BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Seiring dengan
berjalannya waktu, pemikiran manusia semakin lama semakin menunjukkan
perkembangan yang kompleks. Perbedaan-perbedaan dalam berfikir dan berpendapat
sering sekali ditemukan dalam masyarakat. Perbedaan ini menyebabkan oarng-orang yang memiliki pemikiran yang sama
membentuk suatu kelompok, dan semakin lama kelompok-kelompok tersebut
berkembang menjadi aliran-aliran besar yang berpegang teguh pada ajaran yang
diyakini. Salah satu contohnya adalah aliran syiah. Syiah adalah aliran pertama
yang muncul dalam agama islam. Aliran ini sangat mengagungkan kholifah Ali bin
abi Tholib. Pada dasarnya, Syiah muncul hanya dalam lingkup khilafah, akan tetapi
seiring dengan perkembangan waktu, pemikiran mereka tentang politik berkembang
dan bercampur dengan masalah-masalah agama. Maka dari itu, perbedaan paham
agama mereka banyak bermunculan dikalangan umat, dan perbedaan tersebut
ternyata juga terjadi dalam satu golongan syiah itu sendiri.
Berdasarkan paparan
di atas, kami tertarik untuk menjelaskan secara terperinci mengenai aliran
Syiah dalam makalah sederhana ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian Syiah ?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan aliran Syiah ?
3.
Apa saja ajaran atau doktrin-doktrin aliran syiah ?
4.
Apa saja sekte-sekte dan pemikiran dalam aliran Syi’ah ?
5.
Bagaimana perkembangan pemikiran aliran Syi’ah dalam dinamika
kontemporer ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi’ah
Dilihat dari makna
dalam bahasa Arab, Syi’ah artinya cabang, pecahan, atau sebagian dari
sesuatu. Sedangkan secara terminologi Syi’ah adalah kumpulan yang berasal dari
pecahan penyokong sayidina Ali bin Abi Tholib yang tidak berpuas hati dengan
keputusan Majlis at-Tahkim ketika menamatkan perang siffin. Hasil dari
pembicaan dalam peristiwa tersebut adalah khilafah negara islam bertukar
jabatan, yaitu dari Sayyidina ali bin Abi Tholib kepada Muawiyah bin Abi
Sofyan, dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah antara Sayyidina Ali dengan
Muawiyah dalam perang siffin. Dari peristiwa tersebut muncul kumpulan yang
berdiri tegus di belakang sayyida Ali, dan mereka menyatan diri bahwa mereka
adalah dari kelompok penyokong Ali r.a. yang akan membantu beliau untuk
berjuang[1].
B. Sejarah Perkembangan Aliran Syi’ah
Syi’ah adalah aliran
yang muncul pertama dalam islam. Ada banyak pendapat mengenai awal munculnya
aliran ini. Pendapat-pendapat tersebut antara lain:
1.
Ada yang berpendapaat bahwa Syi’ah lahir setelah wafatnya Nabi Muhammad.
Pada saat itu ada beberapa kaum yang memandang bahwa ahlul baiyth adalah
penerus yang paling tepat untuk meneruskan kepemimpinan nabi[2],
dan yang paling berhak dari ahlul baiyth adalah Ali bin Abi Tholib.
2.
Syi’ah lahir pada zaman kholifah ketiga yaitu, Ustman bin Affan,
sebagai konsekuensi logis adanya berbagai kejadian dan berbagai penyimpangan di
tengah-tengah mansyarakat islam. Pendapat tersebut diutarakan oleh ibnu Hazm
dan beberapa ulama lain.
3.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib. Pada masa itu terjadi
pemberontakan terhadap kholifah Usaman bin Affan dan ada tuntutan umat agar Ali
bin Abi Tholib bersedia dibaiat sebagai kholifah.
4.
Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah
gagalnya perundingan antara pihak pasukan Ali bin Abi Tholib dan pasukan
Muawiyah bin abi Sofyan dalam perang siffin, yang biasa disebut peristiwa Tahkim
atau arbitrase. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali keluar dari
barisan Ali, Dan mereka disebut golongan khowarij. Sebagian besar dari orang
yang setia kepada kholifah Ali disebut Syi’ah.
Selain
pendapat-pendapat di atas, ada beberapa faktor yang menjadikan Syi’ah cepat
berkembang yaitu, adanya fitnah-fitnah dari kaum munafik yang menyebarkan
berita yang tidak benar mengenai kholifah Ali. Mereka mengatakan bahwa Kholifah
Ali tidak setuju dengan pengangkatan kholifah Abu Bakar sebagai kholifah
pertama. Ketidak hadiran Ali bin Abi Tholib dalam proses pembaiatan Abu Bakar,
menjadi alasan bahwa Ali tidak setuju dengan hal tersebut. Dan mereka
menyebarkan berita tersebut pada saat Ali bin Abi Tholib sibuk mengurus jenazah
Rosulullah. Ia juga berkata bahwa yang
berhak untuk meneruskan pemerintahan negara adalah ahlul baiyth.
Gerakan
Syi’ah semakin membara pada zaman saiyidina Usman bin Affan r.a. gerakan
tersebut dipelopori oleh seorang yahudi berasal dari Yaman yang berpura pura
masuk islam. Ia bernama Abdullah bin Saba’. Setelah peristiwa arbitrase selesai,
mereka langsung mendakwa diri sebagai pembela Ahlul baiyth. Mereka
mencela siapa saja yang tidak bersama-sama membela ahlul baiyth, ataupun siapa
saja yang dirasa menghianati saidina Ali r.a.
C. Ajaran / Doktrin-doktrin Aliran Syi’ah
Inti ajaran Syi’ah
awalnya berkisar pada masalah khilafah, akan tetapi lambat laun masalah politik
ikut berkembang dan bercampur dengan masalah-masalah agama. Adapun
ajaran-ajaran yang berkaitan dengan khilafah ialah Al’Ishmah, Al- Mahdi,
at-Taqiyyah, dan ar Roj’ah :
1. Menurut keyakinan
golongan Syi’ah, imam-imam mereka itu sebagaimana Nabi, mereka memiliki sifat
Al-Ishmah atau ma’sum dalam segala tindak lakunya, tidak pernah berbuat dosa
besar dan dosa kecil, tidak ada tanda-tanda berlaku maksiat, tidak oleh berbuat
salah maupun lupa.[3]
2. Faham
Raj’ah. faham yang diyakini oleh kaum Syi’ah tentang kembalinya imam setelah
goib atau matinya.
3. Faham Al-mahdi, faham ini memiliki kaitan
yang eratdengan hukum roj’ah. yaitu keyakinan orang-orang Syi’ah tentang akan
datangnya imam mereka setelah gaib, untuk menegakkan keadilan, menghancurkan
kedloliman, dan membangun kembali kekuasaan mereka.
4. Faham
taqiyyah menurut kaum Syi’ah adalah program rahasia. Apabila seorang imam
hendak keluar dari kholifah untuk mengadakan pembrontakan terhadapnya, maka
mereka menjadikan taqiyyah itu sebagai strategi yang harus dirahasiakan .
mereka pura-pura taat sehingga pada saat yang mugkin nanti untuk melaksanakan
rencananya. Apabila mereka takut kepada orang-orang kafir atau penguas, maka
mereka pura-pura menunjukkan persetujuannya.
Dalam Syi’ah , ada usulud-din (perkara pokok dalam agama) dan Furu’ud-din (perkara cabang dalam agama). Syi’ah memiliki lima perkara pokok atau rukun islam, yaitu:
1.
Tauhid, bahwa Tuhan adalah Maha Esa.
2.
Al- ‘Adl, bahwa tuhan adalah Maha adil.
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syia’ah menyakini keberadaan para
nabi sebagai pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia.
4. Al-Imamah, bahwa Syi’ah meyakini adanya imam yang senantiasa
memimpin umta sebagai penerus risalah kenabian.
5. Al-Ma’ad, bahwa akan terjadi hari kebangkitan.
Dalam perkara kenabian Syi’ah berkeyakinan bahwa
1.
Jumlah nabi dan rosul Allah 124.000.
2.
Nabi dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad.
3.
Nabi Muhammad adalah suci dari segala aib dan tanpa cacat
sedikitpun. Beliau adalah nabi yang paling utama dari seluruh nabi yang pernah
diutus Allah.
4. Ahlul-Bait Nbi Muhammad adalah Imam Ali, Sayyidah Fatimah, Imam Hasan, Imam
Husain, dan 9 Imam dari keturunan Imam Husain adalah manusia-manusia suci
sebagaiman Nabi Muhammaad.
5.
Al-quran adalah mukjizat kekal Nabi Muhammad.
6.
Kaum Syi’ah hanya menerima hadist dari ahlul-bait
D. Sekte, Tokoh, dan Pemikiran Syi’ah
Penganut Syi’ah terdiri atas kelompok yang ekstrim (al-ghulat), moderat, dan liberal. Diantara kelompok yang ekstrim ada yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkatnya pada derajat ketuhanan, bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad[4]. Berikut adalah keterangan tentang kelompok Syi’ah ekstrim, yang karena keekstrimannya telah keluar dari Islam, dan Syi’ah dewasa ini menolak untuk memasukkan mereka ke dalam golongan madzhabnya. Diantara aliran-aliran itu ialah sebagai berikut:
1. Saba’iyyah
Aliran Saba’iyyah
adalah pengikut Abdullah ibn Saba’. Ia adalaah seorang Yahudi dari suku
al-Hirah yang menyatakan diri masuk islam. Aliran ini sangat mengagungkan
kholifah Ali, dan menentang kekholifanaan Ustman bin Affan. Sebagian penganut
Sabaiyyah berkata
“sesungguhnya Tuhan
bersemayam pada diri ali, dan pada diri para imam sesudah wafatnya. Sebagian
penganut lain mengatakan bahwa Tuhan menjelma dalam tubuh Ali. Mereka berkata
kepada Ali, “Dia adalah engkau, Allah.” ketika mendengar hal itu, Ali bermaksud
membuuh mereka.
2. Ghurabiyyah
Aliran tidak sampai
mempertuhan Ali, tetapi lebih memuliakan Ali dari pada Nabi Muhammad. Mereka
beranggapan bahwa risalah kenabian seharusnya jatuh kepada Ali, tetapi Jibril
salah dalam menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad. Mereka disebut
al-Ghurobiyyah karena mreka berpendapat bahwa Ali mirip dengan Nabi Muhammad,
sebagaimana miripnya seekor burung gagak (al-ghurob) dengan burung gagak
lainnya. Alian ini dan aliran_Alira menyesatkan lainnya yang mirip dengan
aliran ini di bidang akidah tidak diakui oleh kalangan Syi’ah sendiri sebab bagian dari mereka. Ahkan
mereka ada yang berpendapat bahwa penganut aliran ini tidak termasuk orang
islam.
3. Kaisaniyyyah
Pengnut aliran ini
adalah pengikut al-Mukhtar ibn ‘Ubaid al-Tsaqafi. Dia adalah seorang skowarij
yang kemudian masuk ke kelompok Syi’ah dan mendukung Ali. Adapun ajaran-ajaran
aliran ini adalah :
a. Aqidah aliran kaisaniyyah tidak didasarkan atas ketuhanan para imam
dari Ahlul-Bait sebagaimana yang dianut oleh Sabaiyah, tetapi didasarkan atas
faham bahwa seorang iman adalah pribadi yang suci dan wajib dipatuhi.mereka
percaya sepenuhnya akan kesempurnaan pengetahuannya dan keterpeliharaanya dari
dosa, karena ia adalah simbol dari ilmu Ilahi.
b.
Mereka percaya bahwa imam akan kembali.
c. Mereka meyakini doktrin al-bada’, yaitu keyakinan bahwa Allah dapat
mengubah kehendak-Nya sejalan dengan perubaha ilmu-Nya, serta dapat
memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintah yang sebaliknya.
d. Aliran ini menganut paham reinkarnasi, yaitu keluarnya ruh dari
satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain. Paham ini diambil dari
filsafat Hindu.
e. Aliran ini percaya bahwa, segala sesuatu memiliki sisi lahir dan
sisi batin, maksudnya segala sesuatu memiliki ruh dan semua wahyu ada takwilnya,
segala sesuatu di alam ini ada hakikatnya, semua hukum ada rahasia yang ada di
alam ini terkumpul dalam diri seseorang dan itu merupakan ilmu yang diwariskan
Ali kepada cucunya, Muhammad ibnu Hanafiyah. Maka barang siapa di dalam dirinya
terkumpul ilmu ini, dialah imam yang sebenarnya.
4. Zaidiyyah
Zaidiyah adalah aliran yang paling dekat
kepada jamaah islam (sunni) dan paling moderat karena mereka tidak mengangkat
imam ke derajat kenabian, tapi mereka memandang para imam sebagai manusia
paling uatama setelah Nabi Muhammad. Mereka juga tidak mengkafirkan para
sahabat, khususnya mereka yang dibai’at Ali, dan mengakui kepemimpinan mereka.
Tokoh aliran ini adalah Zaid bin Ali bin Zainal ‘Arifin. Aliran ini menyakini
bahwa imam yang mewarisi kepemimpinan Rosulullah telah ditentukan nama dan
orangnya oleh Rosul, akan tetapi beliau hanya menyebutkan sifat-sifatnya saja.
Menurut mereka sifat-sifat yang telah disebutkan ada pada diri ali, dan tidak
dimilikki oleh orang lain
5. Al-Imamiyyah / Imamiyah Itsna ‘Asyariyyah
(Imamiyah Dua Belas)
Sehubungan
dengan kekuasaan seorang imam, Imamiyah menetapkan bahwa seorang imam memiliki
kekuasaan penuh dalam membentukn undang-undang. Segala ucapannya adalah
syariat, dan tidak mungkin yang berasal dari imam akan bertentangan dengan
syariat. Al-Allamah Syeikh Muhammad Husain menjelaskan bahwa ada tiga hal yang
berkaitan dengan pembuatan undang-undang:
a.
Nabi Muhammad meninggalkan rahasia-rahasia syariat untuk dititipkan kepada
para imam.
b.
ucapan imam adalah syariat islam.
c.
para imam memiliki hak untuk melakukan takhshish terhadap nash-nash yang bersifat umum dan melakukan taqyid
terhadap nash-nash yang bersifat mutlak.
6. Ismailiyyah
Ismailiyyah
adalah bagian dari imamiyyah. Nama aliran ini dinisbahkan kepada Ismail ibn
Ja’far al-Shodiq. Ia adalah imam keenam dalam aliran imamiyyah dua belas.
Aliran ini juga disebut al-Bathiniyyah atau al-Bathiniyyun.
Dinamakan demikian karena mereka mempunyai kecenderungan untuk menyembunyikan
diri dan pahamnya orang lain. Adapun
pendapat yang dianut oleh aliran Ismailiyyah yang moderat didasarkan atas tiga
teori yang sebagian besar juga dianut oleh aliran Imamiyyah. Pertama, limpahan
cahaya ilahi (al-faidh al-ilahi) dalam bentuk pengetahuan yang dilimpahkan
kepada para imam. Kedua, seorang imam tidak mesti menampakkan diri dan dikenal,
tetapi dapat bersembunyi, dan meskipun begitu ia wajib dipatuhi. Ketiga,
seorang imam tidak bertangggung jawab kepada siapapundan tidak boleh
mempersalahkan ketika ia melakukan suatu perbuatan.sebaliknya, mereka wajib
mengakui bahwa bahwa semua perbuatannya mengandung kebaikan, karena ia memiliki
pengetahuan yang tidak diketahui oleh siapapun.
7. Hakimiyyah dan Druz
Hakimiyyah
adalah golongan ekstrim dan berle bihan serta telah melampui batas-batasajaran
islam. Mereka memiliki pemahaman yang berlebihan dalam menafsirkan pelimpahan
cahaya ilahi, sehingga menimbulkan pemikiran bahwa Allah bertempat tinggal di
dalam diri seorang imam dan menyerukan untuk menyembahnya. Tokoh aliran ini
al-Hakim bi Amrillah al-Fathimi.
8. Nasiriyyah
Nasiriyyah
adalah faham yang juga telah mencabut akarnya dari ajaran islam dan mengikuti
jejak aliran Hakimiyyah. Mereka juga memutarbalikkan ajaran-ajaran islam.
Adapun orang yang melopori timbulnya aliran ini adalahal-Hasan ibn al-Shabah.
9. Gholiyyah atau Ashabul Ghulat
Goliyyah
atau Ashabul Ghulat adalah golongan Syi’ah yang ajaran-ajaranya telah melampui
batas (ekstrim). Mereka berpendapat bahwa imam-imam mereka memiliki unsur-unsur
ketuhanan. Ada pula yang menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya.[5]
E. Perkembangan Pemikiran Syi’ah dalam Dinamika Kontemporer
Seiring dengan
perkembangan zaman mulai banyak muncul aliran-aliran baru dalam ilmu kalam.
Meskipun demikian ajaran-ajaran aliran Syi’ah tetap melekat pada diri
pemeluknya, sebab antara ajaran Syi’ah moderat dan ajaran ahli sunnah wal
jamaah tidak terlau beda jauh. Mereka hanya memiliki perbedaan pandangan dalam
khilafah. Akan tetapi pada akhir banyak aliran-aliran baru yang
berkembang dari aliran Syi’ah yang radikal. Aliran –aliran tersebut memiliki
ajaran menyimpang dari ajaran islam yang sesungguhnya. Dan semakin hari, ajaran menyimpang mereka dirasa sangat ekstrim
dan tidak sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang penuh dengan perdamaian.[6]
- Adab Suami Istri
- Aliran Qadariyyah
- Pembaharuan Pemikiran Islam Muhammad Abduh
- Pembaharuan Pemikiran Islam Muhammad bin Abdul Wahhab
- Ilmu Kalam
- Aqidah Islimiyyah
- Aliran Mu'tazilah
- Aliran Syi'ah
- Aliran Jabariyah
- Ahli Sunnah Wal Jama'ah
- Aliran Khawarij
- Aliran Ahmadiyah
PENUTUP
A.
SIMPULAN
1.
Syi’ah adalah kumpulan yang berasal dari pecahan penyokong sayidina
Ali bin Abi Tholib yang tidak berpuas hati dengan keputusan Majlis at-Tahkim
ketika menamatkan perang siffin.
2.
Gerakan Syi’ah semakin membara pada zaman saiyidina Usman bin Affan
r.a. gerakan tersebut dipelopori oleh seorang yahudi berasal dari Yaman yang
berpura pura masuk islam. Ia bernama Abdullah bin Saba’. Setelah peristiwa
arbitrase selesai, mereka langsung mendakwa diri sebagai pembela Ahlul
baiyth. Mereka mencela siapa saja yang tidak bersama-sama membela ahlul
baiyth, ataupun siapa saja yang dirasa menghianati saidina Ali r.a.
3.
Inti ajaran Syi’ah awalnya berkisar pada masalah khilafah, akan
tetapi lambat laun masalah politik ikut berkembang dan bercampur dengan
masalah-masalah agama.
4.
Penganut Syi’ah terdiri atas kelompok yang ekstrim (al-ghulat),
moderat, dan liberal. Diantara kelompok yang ekstrim ada yang menempatkan Ali
pada derajat ketuhanan, dan ada yang mengangkatnya pada derajat ketuhanan,
bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad[7].
Berikut adalah keterangan tentang kelompok Syi’ah ekstrim, yang karena
keekstrimannya telah keluar dari Islam, dan Syi’ah dewasa ini menolak untuk
memasukkan mereka ke dalam golongan madzhabnya
5.
Seiring dengan perkembangan zaman mulai
banyak muncul aliran-aliran baru dalam ilmu kalam. Meskipun demikian
ajaran-ajaran aliran Syi’ah tetap melekat pada diri pemeluknya, sebab antara
ajaran Syi’ah moderat dan ajaran ahli sunnah wal jamaah tidak terlau beda jauh.
Mereka hanya memiliki perbedaan pandangan dalam khilafah.
DAFTAR PUSTAKA
Hofman, Murad Wilfried.1997. Islam 2000. Jakarta: Amana.
Rochimah. 2017. Ilmu Kalam. Surabaya: UINSAPress.
Nasir, Sahilun A .1991. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta:
Rajawali.
Zahrah, Imam Muhammad Abu.1961. Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam
Islam Jakarta: Logos.
[1] Murad Wilfried
Hofman. Islam 2000 (Amana: 1997) hal. 369
[2] Rochimah. Ilmu Kalam (UINSAPress: 2017) hal. 45
[3]Sahilun A.
Nasir, Pengantar Ilmu Kalam (Jakarta: Rajawali 1991), hal. 81.
[4] Imam Muhammad
Abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos,
1961). hal. 40
[5] Nasir ,
pengantar ilmu kalam. hal. 106
[6] Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah dalam Islam (Jakarta: Logos, 1961). hal. 40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar