HOME

25 Januari, 2022

Seni dan Keindahan

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam aspek kehidupan manusia selalu terkait akan suatu keindahan,yang diwujudkan dalam budaya, atau karya seni yang diciptakan dan dinikmati oleh manusia itu sendiri. Sayangnya dalam mengekspresikan suatu karya terkadang manusia tidak mengindahkan hal-hal yang dapat mendorong karyanya, sehingga hasilnya pun kadang tidak sesuai dengan yg dimaksud sebelumnya.

Keindahan dan seni pun  kerap disamakan dan tidak sedikit orang yang menganggapnya demikian. Sehingga kebanyakan perspektif orang mengatakan bahwasanya seni dan keindahan itu dua hal yang sama, padahal belum tentu Seni itu indah. Dalam konteks ini kita perlu memahami lebih dalam apa makna dari suatu keindahan dan bagaimana perbedaan antara seni dan keindahan serta sifat-sifat keindahan sehingga orang tidak salah mengartikan bahwa seni yang tidak indah bukanlah seni.


B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.      Apa Makna Keindahan?

2.      Apa Perbedaan antara seni dan keindahan?

3.      Apakah yang dimaksud  karya seni yang tidak indah?

4.      Bagaimana sifat-sifat keindahan?

5.      Bagaimana pandangan terhadap pencapaian kemakmuran?


C.    Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1.      Untuk mengetahui makna keindahan.

2.      Untuk mengetahui perbedan seni dan keindahan.

3.      Untuk mengetahui penjelasan karya seni yang tidak indah.

4.      Untuk mengetahui sifat-sifat keindahan.

5.      Untuk mengetahui pandangan terhadap pencapaian kemakmuran


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keindahan

Keindahan atau estetika berasal dari kata yunani yang berarti merasakan to sense , atau to perceive. Pengalaman keindahan termasuk ke dalam tingkat persepsi dalam pengalaman manusia, biasanya bersifat visual (terlihat) atau terdengar (auditori) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut. Pengalaman keindahan mungkin ada hubungannya dengan rasa sentuh , rasa, atau bau.[1]

Ada keindahan dalam arti luas dan adapula keindahan dalam arti sempit, adapula estetik murni, kontemplasi, ekstese, nilai estetis karya seni, dll. The Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Estetik (filsafat keindahan), menerjemahkan keindahan dengan kata beautiful. Menurut cakupannya, maka harus dibedakan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah.[2]

Para filosof mendefinisikan keindahan sebagai suatu kesatuan hubungan yang formal pengamatannya serta dapat menimbulkan rasa senang. Dengan batasan tersebut, orang sering mencampur adukan pengertian keindahan dan seni. Padahal kesenian mempunyai gejala yang lebih kongret dari keindahan. Dengan demikian pernyataan bahwa segala sesuatu yang indah adalah seni, dan seni pastilah indah, tidak selalu benar.[3]

Para ahli merumuskan beberapa definisi keindahan sebagai berikut:

a.       Loe Tolstoy (Rusia)

Dalam bahasa Rusia, keindahan adalah krasota artinya sesuatu yang mendatangkan rasa senang bagi yang melihatnya dengan mata jadi seuatu yang tidak dapat dilihat seperti musik tidak termasuk keindahan.

b.      Alexander Baumgarten (Jerman)

Keindahan adalah suatu bagian yang memimliki susunan teratur, yang erat hubungannya antara satu dengan yang lain maupun dengan keseluruhan.

c.       Al-Ghazali

Keindahan suatu benda terletak dari kesempurnaan, yang dapat dikenali, kembali dan sesuai dengan sifat benda itu.

Keindahan bagi manusia merupakan sesuatu yang sangat penting, yang menunjukkan bahwa manusia itu memiliki perasaan yang halus, lembut, serta menghargai kualitas. Tingginya cita rasa artistik seseorang dalam meresapkan karya-karya yang indah, pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif terhadap sikap emosi dan moralnya.       

