HOME

05 April, 2022

SUNAN IBN MAJAH

 

BAB I

PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa hadis atau sunnah memliki peran penting dalam kehidupan umat islam. Ia merupakan sumber hukum kedua setelah alquran. Keduanya adalah dasar agama dan merupakan petunjuk menuju jalan yang benar.  Para ulama sangat memahami akan peran dan kedudukan hadis yang sangat tinggi. Oleh karena itu, mereka berusaha sekuat tenaga menjaganya dan melestarikannya baik dalam tulisan maupun amalan.[1]

sejak masa sahabat sampai masa tabi‘in kemurnian hadis terus tetap dijaga. Para ulama terus mengembangkan metode ilmu hadis guna menjaga kemurnian dan kelestarian hadis. Dan akhirnya, tersusunlah beberapa kitab hadis meskipun dengan sistem penulisan yang belum bagus.

Baru pada akhir abad kedua hijriyah dan awal abad ketiga hijriyah muncul penyusunan kitab hadis dengan cara yang lebih sistematik. Maka munculah kitab-kitab Sahih, Sunan, Musnad, dan lain sebagainya. Salah satu kitab yang muncul pada kurun waktu tersebut adalah Kitab Sunan Ibn Majah karya Ibn Majah. Makalah ini mencoba untuk membahas dan mengupas tentang kitab tersebut dengan harapan dapat menambah wawasan tentang khzanah kitab-kitab hadis.    

  

    B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1.      Apa yang diketahui tentang Ibn Majah?

2.      Apa yang diketahui tentang Kitab Sunan Ibn Majah?

 

    C.    Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1.      Mengetahui tentang Ibn Majah

2.      Mengetahui tentang Kitab Sunan Ibn Majah

 

BAB II

PEMBAHASAN

    A.    Biografi Ibn Majah

1.      Nama dan Kelahiran Ibn Majah

Nama lengkap beliau adalah al-Hafiz Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini.[2]

Beliau lahir pada tahun 209 H di kota Qazwin, Sebuah kota yang terkenal di daerah Khurasan dekat dengan kota al-Ray (Teheran).[3] Sedangkan “Majah” adalah sebuah laqab (julukan) untuk sang ayah yaitu Yazid. ada dua pendapat tentang penggunaan kata “Majah”. Ulama ada yang menggunakan kata ماجة dengan ة (ta’ marbutoh), namun jumhur ulama lebih menggunakan kata “ماجه” dengan “هـ”.[4]

Beliau meninggal dunia pada tanggal delapan bulan ramadan 273 H. sedangkan umur beliau pada saat itu adalah 64 tahun.[5]

    

2.      Keilmuan Ibn Majah

Ibn Majah adalah orang yang sangat mencintai ilmu. sejak kecil ia hidup di lingkungan yang sangat kental dengan keilmuannya. Maka untuk menambah dan meningkatkan kualitas keilmuannya, beliau berkelana ke berbagai daerah untuk mencari ilmu. Diantara tempat yang pernah didatangi Ibn Majah untuk mencari dan memperdalam ilmu adalah Baghdad, Basra, Kufah, Mekkah, Syam, dan Mesir.[6]

Ibn Majah hidup pada abad ketiga hijriyah, dimana pada masa itu ilmu-ilmu keislaman berkembang dengan sangat pesat, khususnya yang berkaitan dengan hadis. Pada kurun waktu itu orang-orang yang mencari ilmu ke berbagai daerah semakin meningkat, geliat penulisan tentang “’Ilm al-Rijal” semakin banyak dan pembukuan hadis juga semakin banyak bermunculan.[7]

Di antara karangan Ibn Majah adalah Kitab Tafsir, kitab Tarikh Qazwin, dan Kitab Sunan.[8]       

a)      Guru-guru Ibn Majah

Ibn Majah melakukan banyak perjalanan ke berbagai daerah untuk menimba ilmu, tentunya sangat banyak guru yang beliau jumpai, di antaranya:[9]

1)      Al-Hafiz ‘Ali ibn Muhammad al-Tanafasi. Ibn Majah banyak meluangkan waktunya untuk belajar kepada beliau.

2)      Jubarah ibn al-Mughallis. Beliau termasuk salah satu guru pertama Ibn Majah

3)      Abu Bakr ibn Abi Shaibah. Beliau adalah salah seorang ahli hadis dan mempnyai kitab hadis yang dikenal dengan Musannaf.

4)      Ibrahim ibn Mundhir al-Hizami

5)      Abdullah ibn Dhakwan al-Muqri’

Dan masih banyak guru-guru beliau yang lain yang terdapat dalam sunannya.

b)     Murid-murid Ibn Majah

Diantara murid Ibn Majah adalah:[10]

1)      Ibrahim ibn Dinar al-Haushi al-Hamdani

2)      Ahmad ibn Ibrahim al-Qazwini. Beliau adalah kakek dari al-Hafiz Abu Ya’la al-Khalili  

3)       Ishaq bn Muhammad al-Qazwini

4)      Sulaiman ibn Yazid al-Qazwini

 

3.      Pendapat Ulama tentang Ibn Majah

Ibn Majah adalah ulama hadis terkemuka pada zamannya. Banyak ulama hadis yang memberikan komentar tentang beliau, diantaranya:

-          Al-dhahabi berkata: Ibn Majah adalah orang yang hafiz, saduq, dan thiqah.[11]

-          Abu Ya’la al-Kholili berkata : “Ibn Majah adalah orang yang thiqah, muttafaq alaih, dan bisa dijadikan hujjah, ia juga banyak menghafal dan mengetahui tentang hadis”.[12]

-          Ibn Kathir mengatakan sebagaimana dikutip oleh Abu Shuhbah : Ibn Majah adalah pengarang kitab sunan yang terkenal, kitab tersebut menunjukkan akan kualitas amal dan keilmuannya, serta menunjukkan akan kedalaman, kecermatan, dan kepatuhannya terhadap sunnah baik dalam masalah-masalah pokok ataupun cabang”.[13]

 

    B.     Mengenal Kitab Sunan Ibn Majah

1.      Nama dan Latar Belakang Penyusunan Kitab Ibn Majah

Nama asal dari kitab Sunan Ibn Majah adalah “al-Sunan”, namun para ulama ketika menyebut kitab tersebut langsung menyandarkannya kepada sang pengarang yaitu Ibn Majah.[14] ada juga yang menyebutnya dengan nama “Sunan al-Mustafa”.[15]

Tidak ada keterangan yang secara jelas menerangkan tentang latar belakang dan faktor disusunnya Kitab Sunan Ibn Majah. Namun bisa kita cermati dari masa hidup Ibn Majah itu sendiri, di mana beliau hidup pada masa di mana semangat untuk mengembangkan ilmu-ilmu keislaman mulai menampakkan geliatnya khususnya di bidang hadis. Disamping itu, kegiatan Rihlah al-‘Ilmiyyah (menuntut ilmu) dari berbagai penjuru pelosok negeri semakin masif dikalangan para pemuda dan penuntut ilmu. Sehingga pada masa itu banyak muncul penyusunan kitab-kitab hadis dengan sistem penulisan yang lebih sitematik dari sebelumnya.[16]            

Dari keterangan di atas, kita bisa mengatakan bahwa salah satu faktor penyusunan Kitab Sunan Ibn Majah adalah dalam rangka ikut menjaga kelestarian hadis disamping juga untuk mempermudah kepada para penuntut ilmu dalam mempelajari hadis.

 

2.      Isi dan Kualitas Kitab Sunan Ibn Majah

Kitab sunan Ibn Majah adalah kitab yang disusun berdasarkan bab fiqh. Di dalamnya terdapat hadis-hadis sahih, hasan, da’if, bahkan maudu’ meskipun sangat sedikit jumlahnya.[17]

Kitab Sunan Ibn Majah terdiri dari 32 Kitab dan jumlah bab mencapai 1.500 bab. Di dalamnya terdapat sekitar 4.431 hadis, 3.002 diantaranya juga diriwayatkan oleh kitab hadis yang lima, dan sisanya, 1.339 merupakan zawaid (tambahan) atas kitab yang lima.[18] Sedangkan menurut Sidqi Husain al-‘Attar jumlah kitab dalam Kitab Sunan Ibn Majah mencapai 37 kitab tanpa kitab Muqaddimah.[19]

 

3.      Sistematika Penyusunan Kitab Sunan Ibn Majah

Kitab Sunan Ibn Majah merupakan kitab yang disusun berdasarkan bab fiqh. Namun yang membuat Kitab Sunan Ibn Majah berbeda dengan kitab sunan yang lain adalah bahwa Ibn Majah  dalam menyusun kitabnya tidak langsung memulai dengan kitab al-Taharah sebagaimana terdapat pada kitab sunan yang lain. Namun beliau memulainya terlebih dahulu dengan sebuah Muqaddimah yang berisi hadis-hadis tentang wajibnya mengukuti sunnah Rasulullah SAW., menjauhi bid’ah, dan hadis-hadis tentang keutamaan para sahabat. Muqaddimah ini diakhiri dengan hadis tentang ilmu.

Setelah muqaddimah, barulah Ibn Majah melanjutkan penyusunan kitabnya dengan tema fiqh. Sebagaimana berikut:[20]

-          Kitab al-Taharah wa Sunanuha

-          Kitab al-Salah 

-          Kitab al-Adhan wa al-Sunnah fiha

-          Kitab al-Masajid wa al-jama’at

-          Kitab Iqamat al-Salah wa al-Sunnah fiha

-          Kitab al-Janaiz

-          Kitab al-Siyam

-          Kitab al-Zakah

-          Kitab al-Nikah

-          Kitab al-Talaq

-          Kitab al-Kaffarat

-          Kitab al-Tijarat

-          Kitab al-Ahkam

-          Kitab al-Hibat

-          Kitab al-Sadaqat

-          Kitab al-Rahun

-          Kitab al-Shuf’ah

-          Kitab al-Luqatah

-          Kitab al-‘Itq

-          Kitab al-Hudud

-          Kitab al-Diyat

-          Kitab al-Wasaya

-          Kitab al-Faraid

-          Kitab al-Manasik

-          Kitab al-Adahi

-          Kitab al-Dhabaih

-          Kitab al-Said

-          Kitab Al-‘Aqiqah

-          Kitab al-Ashribah

-          Kitab al-Tib

-          Kitab al-Libas

-          Kitab al-Adab

-          Kitab al-Du’a’

-          Kitab Ta’bir al-Ru’ya

-          Kitab al-Fitan

-          Kitab al-Zuhd

 

4.      Pendapat Ulama dan Kontroversi Seputar Kitab Sunan Ibn Majah

Ulama berbeda-beda dalam memberi komentar terhadap Kitab Sunan Ibn Majah. Hal ini dikarenakan kualitas hadis yang terdapat dalam Kitab Sunan Ibn Majah berbeda-beda bahkan ada sedikit yang diangap palsu.

Al-dhahabi mengatakan sebagaimana dikutip oleh imam al-San’ani dalam sharh alfiyah-nya bahwa Kitab Sunan Ibn Majah adalah kitab yang bagus, seandainya tidak dicampur dengan hadis-hadis yang sangat lemah walaupun jumlahnya sedikit. [21] Bahkan al-Mizi berpendapat sebagaimana dinukil oleh Sayyid ‘Abd al-Majid bahwa setiap hadis yang hanya diriwayatkan oleh Ibn Majah dalam sunannya dan tidak diriwayatkan oleh kitab hadis yang lain maka hadis tersebut adalah da’if .[22]

Lebih jelas lagi, Ibn Hajar menerangkan sebagaimana dikutip oleh al-Shimali bahwa Kitab Sunan Ibn Majah memang berbeda dengan kitab hadis yang lain, dimana jika dibandingkan, maka hanya di dalam Sunan Ibn Majah, sang pengarang yaitu Ibn Majah meriwayatkan hadis dari para rawi yang dikenal dengan kebohongannya dan suka membuat hadis palsu, dan sebagian hadis tersebut tidak diketahui jalur periwayatannya kecuali melalui mereka, seperti: Hubaib ibn Abi Hubaib, al-‘Ala’ ibn Ziyad dan ‘Abd al-Wahhab al-Dahhak.[23]  

Dari beberapa keterangan di atas, para ulama hadis akhirnya berbeda pendapat tentang keabsahan Kitab Sunan Ibn Majah untuk masuk dalam kategori kitab rujukan utama dalam bidang hadis setelah dua kitab sahih dan tiga kitab sunan. Berikut ini adalah penjelasannya:

a)      Al-‘Allai berpendapat seharusnya yang pantas untuk menjadi kitab ke-enam adalah Kitab Sunan al-Darimi, karena meskipun di dalamnya terdapat hadis-hadis yang mursal dan mauquf, namun di dalamnya sedikit sekali bahkan jarang ditemukan hadis-hadis yang munkar dan shadh. Oleh karena itu Kitab Sunan al-Darimi lebih utama daripada Sunan Ibn Majah.[24]

Pendapat tersebut didukung oleh Ibn Hajar sebagaimana dipaparkan oleh al-Shimali bahwa sebenarnya Kitab Sunan al-Darimi tidaklah lebih rendah tingkatannya dibanding kitab sunan yang lain, namun seandainya kitab tersebut yang  dimasukkan ke dalam kelompok kitab pokok, maka tentulah lebih pantas.[25]

b)      Ada sebagian ulama hadis yang lebih memilih Kitab al-Muwatta’ daripada Sunan Ibn Majah. Diantaranya adalah Razin al-Saraqusti dan diikuti oleh al-Majd ibn al-Athir dalam kitabnya Jami’ al-UsulI.[26]  

c)      Sedangkan ulama yang pertama kali menempatkan Sunan Ibn Majah sebagai kitab ke-enam melengkapi kitab sunan yang lima adalah Abu al-Fadl Ibn Tahir dlam kitabnya al-Atraf dan Shurut al-Aimmah al-Sittah dan didukung oleh al-Hafiz Abd al-Ghani dalam kitabnya al-Ikmal fi Asma’ al-Rijal.[27]

Berikut salah satu contoh hadis yang terdapat dalam Sunan Ibn Majah yang yang kualitasnya dinilai sangat daif:

حَدَّثَنَا جُبَارَةُ بْنُ الْمُغَلِّسِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْكَرِيمِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْبَجَلِىُّ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : «أَرَاكُمْ سَتُشَرِّفُونَ مَسَاجِدَكُمْ بَعْدِى كَمَا شَرَّفَتِ الْيَهُودُ كَنَائِسَهَا وَكَمَا شَرَّفَتِ النَّصَارَى بِيَعَهَا[28]»

Artinya : Telah mencerikan kepada kami Jubarah ibn al-Mughallis, (ia berkata) telah mencerikan kepada kami Abd al-Karim ibn Abd al-Rahman al-Bajali, dari Laith, dari ‘Ikrimah, dari Ibn ‘Abbas, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda: Kalian Nanti akan meliahat bahwa kalian akan (saling berlomba-lomba) membuat tinggi masjid-masjid sebagaimana orang Yahudi membuat tinggi sinagog mereka dan sebagaimna orang nasrani membuat tinggi Gereja mereka.

  

Hadis di atas dinilai sangat lemah kualitasnya, dikarenakan dalam sanadnya terdapat Jubarah ibn al-Mughallis dimana ia dinilai sebagai كذّاب” (pembohong).[29]

Meskipun banyak terdapat hadis-hadis daif dan sedikit hadis maudu’, ada beberapa kelebihan yang dimiliki Kitab Sunan Ibn Majah, di antaranya:[30]

a)      Susunan Kitab Sunan Ibn Majah sangat bagus dan sistematik serta jumlah bab-nya banyak

b)      Hadis-hadisnya disampikan dengan ringkas dan sedikit sekali ada pengulangan

c)      Mengandung hadis-hadis gharib yang tidak diriwayatkan oleh kitab sunan yang lain.


5.      Kitab-kitab Sharh Sunan Ibn Majah

Banyak sekali ulama yang menyusun kitab guna memberi komentar atas Kitab Sunan Ibn Majah baik yang berupa sharh, ta’liq maupun zawaid. Berikut adalah sebagian dari kita-kitab tersebut:[31]

a.       Ma Tamassu ilaihi al-Hajah ‘Ala Sunan ibn Majah karya Ibn al-Mulaqqin, ‘Umar ibn ‘Ali al-Shafi’i (804 H)

b.      Misbah al-Zujajah karya al-Suyuti (911 H)

c.       Kifayah al-hajah fi Sharh ibn Majah karya Muhammad ibn Abd al-Hadi al-Madani al-Sundi (1138 H)

d.      Injah al-Hajah \karya Abd al-Ghani ibn Abi Sa’id al-Dahlawi al-Hindi (1296 H)

e.       Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah,  Karya Ahmad ibn Abu Bakr ibn Isma’il al-Busiri (840 H)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


DAFTAR PUSTAKA

Abu Shuhbah, Muhammad Muhammad, Fi Rihab al-Sunnah al-Kutub al-Sihhah al-Sittah. Kairo: Majma’ al-Buhuth al-Islamiyah.

Abu Zahw , Muhammad, al-Hadith wal al-Muhaddithun. Riyad: tp, 1984.

‘Adawi (al), Safa’ al-Dawwi Ahmad, Ihda’ al-Dibajah bi Sharh Sunan Ibn Majah . tt: Maktabah Dar al-Yaqin, tth.

Busiri (al), Abu al-‘Abbas Ahmad ibn Abi Bakr ibn Isma’il ibn Salim ibn Qaimaz, Misbah al-Zujajah fi zawaid Ibn Majah. Madinah: al-Jami’ah al-Islamiyah, 2004.

Dhahabi (al), Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Uthman, Tarajum al-Aimmah al-Kibar Ashab al-Sunan wa al-Athar, Tahq. Fahmi Sa’d. Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993.

Ghauri (al), Sayyid ‘Abd al-Majid, Al-Sunnah al-Nabawiyah Hujjiyyathuha wa Tadwinuha Dirasah ‘Ammah. Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009.

_________, al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith . Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009.

Ibn Musa, Muhammad ibn ‘Ali ibn Adam, Mashariq al-Anwar al-Wahhajah wa Matali’ al-Asrar al-Bahhajah fi Sharh Sunan Ibn Majah. Riyad: Dar al-Mughni, 2006.

Khaira Abadi (al), Muhammad Abu al-Laits, Ulum al-Hadis Ashiluha wa Mu’ashiruha.  Malaysia: Dar al-Syakir, cet.7, 2011.

Khatib (al), Muhammad ‘Ajjaj, Usul al-Hadith ‘Ulumuhu wa Mustalahuhu .  Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

Sakhawi (al), Muhammad ibn ‘Abd al-Rahman, Fath al-Mughith bi Sharh Alfiyah al-Hadith. Riyad: Dar al-Minhaj, 1426 H.

San’ani (al), Muhammad ibn Isma’il al-Hasani, Taudih al-Afkar li Ma’ani Tanqih al-Anzar . Madinah: al_Maktabah al-Salafiyah.

Shimali (al), Yasir, al-Wadih fi Manahij al-Muhaddithin. ‘Amman: Dar al-Hamid, 2002.

Qazwini (al), Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid, Sunan Ibn Majah, ed. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Juz 1-2. Beirut: Dar Al-Kutub al-Islamiyah.

__________, Sunan Ibn Majah, ed. Sidqi Husain al-‘Attar . Beirut: Dar Al-Fikr, 2003.

Zahrani (al), Muhammad ibn Matar, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyah Nashatuhu wa Tatawwaruhu,. tt: Dar al-Hijrah, 1996.


[1] Muhammad Abu Zahw, al-Hadith wal al-Muh}addithun (Riyad}: tp, 1984), 5-6.

[2] Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Uthman al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmah al-Kibar As}h}ab al-Sunan wa al-Athar, Tahq. Fahmi Sa’d (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1993),157.

[3] Safa’ al-Dawwi Ahmad al-‘Adawi, Ihda’ al-Dibajah bi Sharh Sunan Ibn Majah (tt: Maktabah Dar al-Yaqin), 12.

[4] Muhammad Muhammad Abu Shuhbah, Fi Rih}ab al-Sunnah al-Kutub al-S}ih}h}ah al-Sittah (Kairo: Majma’ al-Buhuth al-Islamiyah), 171.

[5] al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmah al-Kibar As}h}ab al-Sunan wa al-Athar, 158.

[6] Yasir al-Shimali, al-Wad}ih} fi Manahij al-Muhaddithin (‘Amman: Dar al_Hamid, 2002), 262.

[7] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, Al-Sunnah al-Nabawiyah Hujjiyyathuh}a wa Tadwinuh}a Dirasah ‘Ammah (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009), 93.

[8] -Shimali, al-Wad}ih, Ibid.

[9] Muhammad ibn ‘Ali ibn Adam ibn Musa, Mashariq al-Anwar al-Wahhajah wa Mat}ali’ al-Asrar al-Bahhajah fi Sharh Sunan Ibn Majah (Riyad}: Dar al-Mughni, 2006), 6-7.

[10] Ibid.

[11] al-Dhahabi, Tarajum al-Aimmah al-Kibar, 158.

[12] Ibid.

[13] Abu Shuhbah, Fi Rih}ab al-Sunnah, 173.

[14]Muhammad ibn Mat}ar al-Zah}rani, Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyah Nashatuhu wa Tat}awwaruhu, (Riyad}: Dar al-Hijrah, 1996), 144. Lihat juga  Safa’ al-Dawwi, Ihda’ al-Dibajah, 13.  

[15] Muh}ammad Abu al-Laits al-Khaira Abadi, Ulum al-Hadis Ashiluha wa Mu’ashiruha  (Malaysia: Dar al-Syakir, cet.7, 2011), 78.

[16] Sayyid ‘Abd al-Majid , Al-Suunah al-Nabawiyah Hujjiyyathuh}a wa Tadwinuh}a, 100.

[17] Muhammad ‘Ajjaj al-Khat}ib, Usul al-Hadith ‘Ulumuhu wa Must}lah}uhu (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), 327. Lihat juga Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, al-Wajiz fi Ta’rif al-Kutub al-Hadith (Beirut: Dar Ibn Kathir, 2009), 29.

[18] Ibid.

[19] Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, ed. Sidqi Husain al-‘At}t}ar  (Beirut: Dar Al-Fikr, 2003).

[20] Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, ed. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Juz 1-2  (Beirut: Dar Al-Kutub al-Islamiyah, tth).

[21] Muhammad ibn Isma’il al-Hasani al-San’ani, Taud}ih} al-Afkar li Ma’ani Tanqih} al-Anz}ar, juz 1  (Madinah: al_Maktabah al-Salafiyah, tth), 223.

[22] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghauri, al-Wajiz, Ibid.

[23] al-Shimali, al-Wad}ih}, 264.

[24] Muhammad ibn ‘Abd al-Rahman al-Sakhawi, Fath al-Mughith bi Sharh Alfiyah al-Hadith, juz 1 (Riyad}: Dar al-Minhaj, 1426 H), 155-156.

[25] al-Shimali, al-Wad}ih}, 263.

[26] al-Sakhawi, Fath al-Mughith, 156

[27] Ibid.

[28] Hadist tersebut terdapat dalam Kitab al-Masajid, Bab Tashyid al-Masajid. Lihat al-Qazwini, Sunan Ibn Majah, ed. Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Juz 1, hal 244.  

[29] Abu al-‘Abbas Ahmad ibn Abi Bakr ibn Isma’il ibn Salim ibn Qaimaz al-Busiri, Mis}bah} al-Zujajah fi zawaid Ibn Majah (Madinah: al-Jami’ah al-Islamiyah, 2004), 503.

[30] al-Khaira Abadi, Ulum al-Hadis, 78-79

[31] Ibid. 79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...