A. KERAJAAN KERAJAAN PASCA DINASTI ABBASIYAH
1. DINASTI USMANIYAH DI TURKI (TURKI USMANI)
Dinasti usmaniyah merupakan salah satu dari tiga kerajaan besar selain dinasti Safawiyah di Persia dan dinasti Mughal di india. Kerajaan ini berasal dari suku oghuz. suku yang dipimpin oleh ertughul ini bearasal dari daerah Mongolia yang selanjutnya berpindah karena tekanan dari bangsa Mongolia. Lalu mereka juga berpindah ke Turkistan, Persia hingga irak. Karena semakin banyaknya tekanan tekanan yang mereka terima dari bangsa Mongolia, akhirnya mereka melarikan diri guna menghindari tekanan dari bangsa Mongolia. Mereka melarikan diri kebarat ke daerah daratan asia kecil. Disana mereka mengabdi dan membantu sultan Seljuk (sultan alauddin II) melawan bizaintum hingga sultan alauddin mendapatkan kemenangannya atas bizaintum. Sebagai hadiah kepada kaum oghuz atas bantuannya melawan bizaintum, sultan aluddin menghadiahkan sebidang tanah kepada raja ertughul di asia kecil perbatasan dengan bizaintum. Itulah tanah yang nantinya akan menjada sebuah kerajaan besar yakni dinasti usmaniyah.
Tanah pemberian dari sultan alauddin tersebut kemudian diwariskan kepada putranya usman bin ertughul. Usman bin ertughul juga mengabdikan dirinya untuk sultan alauddin II dalam peperangan melawan bizaintum hingga dapat menduduki beberapa wilayah bizaintum. Setelah beberapa saat menikmati kemenangan atas bizaintum, serbuan tentara mongol telah memporak – porandakan tentara Seljuk bahkan sultan alauddin II terbunuh ditangan tentara mongol.[1]
Karena serangan dari tentara mongol tersebut membuat kerajaan Seljuk terpecah belah, dan hal itu membuat usman bin ertughul berkuasa dan menyatakan kemerdekaan atas wilayah yang didudukinya, serta mendirikan sebuah dinasti yang dinamai dinasti usmaniyah.
2. DINASTI SAFAWIYAH DI PERSIA
Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan usmani. Nama safawiyah, diambil dari nama pendirinya, safi al-din (1252-1334 M), dan nama safawi itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama it uterus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.[2]
Tarekat safawiyah ini berkembang hingga menjadi seperti organisasi keagamaan dengan massa yang banyak serta doktrin yang membuat pengikutnya merasa adanya ikatan antar anggotanya dan menjadikan tarekat ini memiliki kedisiplinan disetiap anggotanya. Karena kecenderungannya seperti sebuah organisasi tarekat ini condong untuk berpolitik, hingga kecenderungan terhadap politik mendapat wujud kongkritnya pada masa kepemimpinan juneid (1447 – 1460 M). dibawah kepemimpinan juneid dinasti safawi memperluas wilayahnya dengan sambil menambahkan gerakan politik dalam perluasannya tersebut. Pada saat saat perluasan wilayah terjadi konflik antara juneid dengan penguasa kara koyunlu, salah satu bangsa turki yang menempati wilayah yang akan dikuasai juneid.
Dalam konflik tersebut akhirnya juneid kalah dan diasingkan. Juneid melarikan diri ke istana uzun hasan dari kalangan suku Turki Ak Konyulu. Disitu juneid tetap merealisasikan gerakan politik terhadap suku ak konyulu tersebut. Hingga pada akhirnya juneid mampu mempersunting salah satu wanita uzun hasan untuk dijadikan istrinya yang nantinya menghasilkan anak bernama haidar.
3. DINASTI MUGHAL DI INDIA
Dinasti mughal berasal dari tentara nomadik (penjelajah) dari Afghanistan sehingga wajar jika pemerintahan dijalankan oleh elite militer dan politisi. Mereka terdiri dari para pembesar di iran, Afghanistan, turki, dan india. Dinasti mughal didirikan oleh sultan babur. Tantangan dari raja raja hindu india begitu banyak tetapi kekuatan sultan babur dapat mengalahkan dengan kemenangan yang gemilang.[3]
Kemudian diteruskan ke putra sulungnya yang bernama sultan bumayun dan diteruskan lagi perjuangannya kepada cucunya yaitu sultan akbar yang mampu menetralisir kegoncangan social politik dalam negri jika turki usmani diibaratkan seperti mesin perang maka dinasti mughallah yang memiliki jiwa militer dan penakluk yang kuat sehngga mampu melakukan ekspansi keberbagai daerah daerah penting diindia dimana sultan akbar dapat dikalahkan dapat menguasai kebesaran kakeknya.
A. DINASTI – DINASTI KECIL MASA PEMERINTAHAN BANI ABBAS
1. DINASTI UMAYYAH DI SPANYOL
Penaklukan spanyol terjadi setelah mesir yang secara geografis sangat strategis dijadikan batu loncatan memasuki spanyol. Panglima tentara umayyah pertama yang masuk spanyol adalah tharif yang berhasil menyebrang dan mengalahkan tentara kerajaan visighotic yang sedang berkuasa pada saat itu.[4] Dan ekspansi selanjutnya dilanjutkan atas perintah gubernur afrika utara yang di pimpin oleh thariq ibnu ziad yang lama kelamaan bias leluasa memasuki dan menaklukan spanyol. Setelah spanyol berada ditangan tentara islam instabilitas social politik mulai terjadi baik oleh gangguan sisa sisa kekuatan spanyol pra islam maupun perebutan kekuasaan antara tentara arab (damaskus) dengan tentara barbar (afrika utara). Masalah perseteruan intern telah menyebabkan ketidakmampuan menciptakan pembangunan di spanyol sehingga Abdurrahman al-dakhildatang untuk mengakhiri konflik tersebut.
Dan pembangunan spanyol dimulai oleh amir Abdurrahman sendiri dengan membangun masjid dan lembaga ilmiah serta penataan politik. Selanjutnya digantikan oleh hisyam yang berhasil menegakkan islam sebagai hokum Negara dan masyarakat. Sedangkan hakam lebih memprioritaskan pada pembaruan bidang militer dan keprajuritan.
2. DINASTI IDRISIYAH
Dinasti idrisi didirikan oleh seorang politisi dari kaum alawiyyin (keturunan ali bin abi thalib) yang bernama idris bin abdillah. Panji panji arab dan syiah Nampak dalam karakteristik dinasti idrisi. Dinasti ini merupakan dinasti syiah pertama dalam sejarah islam.[5] Kaum alawiyyin dan syiah sebelumnya merupakan mitra keluarga bani abbas dalam perseteruannya dengan para khalifah bani umayyah. Tetapi setelah bani abbas dapat merebut kekuasaan dari bani umayyah, kaum alawiyyi dan syiah ditinggalkan sehingga memunculkan sifat opposan terhadap khilafah abbasiyah yang seringnya terjadi pemberontakan maka kemudian dimulailah kalangan alawiyyin dan syiah semakin mendapat perlakuan yang buruk.
Banyaknya pemberontakan yang gagal maka banyak pimpinan pergerakan dan tentara yang gugur. Namun idris bin Abdullah selamat dan melarikan diri ke maroko. Karena idris pandai dalam memimpin maka dibaiat menjadi khalifah di ibukota Negara maroko. Akan tetapi khalifah harun ar-rasyid menganggap daulah bani idris sebagai ancaman, maka dari itu harun mulai menghadang gerakan para petinggi daulah bani idris, idris pun akhirnya terbunuh oleh kekuatan bani abbas tetapi anaknya melanjutkan kepemimpinan dan semakin memperjelas keberadaan dinasti idrisi sebagai dinasti berfaham syiah. Namun idrisi runtuh karena ditaklukan oleh kekuatan dinasti fathimiyah.
3. DINASTI AGHLABIYAH
Dinasti aghlabiyah berdiri sebagai akibat ketakutan khalifah Harun al-rasyid atas rongrongan dinasti idrisiyah.[6] Dinasti aghlabiyah merupakan dinasti keluarga aghlabi yang bersuku arab. Dengan demikian status pemimpin aghlabi tidak seperi gubernur walaupun wilayah teritorialnya setingkat gubernur. Karena hak khususnya sebagai amir menyebabkan aghlabiyah menjadi penguasa di Tunisia. Hal ini tidak diartikan sebagai melemahnya khilafah abbasiyah tetapi justru sebaliknya hak hak otonom dinasti aghlabiyah dianggap penting guna menjadi benteng daulah abbasiyah di afrika utara.[7]
4. DINASTI TULUNIYAH
Dinasti tuluniyah didirikan oleh ahmad ibnu tulun (salah seorang panglima tentara turki dikalangan istana abbasiyah). Nuansa turki begitu menonjol karena dinasti tuluniyah memang didirikan oleh klan turki yang sejak zaman al mu’tashim masuk istana Baghdad. Ahmad ibnu tulun dibesarkan dalam tradisi disiplin militer yang kuat karena ayahnya, Tulun adalah pegawai istana.[8]
Ketika situasi politik di Baghdad tidak stabil, wibawa pemerintahan merosot maka ahmad ibnu tulun memproklamirkan diri sebagai penguasa tulunyah di mesir.
Baca juga artikel yang lain:
- Adab Suami Istri
- Aliran Syi'ah
- Ahli Sunnah Wal Jama'ah
- Aliran Khawarij
- Aliran Ahmadiyah
- Biografi Immanuel Kant
- Filsafat Kontemporer
- Filsafat Modern
- Filsafat Kritisisme
- Filsafat Abad Pertengahan
- Filsafat Pada Masa Yunani Klasik
- Teks Piagam Madinah
- Arab Pra Islam Dan Nabi Muhammad Sebagai Pemimpin Agama Dan Negara
- Kerajaan-Kerajaan Pasca Dinasti Abbasiyah
[1] Syamsul bakri, peta sejarah peradaban islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), cetakan ke-1 135-136
[2] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003) cetakan ke-14, 138
[3] Ibid., 150
[4] Ibid., 98
[5] Ibid., 77
[6] Ibid., 82
[7] Ibid., 82
[8] Ibid., 83
Tidak ada komentar:
Posting Komentar