HOME

26 Januari, 2022

Filsafat Pada Masa Yunani Klasik

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Para sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat.  Karena itu tidak ada pengantar filsafat yang lebih ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Alfred Whitehead mengatakan tentang Plato: "All Western phylosophy is but a series of footnotes to Plato".  Pada Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat yang masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan dunia merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya.

A.    Rumusan Masalah

1.     Apa arti dari filsafat ?

2.    Bagaimana perkembangan filsafat pada masa Yunani klasik ?

3.    Apa saja pemikiran-pemikiran filsafat pada masa yunani klasik, dan penjelasannya ?


B.   Tujuan Penulisan

1.   Dapat memahami pengertian filsafat

2.   Dapat mengetahui sejarah perkembangan filsafat pada masa Yunani klasik

3. Dapat mengetahui pemikira-pemikiran yang berkembang pada masa Yunani klasik beserta penjelasannya


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian filsafat

Kata filsafat padanan dari bahasa arab falsafah dan bahasa inggrisnya philosopy. Kata filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani philoshopia. Yakni gabungan dari kata “philos” yang artinya cinta, dan “sophos” berarti kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan[1], kearifan atau pengetahuan (wisdom). Secara etimologi filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan (loveof wisdom).[2]

Menurut Cicero (106-43 SM), penulis Romawi menyatakan bahwa orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Pythagoras (582-496 SM), sebagai reaksi terhadap cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya “ahli pengetahuan”. Menurut Pythagoras, manusia hanya pencari kebijaksanaan (filsuf) dan Tuhan yang memiliki kebijaksanaan. Kemudian Socrates (470-399 SM) dan Plato (427-347 SM) lebih memperkenalkan kata filsafat melalui metode dialektika dan deduktif-spekulatif transendental.[3]


B.     Perkembangan filsafat pada masa Yunani klasik

Filsafat pada masa ini mencapai pada masa kejayaan. Dimana banyak lahir filosof-filosof  besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Zaman ini ditandai dengan munculnya kaum shopis yang mengajarka pada pemuda-pemuda Athena tentang keunggulan retorika dan kebenaran subyektif. Menurut kaum ini manusia merupakan ukuran bagi segala sesuatu (homo mensura). Akibat ari ajaran ini, maka ukuran kebenaran menjadi relatif dan subyektif.

Dalam kondisi inilah muncul filosof terkemuka Socrates yang menyatakan bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Socrates dengan pemikiran filsafatnya selalu berusaha untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah, dimana keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.[4]


C.     Tokoh-Tokoh Dan Pemikiran Filsafat Pada Masa Keemasan(Klasik)

Banyak tokoh yang bermunculan pada masa ini diantaranya adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles.

1.    SOCRATES

Socrates adalah seorang filosof dengan coraknya sendiri. Ajaran filosofinya tak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar, ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. kebenaran itu tetap dan harus dicari.[5]

Filsafat Socrates banyak membahas masalah-masalah etika. Ia beranggapan bahwa yang paling utama dalam kehidupan bukanlah kekayaan atau kehormatan, melainkan kesehatan jiwa. Prasarat utama dalam kehidupan manusia adalah jiwa yang sehat. Jiwa manusia harus sehat terlebih dulu agar tujuan-tujuan hidup yang lainnya dapat diraih.[6]

Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan, bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.


2.    PLATO

Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik,yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan"ideal".Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.[7]

Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara. Menurut Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu.

Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.[8] Adapun Pandangan Plato Tentang Karya Seni Dan Keindahan, yaitu :

1)         Pandangan Plato tentang Karya Seni

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide. Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.


2)         Pandangan Plato tentang Keindahan

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalamPhilebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide.Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni.Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.[9]


3.    ARISTOTELES

Aristoteles adalah murid dari Plato. Mekipun ia adalah murid Plato tetapi banyak dalam hal ia tidak setuju dengan Plato. Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan  menjadi, Arisoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles disebut dengan realisme.[10]

Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, metafisika, psikologi, dan ilmu alam.[11]

Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarkhi. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (11351204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (11261198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.[12]

Baca juga artikel yang lain:

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

  • Pengertian filsafat

Kata filsafat padanan dari bahasa arab falsafah dan bahasa inggrisnya philosopy. Kata filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani philoshopia. Yakni gabungan dari kata “philos” yang artinya cinta, dan “sophos” berarti kebijaksanaan, dengan kata lain filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan (wisdom). Secara etimologi filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan (loveof wisdom).

  • Perkembangan pemikiran filsafat pada masa Yunani klasik

Filsafat pada masa ini mencapai pada masa kejayaan. Dimana banyak lahir filosof-filosof  besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Zaman ini ditandai dengan munculnya kaum shopis yang mengajarka pada pemuda-pemuda Athena tentang keunggulan retorika dan kebenaran subyektif. Menurut kaum ini manusia merupakan ukuran bagi segala sesuatu (homo mensura). Akibat dari ajaran ini, maka ukuran kebenaran menjadi relatif dan subyektif.

Banyak tokoh yang bermunculan pada masa ini diantaranya adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates filsafatnya banyak membahas masalah-masalah etika. Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani yang mana filsafat pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik,yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan"ideal".Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Aristoteles adalah murid dari Plato. Mekipun ia adalah murid Plato tetapi banyak dalam hal ia tidak setuju dengan Plato. Filsafat Aristoteles disebut dengan realisme. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, metafisika, psikologi, dan ilmu alam.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2012. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Rajawali Pers. Suharsono, Suparlan. 2005. Sejarah Pemikiran Filsafat Modern Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Hanafi, Ahmad. 1990. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Poedjawijatna. 1994. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Salam, Burhanuddin. 1995. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Penjelasan lebih lengkap pemikiran filsafat Aristoteles, lihat,ali Maksum,Pengantar Filsafat, op. Cit., hal. 80-93.

http://www.kompasiana.com/hariadideutsch/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles_550fd9fba33311c739ba7d5c / Diakses pada tanggal 17 september 2017.


[1] Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara,1995. 46

[2] Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius,1996. 14

[3] Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1990. 3

[4] Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta,  1994. 28

[5]http://www.kompasiana.com/hariadideutsch/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles_550fd9fba33311c739ba7d5c/Diakses pada tanggal 17 september 2017

[6] Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, Jakarta: Rajawali Pers, 2012. 100

[7]http://www.kompasiana.com/hariadideutsch/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles_550fd9fba33311c739ba7d5c/Diakses pada tanggal 17 september 2017

[8] Ibid, hal 4

[9] Ibid, hal 4

[10] Suparlan Suharsono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2005), hal.46-47.

[11] Penjelasan lebih lengkap pemikiran filsafat Aristoteles, lihat,ali Maksum,Pengantar Filsafat, op. Cit., hal. 80-93.

[12]http://www.kompasiana.com/hariadideutsch/pola-pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles_550fd9fba33311c739ba7d5c/Diakses pada tanggal 17 september 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...