Filsafat modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi tanda berakhirnya era skolastisisme.[1] Filsafat zaman modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan “Renaissance” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung di abad ke-18 itu, didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pertama, semakin berkurangnya kekuasaan Gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Waktu munculnya filsafat modern adalah abad ke-17 hingga awal abad ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara.[2]
1. Zaman Renaissance
Jembatan antara Abad Pertengahan dan Jaman Modern, periode antara sekitar 1400 dan 1600, disebut jaman ”Kelahiran Kembali”.[3] aham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme[4]
jadi ciri utama Renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaisans itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanisme itu. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada zaman modern. Rupanya setiap gerakan pemikiran mempunyai kecenderungan menghasilkan yang positif, tetapi sekaligus yang negatif.
Jadi, Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaisans. Sebenarnya secara esensial Zaman Renaisans itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari zaman Modern. Ciri-ciri filsafat Renaisans ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafatnya kita menemukan ciri-ciri Renaisans tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (renaissance), individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang tidak salah, tetapi bukanlah hanya Descartes yang dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme. Rasionalis pertama dan serius pada zaman modern memang Descartes.
2. Zaman Barok (Baruch de Spinoza)
Filsuf-filsuf dari Jaman barok antra lain: Rene Descartes (1596-1650), Barukh de Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Leibniz (1646-1710). Filsuf-filsuf ini menekankan kemungkinan-kemungkinan akal budi (“ratio”) manusia. Mereka semu juga ahli dalam bidang matematika.[5] Baruch de Spinoza merupakan filsuf belanda yang fenomenal setelah dia menggugat salah satu pemikiran Descartes mengenai apa sesungghunya dunia ini? Sebagai keturunan yahudi yang berpikiran bebas, ia kerap ditentang oleh sahabat-sahabatnya yang berpikiran ortodoks, hingga akhirnya dikucilkan.
Karya utama Spinoza adalah Ethics. Secara umum buku Spinoza tersebut menggunakan metode Cartesian dan berusaha membuat hipotesis mengenai kehidupan ini bahwa ada satu subtensi dengan banyak sifat yang tak terbatas jumlhnya. Manusia dan Tuhan adalah satu subtansi meski berbeda. Inilah yang membuat orang bias menerima tapi tidak sedikit yang mampu memahami pemikiran filsafat Spinoza karena memang agak membingungkan.[6]
Spinoza memliki sesuatu yang lain dalam benaknya , dan itu merupakan suatu detrminisme. Tetapi determinisme Spinoza tidak berkaitan langsung dengan ilmu secara khusus namun lebih tepatnya dengan apa yang barangkali dianggap sebagai nasib.[7]Karya Ethics Spinoza yang terakhir mengulas masalah emosi. Banyak komentator yang meinggalkanya, karena tidak menambah kerangka kerja metafisik yang telah ditetapkan dibuku keduannya. Spinoza dalam buku tersebut tidak beda pendapat dengan apa yang disebut dengan apatheia, ketidak pedulian. Diskusi moral dalam buku terseut sangat penting dan memberi kontribusi bagi khazanah filsafat.
3. Zaman Aufklarung
Abad ke-18 memperlihatkan perkembangan baru lagi. Setelah reformasi, setelah Renaissance dan setelah rasionalisme dari jaman Barok, manusia sekarang dianggap “Dewasa”. Periode ini dalam sejarah barat disebut “jaman pencerahan” atau “fajar budi” (dalam B.inggris, “Enlightenment”, dalam bahasa jerman, “Aufklarung”. Diantara filosof-filosof besar pada zaman ini tersebar diberbagai Negara Eropa, di Inggris misalnya ada John Locke (1632-1704), George Berkeley (1684-1753) dan David hume (1711-1776). Di Perancis Jean Jacque Rousseu (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1778), yang menciptakan pandangan kritisisme yang merupakan sintesis dari rasionalime dan empirisme dan yang dianggap sebagai filsuf terpenting dari jaman modern.[8]
John Locke (1632-1704 M) adalah tokoh pembawa gerbong aliran empirisme dalam filsafat. Yakni, sebuah aliran yang mengimani bahwa semua pikiran dan gagasan manusia berasal manusia berasal dari sesuatu yang di dapat melalui indra atau pengalaman. Locke lahir di Inggris pada 25 Agustus 1632 dan meninggal pada 28 Oktober 1704 M. Karenanya dia disebut fisuf Inggris dengan pandangan empirisme.[9]
Fokus filsafat Locke adalah antitesis pemikiran Descartes. Baginya, pemikiran Descartes mengenai akal budi kurang sempurna. Ia menyarankan, sebagai akal budi dan spekulasi abstrak, kita harus menaruh perhatian dan kepercayaan pada pengalaman dalam menangkap fenomena alam melalui pancaindera. Ia hadir secara sposteriori. Pengenalan manusia terhadap seluruh pengalaman yang dilaluinya seperti mencium, merasa, mengecap dan mendengar menjadi dasar bagi hadirnya gagasan-gagasan dan pikiran sederhana.[10]
Yang membedakan Locke dengan yang lainya adalah pemikirannya yang empiris di bangun atas dasar tunggal dan srbaguna. Semua pengalaman(pengetahuan), kata Locke bermula dari pengalaman. Pengalaman memberi kita sensasi, dan sensasi ini kita memperoleh berbagai macam ide baru yang ideal dan kompleks. Dan pemikiran kita terpengaruh oleh perasaan. Kendati Locke berbeda pandangan dengan filsuf lain,namun Locke juga menerima metafora sentral cartesian. Pembedaan antara pemikiran dan tubuh. Terbukti, dia memandang bahwa pengetahuan pertama tama berkenaan dengan pemeriksaan pikiran.[11]
Melalui Locke, tradisi empirisme di Inggris di mulai dan berkembang ke penjuru dunia yang semenjak era plato tradisi ini di buang di Negeri Barat. Filsafat Locke ini belakangan juga dibawa Voltaire ke Prancis. Filsafat Locke selalu menyarankan bahwa semua pengetahuan berasal dari indra. Ia juga segera di ikuti oleh uskup Irlandia George Barkeley dan filsuf Skotlandia David Hume.
Proyek epistemologis Locke mencapai puncaknya dalam positivisme. Inspirasi filosofis empirisme terhadap positivisme terutama adalah prinsip objektivitas ilmu pengetahuan. Seperti sudah dijelaskan di muka, empirisme mempunyai keyakinan bahwa semesta adalah sesuatu yang hadir melalui data inderawi. Karenanya pengetahuan harus bersumber dari pengalaman dan pengamatan empirik. Dan tesis ini, positivisme lantas mengembangkan klaimnya bahwa puncak pengetahuan manusia adalah ilmu-ilmu yang di dasarkan pada fakta-fakta yang terukur dan pasti.[12]
Baca juga artikel yang lain:
- Adab Suami Istri
- Aliran Syi'ah
- Ahli Sunnah Wal Jama'ah
- Aliran Khawarij
- Aliran Ahmadiyah
- Biografi Immanuel Kant
- Filsafat Kontemporer
- Filsafat Modern
- Filsafat Kritisisme
- Filsafat Abad Pertengahan
- Filsafat Pada Masa Yunani Klasik
4. Zaman Romantik
Pada zaman romantik ini merupakan rumusan pemikiran yang memperioritaskan ide-ide, berlawanan dengan “materialisme” yang memlerioritaskan dunia materia.Idealisme adalah salah satu aliran filsafat yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi dalam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi. Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa dan memadukan pendapat paham rasionalis.e dan paham empirisme
Setelah Kant mengetengahkan kemampuan akal manusia, maka para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasanya karena akal murni tidak akan dapat mengenai hal yang berada di luar pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar, ya,itu suatu sisitem metafisika yang ditemukan lewat dasar tindakan : aku sebagai sumber yang sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut dipakai sebagai dasar untuk membuat suatu kesimpulan tentang keseluruha yang ada.
Pelopor Idealisme J.G. Fichte (1762-1814), F.W.J. Scheling (1775-1854), G.W.F Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
[1] Kees Berten, Ringkasan Sejarah Filsafat, ( Yogyakarta: Kanisius, 1976) h. 42
[2]Forrest E Baird, From Plato to Derrida,(New Jersey , Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall, 2008) h. 188
[3] Tim Reviewer MKD UINSBY Surabaya, Pengantar Filsafat, (Surabaya: UIN SA Press, 2017) h. 28
[4] ]Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai James, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h. 109.
[5] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah, op. cit.; dan Ali maskun, Pengantar Filsafat, op.cit.
[6] DW. Hamlyn, The Penguin History of Westrn… hlm. 148-156.
[7] DW. Hamlyn, The Penguin History of Westrn… hlm. 149-154.
[8] Harun hadiwijoyo, sari sejarah, op. Cit,; dan Ali maksum, pengantar filsafat,op. cit
[9] Solomon,sejarah filsafat...hlm 378
[10] Donny Gahral adian ,menyoal objektifisme ilmu pengetahuan dari david hume sampai thomas kuhn, (jakarta: Teraju, 2002 hlm 49
[11] Solomon, sejarah filsafat hal 387
[12] Bambang Q-ances dan Radea juli A.hambali, filsafat untuk umum hal 337
Tidak ada komentar:
Posting Komentar