith,
156
[27] Ibid.
[28] Hadist tersebut terdapat dalam Kitab
al-Masajid, Bab Tashyid al-Masajid. Lihat al-Qazwini,
Sunan Ibn Majah, ed. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Juz 1, hal 244.
[29] Abu al-‘Abbas Ahmad ibn Abi
Bakr ibn Isma’il ibn Salim ibn Qaimaz al-Busiri, Mis}bah} al-Zujajah fi
zawaid Ibn Majah (Madinah: al-Jami’ah al-Islamiyah, 2004), 503.
[30] al-Khaira Abadi, Ulum
al-Hadis, 78-79
[31] Ibid. 79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar