BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada, untuk menyampaikan ajaran-ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Islam perlu dipahami melalui jalan yang praktis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala preblema sosial yang ada dalam masyarakat. Untuk mengetahui Islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan studi Islam, akan tetapi studi Islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang cukup lama. Studi Islam telah ada bersama dengan adanya agama Islam maka dari itu studi Islam menimbulkan berbagai permasalahan yang umum diantaranya: apa pengertian studi Islam, apa ruang lingkup atau objek studi Islam , apa tujuan studi Islam.
Seiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari studi Islam dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari studi Islam, Islam memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Islam?
2. Bagaimana penjelasan Pengantar Studi Islam ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Islam
2. Untuk mengetahui lebih jelas tentang Pengantar Studi Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Islam dapat kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan. Dari aspek kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Adapun pengertian Islam menurut segi istilah, banyak ahli yang mendefinisikannya. Menurut Harun Nasution mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.[1]
Sementara menurut Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama perdamaian, dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa Islam selaras dengan namanya.[2] Dilihat dari pengertian tersebut jadi seseorang yang beragama Islam (muslim) adalah orang yang membuat perdamaian dengan Tuhan dan dengan manusia. Islam juga dapat diartikan tunduk karena semua kegiatan sehari-hari secara menyeluruh hanya kepada kehendak-Nya.
Islam sebagai agama besar yang didalamnya memuat ilmu dan amal telah menarik perhatian dunia, bukan saja dari kalangan umat Islam sendiri,tetapi juga dari kalangan orang yang berada di luar Islam. Islam sebagai doktrin telah menjadi pilihan yang mengikat dan mempesona banyak orang untuk menjadi orientasi hidup dan kehidupan untuk keperluan ilmu dan amal, dalam arti mereka mengenal dan mengerti Islam secara utuh untuk menjadi referensi dan landasan dari cara pandang, berpikir, bersikap dan berprilaku dalam kehidupan pribadi, keluarga, berbangsa dan ber-negara, sehingga banyak orang ingin mempelajari Islam secara mendalam dan menyeluruh. Islam yang menampilkan doktrin yang berbeda dengan apa yang ada telah berkembang di berbagai bagian dunia dan sampai saat ini telah menjadi objek telaah keilmuan dari berbagai kalangan. Kalangan muslim ingin memperdalam (tafaquh) ajaran agamanya itu supaya mendapatkan kejernihan ilmu keislaman, sehingga mereka mendapatkan esens keilmuannya itu secara luas dan mendalam. Namun perhatian mereka terhadap bidang ini tidak pernah selesai sebagai akibat dalam dan luasnya bidang keislaman.[3]
1. Arti Islam sebagai Agama.
Islam sebagaimana didefinisikan itu harus menjadi kepedulian setiap orang, karena hal itu menjadi objek perintah Tuhan. Sebagaimana yang tertera dalam QS:al-Baqarah:2:208) yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Islam bukan sekedar agama dunia, tetapi juga agama yang dipilih Allah untuk umat manusia. Tidak ada pilihan lain bagi orang yang biasa berspekulasi mencari agama alternatif kecuali Islam. Bagi orang yang menerima Islam sebagai agamanya dia mendapatkan harapan janji Tuhan yang tertuang dalam Al-Qur’an. Walaupun demikian banyak juga orang merasa keberatan dengan himbauan dan perintah seperti diatas bila tanpa bersamaan dengan hidayah-Nya. Dalam kalimat yang lebih ekstrim dapat dinyatakan bahwa hanya orang yang mendapatkan hidayah dari Tuhan yang mau memeluk Islam, sehingga Islam bukan ajaran yang harus dipaksakan kecuali melalui kesadaran diri. Demikian pula seseorang tidak perlu membanggakan dirinya ketika memeluk Islam dan mengolok-olokkan orang lain.
2. Arti Islam Sebagai Pengejawantahan Orang yang Berserah Diri
Islam dalam maknanya berserah diri menjadi tuntutan bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan perintah Allah. Berserah diri sebagai makna Islam dinyatakan dalam beberapa preposisi yang mempergunakan bermacam-macam gaya bahasa untuk menunjukkan sebagai perintah, ajakan, penegasan, pernyataan, permohonan (do’a), dan sikap. Dengan demikian berserah diri bagian dari doktrin Islam, atau berserah diri adalah watak doktrin Islam, sehingga Islam mempunyai makna korelatif dengan berserah diri. Dalam bentuk himbauan Tuhan menegaskan secara jelas dalam Al-Qur’an dan mengulas latar belakang perlunya manusia berserah diri. Latar belakang diperlukannya berserah diri karena sebab Allah telah menurunkan nikmatnya ke alam dunia ini dan setiap orang yang menerima dan merasakan nikmatnya perlu berserah diri.
3. Arti Islam sebagai Lembaga Kedamaian dan keselamatan
Islam dalam maknanya yang lain, yaitu janji pemberian dan tuntunan keselamatan kepada pemeluknya apabila ia menerima sesuai dengan ajarannya. Orang Islam harus mampu menjaga orang lain dari kejahatannya dalam rangka membangun hubungan yang harmonis. Sedangkan makna lainnya, yaitu menebarkan perdamaian dengan berbagai prilaku dan tindakan. Dalam dialog sehari-sehari ucapan salam itu diverbalkan dengan ucapan السلام عليكم (kedamaian bagimu). Dengan demikian, Islam dalam makna premordialnya adalah berserah diri, kedamaian dan keselamatan. Orang yang menganut atau memeluk agama Islam disebut dengan muslim/muslimah. Kewajiban mereka adalah berpegang teguh kepada Islam sebagai doktrin, pandangan hidup, pedoman sikap dan perbuatan.[4]
B. Studi Islam
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka Studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Studi Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam. Dengan kata lain Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.[5]
Adapun pengertian islam secara terminologi sebagaimana yang di rumuskan para ahli, ulama dan cendekiawan bersifat sangat beragam,tergantung dari sudut pandang yang digunakan. Salah satu rumusan definisi Islam dalah wahyu Allah yang disampaikan kapda Nabi Muhammad SAW sebagaimana terdapat dalam al-quran dan sunnah, berupa undang-undang serta aturan-aturan hidup. Sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Untuk mencapai kesejahteraan kedamaian hidup di dunia dan akhirat.[6]
Secara harfiyah Atho’ Mudzhar mengatakan bahwa objek kajian agama Islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fiqih, dan tasawuf. Dalam aspek ini, agama lebih bersifat penelitian budaya. Hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keIslaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penalaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari bagaimana ajaran tentang sholat, zakat, haji, tentang konsep keesaan Allah, tentang argumen adanya Tuhan, tentang aturan etika dan moral dalam Islam, berarti ia sedang mempelajari Islam sebagai gejala budaya.[7]
Sebenarnya studi Islam telah mulai diperkenalkan kepada umat Islam semenjak mereka memulai karir kehidupannya. Namun intensitasnya lebih ditingkatkan ketika mereka telah memasuki pendidikan di lembaga-lembaga formal. Dengan alasan untuk meningkatkan wawasan keislaman dan amaliyahnya terutama bagi umat Islam, maka studi Islam semakin diintensifkan dan menjadi muatan kurikulum pendidikan. Studi Islam di lembaga-lembaga tertentu disajikan dengan strategi dan metode tertentu dan pilihan materinya disesuaikan dengan kebutuhan.[8]
1. Tujuan Studi Islam
Adapun tujuan studi islam adalah sebagai berikut :
Pertama, untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup.
Kedua, untuk menjadikan ajaran-ajaran islam sebagai wacana ilmiah secara transparan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan. Dalam hal ini, seluk beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku bagi umat islam dijadikan dasar ilmu pengetahuan.
Tujuan ini menjadi semacam titik yang akan dituju dengan berbagai sarana dan metode untuk mencapainya. Dengan kerangka tujuan seamacam ini. Studi islam diharapkan tidak sekedar sebagai sebuah wawasan normative, tetapi juga konstektual, aplikatif, dan memberikan konstribusi konkret terhadap dinamika dan perkembangan yang ada[9].
2. Ruang Lingkup Studi Islam
Ruang lingkup kajian islam dalam tradisi kajian barat (orientalism schoal) meliputi pembahasan mengenai ajaran. Doktrin, pemikiran, teks, sejarah, dan instuti keIslaman. Mengingat daerah koloni pada umumnya adalah negara-negara yang banyak di domisili warga negara yang beragam Islam.
