HOME

25 Januari, 2022

Aliran Syi'ah

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

          Seiring dengan berjalannya waktu, pemikiran manusia semakin lama semakin menunjukkan perkembangan yang kompleks. Perbedaan-perbedaan dalam berfikir dan berpendapat sering sekali ditemukan dalam masyarakat. Perbedaan ini menyebabkan  oarng-orang yang memiliki pemikiran yang sama membentuk suatu kelompok, dan semakin lama kelompok-kelompok tersebut berkembang menjadi aliran-aliran besar yang berpegang teguh pada ajaran yang diyakini. Salah satu contohnya adalah aliran syiah. Syiah adalah aliran pertama yang muncul dalam agama islam. Aliran ini sangat mengagungkan kholifah Ali bin abi Tholib. Pada dasarnya, Syiah muncul hanya dalam lingkup khilafah, akan tetapi seiring dengan perkembangan waktu, pemikiran mereka tentang politik berkembang dan bercampur dengan masalah-masalah agama. Maka dari itu, perbedaan paham agama mereka banyak bermunculan dikalangan umat, dan perbedaan tersebut ternyata juga terjadi dalam satu golongan syiah itu sendiri.

          Berdasarkan paparan di atas, kami tertarik untuk menjelaskan secara terperinci mengenai aliran Syiah dalam makalah sederhana ini.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

1.         Apa pengertian Syiah ?

2.         Bagaimana sejarah perkembangan aliran Syiah ?

3.         Apa saja ajaran atau doktrin-doktrin aliran syiah ?

4.         Apa saja sekte-sekte dan pemikiran dalam aliran Syi’ah ?

5.         Bagaimana perkembangan pemikiran aliran Syi’ah dalam dinamika kontemporer ?

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Syi’ah

       Dilihat dari makna dalam bahasa Arab, Syi’ah artinya cabang, pecahan, atau sebagian dari sesuatu. Sedangkan secara terminologi Syi’ah adalah kumpulan yang berasal dari pecahan penyokong sayidina Ali bin Abi Tholib yang tidak berpuas hati dengan keputusan Majlis at-Tahkim ketika menamatkan perang siffin. Hasil dari pembicaan dalam peristiwa tersebut adalah khilafah negara islam bertukar jabatan, yaitu dari Sayyidina ali bin Abi Tholib kepada Muawiyah bin Abi Sofyan, dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah antara Sayyidina Ali dengan Muawiyah dalam perang siffin. Dari peristiwa tersebut muncul kumpulan yang berdiri tegus di belakang sayyida Ali, dan mereka menyatan diri bahwa mereka adalah dari kelompok penyokong Ali r.a. yang akan membantu beliau untuk berjuang[1].

B. Sejarah Perkembangan Aliran Syi’ah

       Syi’ah adalah aliran yang muncul pertama dalam islam. Ada banyak pendapat mengenai awal munculnya aliran ini. Pendapat-pendapat tersebut antara lain:

1.      Ada yang berpendapaat bahwa Syi’ah lahir setelah wafatnya Nabi Muhammad. Pada saat itu ada beberapa kaum yang memandang bahwa ahlul baiyth adalah penerus yang paling tepat untuk meneruskan kepemimpinan nabi[2], dan yang paling berhak dari ahlul baiyth adalah Ali bin Abi Tholib.

2.      Syi’ah lahir pada zaman kholifah ketiga yaitu, Ustman bin Affan, sebagai konsekuensi logis adanya berbagai kejadian dan berbagai penyimpangan di tengah-tengah mansyarakat islam. Pendapat tersebut diutarakan oleh ibnu Hazm dan beberapa ulama lain.

3.      Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap kholifah Usaman bin Affan dan ada tuntutan umat agar Ali bin Abi Tholib bersedia dibaiat sebagai kholifah.

4.      Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antara pihak pasukan Ali bin Abi Tholib dan pasukan Muawiyah bin abi Sofyan dalam perang siffin, yang biasa disebut peristiwa Tahkim atau arbitrase. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali keluar dari barisan Ali, Dan mereka disebut golongan khowarij. Sebagian besar dari orang yang setia kepada kholifah Ali disebut Syi’ah.

Selain pendapat-pendapat di atas, ada beberapa faktor yang menjadikan Syi’ah cepat berkembang yaitu, adanya fitnah-fitnah dari kaum munafik yang menyebarkan berita yang tidak benar mengenai kholifah Ali. Mereka mengatakan bahwa Kholifah Ali tidak setuju dengan pengangkatan kholifah Abu Bakar sebagai kholifah pertama. Ketidak hadiran Ali bin Abi Tholib dalam proses pembaiatan Abu Bakar, menjadi alasan bahwa Ali tidak setuju dengan hal tersebut. Dan mereka menyebarkan berita tersebut pada saat Ali bin Abi Tholib sibuk mengurus jenazah Rosulullah. Ia  juga berkata bahwa yang berhak untuk meneruskan pemerintahan negara adalah ahlul baiyth.

Gerakan Syi’ah semakin membara pada zaman saiyidina Usman bin Affan r.a. gerakan tersebut dipelopori oleh seorang yahudi berasal dari Yaman yang berpura pura masuk islam. Ia bernama Abdullah bin Saba’. Setelah peristiwa arbitrase selesai, mereka langsung mendakwa diri sebagai pembela Ahlul baiyth. Mereka mencela siapa saja yang tidak bersama-sama membela ahlul baiyth, ataupun siapa saja yang dirasa menghianati saidina Ali r.a.

 

C. Ajaran / Doktrin-doktrin Aliran Syi’ah

Inti ajaran Syi’ah awalnya berkisar pada masalah khilafah, akan tetapi lambat laun masalah politik ikut berkembang dan bercampur dengan masalah-masalah agama. Adapun ajaran-ajaran yang berkaitan dengan khilafah ialah Al’Ishmah, Al- Mahdi, at-Taqiyyah, dan ar Roj’ah :

1. Menurut keyakinan golongan Syi’ah, imam-imam mereka itu sebagaimana Nabi, mereka memiliki sifat Al-Ishmah atau ma’sum dalam segala tindak lakunya, tidak pernah berbuat dosa besar dan dosa kecil, tidak ada tanda-tanda berlaku maksiat, tidak oleh berbuat salah maupun lupa.[3]

2. Faham Raj’ah. faham yang diyakini oleh kaum Syi’ah tentang kembalinya imam setelah goib atau matinya.

3.  Faham Al-mahdi, faham ini memiliki kaitan yang eratdengan hukum roj’ah. yaitu keyakinan orang-orang Syi’ah tentang akan datangnya imam mereka setelah gaib, untuk menegakkan keadilan, menghancurkan kedloliman, dan membangun kembali kekuasaan mereka.

4. Faham taqiyyah menurut kaum Syi’ah adalah program rahasia. Apabila seorang imam hendak keluar dari kholifah untuk mengadakan pembrontakan terhadapnya, maka mereka menjadikan taqiyyah itu sebagai strategi yang harus dirahasiakan . mereka pura-pura taat sehingga pada saat yang mugkin nanti untuk melaksanakan rencananya. Apabila mereka takut kepada orang-orang kafir atau penguas, maka mereka pura-pura menunjukkan persetujuannya.

     Dalam Syi’ah , ada usulud-din (perkara pokok dalam agama) dan Furu’ud-din (perkara cabang dalam agama).  Syi’ah memiliki lima perkara pokok atau rukun islam, yaitu:

1.      Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa.

2.      Al- ‘Adl, bahwa tuhan adalah Maha adil.

3.   An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syia’ah menyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.

4.  Al-Imamah, bahwa Syi’ah meyakini adanya imam yang senantiasa memimpin umta sebagai penerus risalah kenabian.

5.      Al-Ma’ad, bahwa akan terjadi hari kebangkitan.

Dalam perkara kenabian Syi’ah berkeyakinan bahwa

1.      Jumlah nabi dan rosul Allah 124.000.

2.      Nabi dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad.

3.      Nabi Muhammad adalah suci dari segala aib dan tanpa cacat sedikitpun. Beliau adalah nabi yang paling utama dari seluruh nabi yang pernah diutus Allah.

4.    Ahlul-Bait Nbi Muhammad adalah  Imam Ali, Sayyidah Fatimah, Imam Hasan, Imam Husain, dan 9 Imam dari keturunan Imam Husain adalah manusia-manusia suci sebagaiman Nabi Muhammaad.

5.      Al-quran adalah mukjizat kekal Nabi Muhammad.

6.      Kaum Syi’ah hanya menerima hadist dari ahlul-bait

 

D. Sekte, Tokoh, dan Pemikiran Syi’ah

       Penganut Syi’ah terdiri atas kelompok yang ekstrim (al-ghulat), moderat, dan liberal. Diantara kelompok yang ekstrim ada yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkatnya pada derajat ketuhanan, bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad[4]. Berikut adalah keterangan tentang kelompok Syi’ah ekstrim, yang karena keekstrimannya telah keluar dari Islam, dan Syi’ah dewasa ini menolak untuk memasukkan mereka ke dalam golongan madzhabnya. Diantara aliran-aliran itu ialah sebagai berikut:

1.    Saba’iyyah

       Aliran Saba’iyyah adalah pengikut Abdullah ibn Saba’. Ia adalaah seorang Yahudi dari suku al-Hirah yang menyatakan diri masuk islam. Aliran ini sangat mengagungkan kholifah Ali, dan menentang kekholifanaan Ustman bin Affan. Sebagian penganut Sabaiyyah berkata

 “sesungguhnya Tuhan bersemayam pada diri ali, dan pada diri para imam sesudah wafatnya. Sebagian penganut lain mengatakan bahwa Tuhan menjelma dalam tubuh Ali. Mereka berkata kepada Ali, “Dia adalah engkau, Allah.” ketika mendengar hal itu, Ali bermaksud membuuh mereka.

2.    Ghurabiyyah

       Aliran tidak sampai mempertuhan Ali, tetapi lebih memuliakan Ali dari pada Nabi Muhammad. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian seharusnya jatuh kepada Ali, tetapi Jibril salah dalam menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad. Mereka disebut al-Ghurobiyyah karena mreka berpendapat bahwa Ali mirip dengan Nabi Muhammad, sebagaimana miripnya seekor burung gagak (al-ghurob) dengan burung gagak lainnya. Alian ini dan aliran_Alira menyesatkan lainnya yang mirip dengan aliran ini di bidang akidah tidak diakui oleh kalangan Syi’ah         sendiri sebab bagian dari mereka. Ahkan mereka ada yang berpendapat bahwa penganut aliran ini tidak termasuk orang islam.

3.    Kaisaniyyyah

       Pengnut aliran ini adalah pengikut al-Mukhtar ibn ‘Ubaid al-Tsaqafi. Dia adalah seorang skowarij yang kemudian masuk ke kelompok Syi’ah dan mendukung Ali. Adapun ajaran-ajaran aliran ini adalah :

a.  Aqidah aliran kaisaniyyah tidak didasarkan atas ketuhanan para imam dari Ahlul-Bait sebagaimana yang dianut oleh Sabaiyah, tetapi didasarkan atas faham bahwa seorang iman adalah pribadi yang suci dan wajib dipatuhi.mereka percaya sepenuhnya akan kesempurnaan pengetahuannya dan keterpeliharaanya dari dosa, karena ia adalah simbol dari ilmu Ilahi.

b.      Mereka percaya bahwa imam akan kembali.

c.     Mereka meyakini doktrin al-bada’, yaitu keyakinan bahwa Allah dapat mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubaha ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintah yang sebaliknya.

d.  Aliran ini menganut paham reinkarnasi, yaitu keluarnya ruh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain. Paham ini diambil dari filsafat Hindu.

e.   Aliran ini percaya bahwa, segala sesuatu memiliki sisi lahir dan sisi batin, maksudnya segala sesuatu memiliki ruh dan semua wahyu ada takwilnya, segala sesuatu di alam ini ada hakikatnya, semua hukum ada rahasia yang ada di alam ini terkumpul dalam diri seseorang dan itu merupakan ilmu yang diwariskan Ali kepada cucunya, Muhammad ibnu Hanafiyah. Maka barang siapa di dalam dirinya terkumpul ilmu ini, dialah imam yang sebenarnya.

4. Zaidiyyah

       Zaidiyah adalah aliran yang paling dekat kepada jamaah islam (sunni) dan paling moderat karena mereka tidak mengangkat imam ke derajat kenabian, tapi mereka memandang para imam sebagai manusia paling uatama setelah Nabi Muhammad. Mereka juga tidak mengkafirkan para sahabat, khususnya mereka yang dibai’at Ali, dan mengakui kepemimpinan mereka. Tokoh aliran ini adalah Zaid bin Ali bin Zainal ‘Arifin. Aliran ini menyakini bahwa imam yang mewarisi kepemimpinan Rosulullah telah ditentukan nama dan orangnya oleh Rosul, akan tetapi beliau hanya menyebutkan sifat-sifatnya saja. Menurut mereka sifat-sifat yang telah disebutkan ada pada diri ali, dan tidak dimilikki oleh orang lain

5. Al-Imamiyyah / Imamiyah Itsna ‘Asyariyyah (Imamiyah Dua Belas)

       Sehubungan dengan kekuasaan seorang imam, Imamiyah menetapkan bahwa seorang imam memiliki kekuasaan penuh dalam membentukn undang-undang. Segala ucapannya adalah syariat, dan tidak mungkin yang berasal dari imam akan bertentangan dengan syariat. Al-Allamah Syeikh Muhammad Husain menjelaskan bahwa ada tiga hal yang berkaitan dengan pembuatan undang-undang:

     a. Nabi Muhammad meninggalkan rahasia-rahasia syariat untuk dititipkan kepada para      imam.

     b. ucapan imam adalah syariat islam.

     c. para imam memiliki hak untuk melakukan takhshish terhadap nash-nash  yang bersifat umum dan melakukan taqyid terhadap nash-nash yang bersifat mutlak.

6. Ismailiyyah        

       Ismailiyyah adalah bagian dari imamiyyah. Nama aliran ini dinisbahkan kepada Ismail ibn Ja’far al-Shodiq. Ia adalah imam keenam dalam aliran imamiyyah dua belas. Aliran ini juga disebut al-Bathiniyyah atau al-Bathiniyyun. Dinamakan demikian karena mereka mempunyai kecenderungan untuk menyembunyikan diri dan pahamnya  orang lain. Adapun pendapat yang dianut oleh aliran Ismailiyyah yang moderat didasarkan atas tiga teori yang sebagian besar juga dianut oleh aliran Imamiyyah. Pertama, limpahan cahaya ilahi (al-faidh al-ilahi) dalam bentuk pengetahuan yang dilimpahkan kepada para imam. Kedua, seorang imam tidak mesti menampakkan diri dan dikenal, tetapi dapat bersembunyi, dan meskipun begitu ia wajib dipatuhi. Ketiga, seorang imam tidak bertangggung jawab kepada siapapundan tidak boleh mempersalahkan ketika ia melakukan suatu perbuatan.sebaliknya, mereka wajib mengakui bahwa bahwa semua perbuatannya mengandung kebaikan, karena ia memiliki pengetahuan yang tidak diketahui oleh siapapun.

7. Hakimiyyah dan Druz               

       Hakimiyyah adalah golongan ekstrim dan berle bihan serta telah melampui batas-batasajaran islam. Mereka memiliki pemahaman yang berlebihan dalam menafsirkan pelimpahan cahaya ilahi, sehingga menimbulkan pemikiran bahwa Allah bertempat tinggal di dalam diri seorang imam dan menyerukan untuk menyembahnya. Tokoh aliran ini al-Hakim  bi Amrillah al-Fathimi.

8. Nasiriyyah

       Nasiriyyah adalah faham yang juga telah mencabut akarnya dari ajaran islam dan mengikuti jejak aliran Hakimiyyah. Mereka juga memutarbalikkan ajaran-ajaran islam. Adapun orang yang melopori timbulnya aliran ini adalahal-Hasan ibn al-Shabah.

9. Gholiyyah atau Ashabul Ghulat

       Goliyyah atau Ashabul Ghulat adalah golongan Syi’ah yang ajaran-ajaranya telah melampui batas (ekstrim). Mereka berpendapat bahwa imam-imam mereka memiliki unsur-unsur ketuhanan. Ada pula yang menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya.[5] 

 

 E. Perkembangan Pemikiran Syi’ah dalam Dinamika Kontemporer

            Seiring dengan perkembangan zaman mulai banyak muncul aliran-aliran baru dalam ilmu kalam. Meskipun demikian ajaran-ajaran aliran Syi’ah tetap melekat pada diri pemeluknya, sebab antara ajaran Syi’ah moderat dan ajaran ahli sunnah wal jamaah tidak terlau beda jauh. Mereka hanya memiliki perbedaan pandangan dalam khilafah. Akan tetapi pada akhir banyak aliran-aliran baru yang berkembang dari aliran Syi’ah yang radikal. Aliran –aliran tersebut memiliki ajaran menyimpang dari ajaran islam yang sesungguhnya. Dan semakin hari, ajaran menyimpang mereka dirasa sangat ekstrim dan tidak sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang penuh dengan perdamaian.[6]

 Baca juga artikel yang lain:

BAB III

PENUTUP 

A.    SIMPULAN

1.      Syi’ah adalah kumpulan yang berasal dari pecahan penyokong sayidina Ali bin Abi Tholib yang tidak berpuas hati dengan keputusan Majlis at-Tahkim ketika menamatkan perang siffin.

2.      Gerakan Syi’ah semakin membara pada zaman saiyidina Usman bin Affan r.a. gerakan tersebut dipelopori oleh seorang yahudi berasal dari Yaman yang berpura pura masuk islam. Ia bernama Abdullah bin Saba’. Setelah peristiwa arbitrase selesai, mereka langsung mendakwa diri sebagai pembela Ahlul baiyth. Mereka mencela siapa saja yang tidak bersama-sama membela ahlul baiyth, ataupun siapa saja yang dirasa menghianati saidina Ali r.a.

3.      Inti ajaran Syi’ah awalnya berkisar pada masalah khilafah, akan tetapi lambat laun masalah politik ikut berkembang dan bercampur dengan masalah-masalah agama.

4.      Penganut Syi’ah terdiri atas kelompok yang ekstrim (al-ghulat), moderat, dan liberal. Diantara kelompok yang ekstrim ada yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkatnya pada derajat ketuhanan, bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad[7]. Berikut adalah keterangan tentang kelompok Syi’ah ekstrim, yang karena keekstrimannya telah keluar dari Islam, dan Syi’ah dewasa ini menolak untuk memasukkan mereka ke dalam golongan madzhabnya

5.         Seiring dengan perkembangan zaman mulai banyak muncul aliran-aliran baru dalam ilmu kalam. Meskipun demikian ajaran-ajaran aliran Syi’ah tetap melekat pada diri pemeluknya, sebab antara ajaran Syi’ah moderat dan ajaran ahli sunnah wal jamaah tidak terlau beda jauh. Mereka hanya memiliki perbedaan pandangan dalam khilafah.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hofman, Murad Wilfried.1997. Islam 2000. Jakarta: Amana.

Rochimah. 2017. Ilmu Kalam. Surabaya: UINSAPress.

Nasir, Sahilun A .1991. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta: Rajawali.

Zahrah, Imam Muhammad Abu.1961. Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam Jakarta: Logos.

 

 



[1] Murad Wilfried Hofman. Islam 2000 (Amana: 1997) hal. 369

[2] Rochimah. Ilmu Kalam (UINSAPress: 2017) hal. 45

[3]Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam (Jakarta: Rajawali 1991), hal. 81.

[4] Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos, 1961). hal. 40

[5] Nasir , pengantar ilmu kalam. hal. 106

[6]  Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos, 1961). hal. 40

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...