Orang yang mempunyai konsep keindahan terbatas jumlahnya. Orang tersebut sibuk dengan pemikirannya mengenai imajinasi, sebab imajinasi merupakan titik pusat konsep keindahan. Imajinasi dapat berpengaruh terhadap keindahan dengan cara menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai objek imajinasi. Dengan semangat menggali kreativitas, keindahan dapat dihasilkan.[4]

Konsep keindahan adalah abstrak dan tidak dapat berkomunikasi sebelum diberi bentuk. Oleh karena itu, banyak pemikir yang tidak puas terhadap  pendapat yang menyatakan bahwa keindahan itu hasil meniru dari alam. Sedangkan meniru dari alam belum tentu menciptakan keindahan.  Keindahan dapat dicapai melalui proses mencari dan pemberian bentuk imajinasinya serta keingintahuan dan dambaan akan suatu keindahan.

Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, sedangkan yang tidak ada keindahannya tidak mengandung kebenaran. Kondsep keindahan dapat berkomunikasi dengan penciptanya sendiri setelah ada bentuk yang diberikan oleh imaginasi sesuatu yang indah adalah abadi, sebab yang indah memberikan suka cita yang mendalam dan daya tariknya selalu bertambah. Sifat yang indah adalah universal, tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu, dan tempat. Hal itu terjadi sebab pada hakikatnya setiap orang, dimanapun dan kapanpun, mempunyai sikap yang sama dalam menghadapi suatu yang indah, yaitu sikap simpati dan empati.


B.     Perbedaan antara Seni dan Keindahan

Hampir semua orang menganggap bahwa semua yang indah itu adalah seni, atau sebaliknya. Idenetifikasi seni dan keindahan seperti ini adalah dasar dari segala kesukaran kita didalam memberikan apresiasi kepada seni. Sebetulnya seni tidaklah harus indah. Baik pandangan historis (dengan meneliti bagaimana hasil-hasil seni di masa silam) maupun secara sosiologis (dengan mengingat,bagaimanakah manifestasi seni sekarang ini diberbagai tempat didunia) ternyata bahwa hasil seni sering tidak indah.

Seni tidak identik dengan keindahan. Dalam menghadapi sebuah karya seni, tidak hanya kategori keindahan yang bergetar dalam hati seorang penonton, melainkan kategori lainnya juga. Perasaan estetik hanya merupakan sebagian saja dari perasaan seni. Sebuah contoh yang sangat sederhana dapat menerangkan bahwa keselarasan tidak selalu merupakan satu-satuya pedoman untuk menimbulkan efek estetik, bahkan penyimpanan menambah efek estetik. Misalnya, meja persegi, daaun meja ditutup dengan taplak yang juga persegi, tetapi taplak itu tidak dipasang sedemikian rupa sehingga tepi taplak tidak selaras dengan daun meja tetapi justru menyilang. Karena persilangan inilah, efeknya justru lebih menarik dan enak untuk di pandang.[5]

Selain itu, perlu kita perhatikan bahwa manusia menciptakan karya seni dan manusia pula yang menikmati. Manusia tidak melulu merupakan Homo Estheticus, melainkan sebagai manusia sosial yang secara historis berakar dalam suatu masyarakat dan zaman tertentu. Itulah sebabnya dalam menciptakan barang-barang seni, seorang seniman juga terpengaruh lingkungan dan zamannya, yang mungkin oleh generasi sebelumny kurang diperhatikan.

Dunia modern memang penuh kejutan dan ketegangan yang dalam waktu singkat dapat menggoncangkan hati kita akibat adanya sistem komunikasi modern. Generasi muda ketika menciptakan karya seni dan mengekpresikan diri, tidak terdorong oleh gambaran keindahan, melainkan oleh kejutan-kejutan yang sedang mereka alami. Proses terhadap pembunuhan massal, tindakan yang meraja lela, kemunafikan kaum beragama yang melarikan diri ke dalam benteng agama yang tidak mau melihat martabat manusia di injak-injak. Semua itu, lebih bermakna dan lebih mendesak bagi seniman modern daripada mengungkapkan hasil kontemplasi yang dinikmati di tempat yang tenang dan tentram. Jeroen Bosch, seorang pelukis Belanda yang hidup pada abad ke-15, abad penuh pergolakan yang di dalamnya terjadi peperangan dan wabah pers yang merajalela menampilkan gambar dari impian buruk yang penuh dengan makhluk yang aneh dan menakutkan dalam lukisannya[6]


C.    Karya Seni Yang Tidak Indah

Seni modern memang sukar dimengerti, bahkan mengejutkan. Para seniman modern tidak tertarik lagi oleh keindahan dan keharmonisan, melainkan oleh sesuatu yang menggemparkan dan merisaukan hati. Sesuatu yang dalam kesenian tradisional disinggung atau disublimasikan, diabstrakan atau dilapisi dengan cahaya keindahan, kini ditonjolkan dengan secara blak blakan, kasar, dan serba menantang.

Sifat umum yang dewasa ini sering tampak dalam kesenian barat ialah usaha untuk menimbulkan efek shock, memperlihatkan masa frustasi dan kejemuan yang dirasakan oleh sang seniman dan sebagian masyarakat. Baik dalam seni sastra, seni drama, seni pahat, dan seni film, yang kita jumpai gejala serupa itu.[7]

Shock menggoncangkan yang dulu diangap telah melemparkan batu ke kaca yang melindungan harta nilai tradisional, dengan sengaja menertawakan dan mencemoohkan apa yang oleh angkatan angkatan dulu diangap suci dan keramat, memberontak tata tertib yang semula tak pernah dilakukan serta membubuhkan tanda Tanya dibelakang setiap pernyataan dan ucapan.

Gejala frustasi tampak dari suasana keabu abuan yang meliputi banyak karya seni kontemporer, yang menyiratkan gairah, serta ditonjolkan tanpa emosi dan secara factual saja. Sebelum Perang Dunia II, dosa masih memperlihatkan sebagai suatu yang memang dilarang, tetapi toh ada segi segi yang indah, yang membebaskanmya, sebagai ekspresi gaya hidup yang vital. Akan tetapi sekarang sering digambarkan sebagai sesuatu yang menjemukan serta ditonjolkan dalam kejelekannya yang dengan sengaja dijauhkan dari segala sesuatu yang indah. Misalnya film televise yang bertema asmara dilukiskan sebagai sesuatu yang romantis dan merayu walaupun haram.[8]


D.    Sifat-sifat keindahan

Untuk mengatakan sesuatu indah atau tidak, berikut ini akan diungkapkan sifat keindahan. Atas dasar sifat ini, juga akan di kemukakan beberapa tanggapan mengenai keindahan.

1.      Keindahan itu kebenaran

Kebenaran artinya bukan tiruan. Oleh karena itu, tiruan lukisan Monalisa tidak indah karena dasarnya tidak benar.[9]

2.      Keindahan itu abadi

Abadi artinya tidak pernah dilupakan, tidak pernah hilang susut. Karya Beethoven tidak pernah dilupakan orang karena indah.

3.      Keindahan mempunyai daya tarik

Daya tarik artinya memikat perhatian orang, menyenangkan, dan tidak membosankan. Bali menyenangkan orang karena ia mempunyai daya tarik.

4.      Keindahan itu universal

Universal artinya tidak terikat dengan selera perseorangan, waktu, dan tempat. Selera mode tidak universal karena terikat dengan pilihan seseorang dalam kurun waktu tertentu pula.

5.      Keindahan wajar

Wajar artinya tidak berlebihan dan tidak pula kurang atau menurut apa adanya. Misalnya foto berwarna yang dicetak lebih indah daripada warna aslinya.

6.      Keindahan itu kenikmatan

Kenikmatan artinya kesenangan yang memberikan kepuasan. Menonton film atau pertunjukkan tari-tarian yang tidak menyenangkan dikatakan tidak indah. Pencipta suatu karya seni memperoleh suatu kenikmatan atau kepuasan apabila karyanya itu dikatakan indah.

7.      Keindahan itu kebiasaan

Kebiasaan artinya dilakukan berulang-ulang. Yang tidak biasa tidak indah namun karena dilakukan berulang-ulang menjadi biasa dan indah. Contohnya ialah Hanafi dalam upacara perkawinan dengan Rafiah (salah asuhan karya Abdul Muis)

E.     Pandangan Terhadap Pencapaian Kemakmuran

Keindahan dapat dinikmati menurut selera seni dan selera bias. Keindahan yang didasarkan pada selera didukung oleh factor kontemplasi dan ekstasi. Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstasi adalah dasar dalam manusia untuk menyatakan, merasakan, dan menikmati sesuatu yang indah itu. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia terjadilah penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu yang indah itu menarik perhatian orang yang melihat dan mendengar. Bentuk di luar diri manusia itu merupakan karya budaya, yaitu seni lukis, seni suara, seni tari, seni sastra, seni drama, dan film, atau berupa ciptaan tuhan misalnya, pemandangan alam. Apabila kontemplasi dan ektasi dihubungkan dengan kreativitas, kontemplasi merupakan faktor pendorong untuk menciptakan yang indah. Sedangkan ekstasi merupakan pendorong untuk merasakan dan menikmati keindahan. Karena tingkat kontemplasi dan ekstasi berbeda-beda tiap manusia, tanggapan terhadap karya seni juga berbeda-beda. Orang lain mengatakan karya seni itu indah, tapi mungkin orang lain mengatakan karya seni itu tidak indah karena selera seni yang berbeda.[10]

Baca juga artikel yang lain:

  1. Pengertian Bid'ah
  2. Konsep Manusia Menurut Aliran Humanisme dan Islam
  3. Konsep Manusia dalam Prespektif Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme
  4. Terjemah Surat Yasin
  5. Seni dan Keindahan
  6. Potensi Generasi Muda
  7. Perkembangan Ilmu Biologi, Fisika, dan Kimia Menurut Pengetahuan Barat dan Islam
  8. Pandangan Hidup, Ideologi, Tanggung Jawab, Harapan, dan Doa
  9. Istighosah
  10. Makna dan Fadhilah Surat Al-Falaq 1-5
  11. Makna dan Fadhilah Surat Al Ikhlas 1-4

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Keindahan merupakan sesuatu yang penting bagi manusia, yang menunjukkan bahwa manusia itu memiliki perasaan yang halus, lembut, dan menghargai kualitas. Keindahan memiliki daya tarik yang selalu bertambah dan dapat dinikmati oleh penciptanya maupun orang yang melihat dan merasakannya.

Seni dan keindahan sangat berbeda karena tidak semua karya seni itu indah. Seni tidak identik dengan keindahan karena banyak kategori yang diperhatikan dari sebuah penciptaan karya seni.

Belakangan ini, para seniman modern tidak lagi tertarik oleh keindahan. Justru mereka lebih memilih sesuatu yang menggemparkan dan terkadang merisaukan hati karena mereka lebih menyukai hal-hal yang menantang.

Untuk mengetahui sesuatu itu indah atau tidak, terdapat beberapa sifat keindahan. Diantaranya keindahan itu suatu kebenaran yang abadi dan mempunyai daya tarik. Selain itu, keindahan bersifat universal dan wajar. Keindahan juga dapat dinikmati karena suatu kebiasaan.

Keindahan mempunyai dua faktor pendorong yang penting, yaitu kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi merupakan faktor pendorong untuk menciptakan sesuatu yang indah. Sedangkan ekstansimerupakan faktor pendorong untuk merasakan dan menikmati keindahan.


DAFTAR PUSTAKA

Sulaeman,Munandar. 1998. Ilmu Budaya Dasar.Bandung:Refika Aditama

Mawardi, Hidayati Nur. 2007. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia

http://yasseribd.blogspot.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-a.html?m=(diakses pada 15 September 2017)


Footnoot

[1]M munandar sulaeman.Ilmu Budaya Dasar (Bandung: Refika  Aditama,1998) h.64

[2] Mawardi dan Nur Hayati. IAD-ISD-IBD,(Bandung:Pustaka Setia, 2007) h.141-142

[3] Ibid.., hal 142

[4] M Munandar Sulaeman.Ilmu Budaya Dasar(Bandung:Refika Aditama,1998) h.65

[5] Mawardi, Nur Hidayati.IAD-ISD-IBD(Bandung:Pustaka Setia,2007) h 145

[6] ibid

[7] Mawardi, Nur Hidayati.IAD-ISD-IBD(Bandung:Pustaka Setia,2007) h 146

[8] Ibid, 147

[9] Ibid,

[10] Yasser Ali, “contoh makalah konsep IBD dalam Kesustraan, music, dan keindahan.” Diakses dari http://yasseribd.co.id/2016/01/bab-i-pendahuluan-a.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...