Menurut Muhammad Nurhakim, memang tidak semua aspek agama. Khususnya Islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus Studi Islam. Ada beberapa aspek tertentu dari islam yang dapat menjadi objek studi. Yaitu:
a. Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarnya bagi para pemeluknya sudah final. Dalam arti absolut. Dan diterima secara apa adanya.
b. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitanya dengan agama.
c. Interaksi sosial yaitu realitas umat islam.[10]
Sementara menurut Amin Abdullah terdapat tiga wilayah keilmuan agama Islam yang dapat menjadi objek studi Islam :
1. Wilayah praktek keyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah di interpretasikan sedemikian rupa oleh para ulama’, tokoh panutan masyarakat pada umunya. Wilayah praktek ini umunya tanpa memalui klarifikasi dan penjernihan teoritik keilmuan yang dipentingkan disini adalah pengalaman.
2. Wilayah teori-teori keilmuan yang dirancang dan di susun sistematika dan metologinya oleh para ilmuan, para ahli, dan para ulama’ sesuai bidang kajiannya masing-masing. apa yang ada pada wilayah ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah “Teori-teori” keilmuan agama islam, baik secara deduktif dari Nash-nash atau teks-teks wahyu, maupun secara induktif praktik-praktik keagamaan yang dalam masyarakat era kenabian, sahabat, tabi’in maupun sepanjang sejarah perkembangan masyarakat muslim dimanapun mereka berada.
3. Telaah toritis yang lebih popular disebut metadiscourse, terhadap sejarah perkembangan jatuh bangunnya teori-teori yang disusun oleh kalangan ilmuan dan ulama’ pada lapis kedua. Wilayah pada lapis ketigayang kompleks dan sophis ticated inilah yang sesungguhnya di bidangi oleh filsafat ilmu-ilmu keislaman.
Menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian agama islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam. Seperti kalam, fiqih, dan tasawuf. Dalam aspek ini, afama lebih bersifat penelitian budaya. Hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penalaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari bagaimana ajaran Islam tentang sholat, zakat, haji, tentang konsep keesaan Allah, tentang argument adanya Tuhan, tentang aturan etika dan nilai moral dalam islam, berarti ia sedang mempelajari Islam sebagai gejala budaya.[11]
3. Sejarah Pertumbuhan Studi Islam
Sejarah pertumbuhn Studi Islam dapat dilihat pada abad ke-19, dimana kajian Islam pada masa ini lebih menekankan pada tradisi filologi. Para pengkaji dibidang ini adalah dari kalangan pakar bahasa, ahli teks-teks kunci klasik, yang melalui bahasa dan teks klasik itu mereka dapat memahami gagasan-gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk umat islam, tanpa memahami konteks.[12] Pendekatan filologis (philological approach) menekankan pada bahasa teks. Para pengkaji dibidang ini adalah dari kalangan pakar bahasa, ahli teks-teks kunci klasik,yang melalui bahasa dan teks klasik itu mereka dapat memahami gagasan-gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk umat Islam, tanpa memahami konteks.[13]
Akan tetapi, kajian Islam melalui pendekatan filologi ini memiliki keterbatasan, diantaranya adalah penekanannya adalah yang ekslusif terhadap teks. Dunia Islam di pahami melalui cara tidak langsung, tidak dengan melakukan penelitian tentang kehidupan muslim yang ada didalam masyarakatnya, tetapi melalui prisma teks yang umumnya teks-teks itu berasal dari tradisi intelektual klasik milik Islam. Kajian ini berfokus pada tulisan-tulisan muslim, bukan pada muslimnya sendiri.[14] Inilah yang menyebabkan para filolog dan orientalis banyak melakukan kesalahan di dalam memahami makna data keagamaan. Meskipun demikian, pendekatan ini sangat membantu dalam membuka kekayaan daftar materi keIslaman dari dokumen-dokumen lama, karena melakukan studi terhadap Islam tanpa menguasai Bahasa Arab adalah sebuah kemustahilan.
Pada masa berikutnya, para pengkaji mulai menyadari kelemahan kajian filologi ini, sehingga muncullah kajian sains. Para penganjur pendekatan kedua ini berpendapat bahwa kajian tentang masyarakat harus di upayakan melalui metode-metode sains seperti yang di pahami oleh ilmuan sosial. Pendekatan ini berdasarkan pada sebuah keyakinan bahawa semua masyarakat akan mengalami proses perkembangan historis. Pendekatan ini juga memiliki kelemahan, diantaranya adalah perhatian yang lebih pada fungsi daripada bentuk-bentuk atau makna atau muatan kultural dari institusi sosial. Jadi kelompok ini mencoba mencari jalan pintas. Makna dan muatan kultural dari Institusi sosial tidak relevan dan dikesampingkan. Bagi kelompok ini masyarakat bukanlah sistem makna, tetapi mesin sosial. Kelemahan kedua dari pendekatan ini adalah terlalu mengesampingkan keunikan masyarakat, menyamakan semua masyarakat di dunia yang berjalan diatas rute sama, yaitu menuju modernitas.
Dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh dua pendekatan tersebut, tampak jelas akan perlunya suatu pendekatan lain yang dapat menghindari keterbatasan dari masing-masing pendekatan tersebut, bahkan mengkombinasikan dan mengembangkan lebih jauh kekuatan keduanya. Maka muncullah kemudian pendekatan lain, yang dimunculkan oleh para pengkaji Islam, baik dari Timur maupun Barat, seperti pendekatan fenomenologi dan lain sebagainya.
4. Pertumbuhan dan Obyek Studi Islam
Studi Islam, pada masa-masa awal terutama masa Nabi dan sahabat, dilakukan di masjid. Pusat-pusat Studi Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Amin, sejarahwan Islam kontemporer, berada di Hijas berpusat di Makkah dan Madinah, Irak berpusat di Basrah dan Kuffah serta Damaskus. Masing-masing daerah diwakili oleh sahabat ternama.[15]
Pada masa keemasan Islam, pada masa pemerintahan Abbaiyah, studi Islam di pusatkan di Baghdad, Bait al-Hikmah. Sedangkan pada pemerintahan Islam di Spayol dipusatkan di Universitas Cordava pada pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar Al-Dahil. Di Mesir berpusat di Universitas Al-Azhar yang didirikan oelh Dinasti Fatimiyahdari kalangan Syi’ah.
Studi Islam sekarang berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik islam maupun yang bukan Islam. Di Indonesia studi Islam dilaksanakan di UIN, IAIN, STAI. Ada juga sejumlah perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan studi Islam seperti UNISULA (Semarang) dan UNISBA (Bandung).
Studi Islam di negara-negara non Islam diselenggarakan di beberapa negara, antara lain di India, Chicago, Los Angeles, London, dan Kanada. Di Aligarch University India. Studi Islam di bagi menjadi dua, yaitu Islam sebagai doktrin dikaji di Fakultas Usuluddin yang mempunyai dua jurusan, yaitu jurusan Madzab Ahli Sunnah dan jurusan Madzab Syi’ah. Sedangkan Islam dari aspek sejarah dikaji di Fakultas Humaniora dalam jurusan Islamic Studies. Di jami’ah Millia Islamia, New Delhi, Islamic Studies Program di kaji di Fakultas Humaniora yang membawahi juga Arabic Studies, Persian Studies, dan Political Science.
Di Amerika, studi Islam pada umunya mengutamakan studi secara Islam, bahasa-bahasa islam selain Bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu soisal. Studi Islam di Amerika berada di bawah naungan Pusat Studi Timur Tengah dan Timur Dekat.
Di UCLA, studi Islam di bagi menjadi empat komponen. Pertama, doktrin dan sejarah Islam; kedua, Bahasa Arab; ketiga, ilmu-ilmu sosial, Sejarah, dan sosiologi. Di London, Studi Islam di gabungkan dalam Scool of Oriental and African Studies (Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di Asia dan Afrika.[16]
Dengan demikian obyek Studi Islam dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu sumber-sumber Islam, doktrin Islam, ritual dan Institusi Islam, Sejarah Islam, aliran dan pemikiran tokoh, studi kawasan dan bahasa.
Baca juga artikel yang lain:
- Ulumul Hadist (Ilmu-ilmu Hadist)
- Pengertian Bid'ah
- Konsep Manusia Menurut Aliran Humanisme dan Islam
- Konsep Manusia dalam Prespektif Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme
- Psikologi Perkembangan Pada Masa Anak-Anak
- Keterkaitan Ilmu Pengetahuan dan Agama
- Studi Al-Qur'an
- Studi Fikih (Hukum Islam)
- Urgensi Pengantar Studi Islam
- Etika Politik dan Nilai Pancasila Sebagai Sumber Politik
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Islam dapat kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan. Dari aspek kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Adapun pengertian Islam menurut segi istilah, banyak ahli yang mendefinisikannya. Menurut Harun Nasution mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Adapun arti lain dari Islam yaitu ; Arti Islam sebagai Agama, Arti Islam Sebagai Pengejawantahan Orang yang Berserah Diri dan Arti Islam sebagai Lembaga Kedamaian dan keselamatan.
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka Studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Dengan kata lain Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya. Adapun tujuan studi islam adalah untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup dan untuk menjadikan ajaran-ajaran islam sebagai wacana ilmiah secara transparan yang dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Ada beberapa aspek tertentu dari islam yang dapat menjadi objek studi islam yaitu:
a. Islam sebagai doktrin dari tuhan yang kebenarnya bagi para pemeluknya sudah final. Dalam arti absolut. Dan diterima secara apa adanya.
b. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitanya dengan agama.
c. Interaksi sosial yaitu realitas umat islam.
Sejarah pertumbuhan Studi Islam dapat dilihat pada abad ke-19, dimana kajian Islam pada masa ini lebih menekankan pada tradisi filologi. Para pengkaji di bidang ini adalah dari kalangan pakar bahasa, ahli teks-teks kunci klasik yang melalui bahasa dan teks klasik itu mereka dapat memahami gagasan-gagasan dan konsep-konsep utama yang membentuk umat Islam, tanpa memahami konteks.
Studi Islam, pada masa-masa awal terutama masa Nabi dan sahabat, dilakukan di masjid, Pada masa keemasan Islam, pada masa pemerintahan Abbaiyah, studi Islam di pusatkan di Baghdad, Bait al-Hikmah. Studi Islam sekarang berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik islam maupun yang bukan Islam. Di Indonesia studi Islam dilaksanakan di UIN, IAIN, STAI. Ada juga sejumlah perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan studi Islam seperti UNISULA (Semarang) dan UNISBA (Bandung).
Studi Islam di negara-negara non Islam diselenggarakan di beberapa negara, antara lain di India, Chicago, Los Angeles, London, dan Kanada.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. Dhuha al-islam. Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Anwar, Rosihon DKK. Pengantar Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Askandar, Noor Chozin. Pendekatan dalam Studi Islam. Makalah Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003.
Baidhawy, Zakiyuddin. Perkembangan Kajian Islam dalam Studi Agama. Surakarta: Muhammadiyyah University Press,2001.
Hakim, Atang Abdul & Mubarok, Jaih. Metodologi Studi Islam. Bandung: Rosda Karya.
http://www.percikaniman.org
Kadir, Abd. Dirasat Islamiyah. Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2016.
Mudzar, Atho’. Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
Naim, Ngainun. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Teras, 2009.
Nasution, Harun . Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press, 1985.
Nurhakim, Moh. Metodologi Studi Islam. Malang: UMM Press,2004.
Rosyid, Junaidi. Pengantar Studi Islam. Surabaya:UINSA Press,2014.
Sahrodi, Jamal. Metodologi studi islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Foot note
[1] Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 24
[2] http://www.percikaniman.org Diakses pada tanggal 19 September 2017
[3] Abd Kadir, Dirasat Islamiyah (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya. 2016),hlm. 1
[4] Abd Kadir, Dirasat Islamiyah (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya. 2016),hlm. 6-17
[5] Rosihon Anwar.DKK. Pengantar Studi Islam. (Bandung: Pustaka Setia,2009), hlm. 25
[6] Ngainun Naim. pengantar studi islam. (Yogyakarta: Teras, 2009),hlm. 1
3 Atho’ Mudzar. Metodologi Studi Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1998).
[8] Ibid, 14.
[9] Junaidi Rosyid. Pengantar Studi Islam, (Surabaya:UINSA Press,2014), hlm. 7
[10] Moh. Nurhakim. Metodologi Studi Islam, (Malang: UMM Press,2004), hlm. 3
[11] Jamali Sahrodi. Metodologi studi islam.(Bandung: Pustaka Setia, 2008),hlm. 9
[12] Noor Chozin Askandar, Pendekatan dalam Studi Islam (Makalah Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003).
[13] Ibid.
[14] Zakiyuddin Baidhawy, “perkembangan Kajian Islam dalam Studi Agama,” (Surakarta: Muhammadiyyah University Press,2001)
[15] Ahmad Amin, Dhuha al-islam (Mesir: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,) ,hlm. 86
[16] Atang Abdul Hakim, &Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam. (Bandung: Rosda Karya),hlm. 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar