Berikut beberapa adab ketika sedang tertawa;
·
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan
tertawa, sebagaimana firmanNya: وَأَنه ُُهوَ أَضحكَ وَأَبكى"Dialah dzat Allah yang menciptakan tertawa dan
menangis". [1]
·
Tertawa adalah sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
sebagaimana disebutkan di dalam hadits:
يَضْحَكُ
اللهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا ْالآخَرَ يَدْخُلاَنِ
الْجَنَّةَ,يُقَاِتلُ هذَا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيُقْـتَل, ثُمَّ يَتُوْبُ اللهُ
عَلىَ اْلآخَرِ فَيُسَلِمَ فَيُقَاِتلَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَسْتَشْهِدَ
"Allah
Subhanahu Wa Ta’ala tertawa terhadap dua orang, dimana salah satunya membunuh
yang lain dan mereka berdua masuk surga. Yaitu seseorang berjihad dijalan Allah
kemudian dia terbunuh padanya, lalu Allah menerima taubat orang yang membunuh
tersebut setelah masuk Islam, kemudian ia berjihad dijalan Allah dan akhirnya
mati sahid".[2]
·
Memperbanyak ketawa adalah sifat tercela sebagaimana
sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
وَالَّذِي نَفْسِي ِبيَدِهِ
لَوْتَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
"Demi Dzat yang diriku
berada di tanganNya seandainya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui,
niscaya kalian pasti akan sedikit tertawa dan banyak menangis ".[3]
Juga
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
لاَ
تُكْثِرُوْا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكَ تُمِْيتُ اْلقَلْبَ
"Janganlah kalian banyak tertawa, sebab banyak tertawa
menyebabkan hati menjadi mati".[4]
·
إِيَاكَ
وَكَثْرَةَ الضَّحِكَ فَإِنَّهُ يُمِيْتُ اْلقَلْبَ
"Berhati-hatilah dengan banyak tertawa sebab ia menyebabkan
hati menjadi mati".[5]
·
Terdapat riwayat tentang sifat tertawanya Nabi shallallahu
alaihi wa sallam:
"Bahwasannya tertawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (sama seperti) tersenyum".[6]
·
Terkadang tertawa menyebabkan kekufuran apabila
tertawanya untuk mengejek apa-apa yang diturunkan Allah atau sunnah Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam.
·
Tidak diperbolehkan berbohong untuk ditertawakan oleh
orang lain, hal ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam: وَيْلٌ
لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبَ لِيَضْحَكَ بِهِ اْلقَوْمُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
"Celaka bagi orang yang berkata kemudian berbohong supaya
orang-orang tertawa, maka celaka baginya, maka celaka baginya".[7]
·
Disebutkan bahwasannya Nabi shallallahu alaihi
wa sallam terkadang duduk
dalam suatu majlis bersama para shahabatnya di mana mereka menceritakan suatu
yang lucu dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hanya tersenyum dengannya.[8]
·
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Samak bin Harb
radhiallahu anhu ia berkata: Aku bertanya kepada Jabir bin Samurah: Apakah
engkau pernah duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam?”. Dia menjawab: “Ya, seringkali
beliau tidak beranjak meninggalkan tempat sholatnya pada waktu shubuh atau pagi
sampai matahari terbit, apabila matahari terbit maka beliau bangkit (untuk
melaksanakan shalat) dan mereka bercakap-cakap tentang suatu peristiwa di zaman
jahiliyyah maka mereka tertawa-tawa sedangkan beliau hanya tersenyum saja.
·
Terdapat jenis manusia yang pandai bersendagurau
seperti yang terjadi di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam, terdapat seseorang
bernama Abdullah, digelari dengan keledai dan dia terkadang membuat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam tertawa.
·
Hal-hal yang menyebabkan tertawa adalah (karena gembira
apabila melihat sesuatu yang menggembirakan, tertawa karena marah, disebabkan
oleh keheranan orang yang marah).
·
Syariat menuntun untuk menciptakan suasana yang menyebabkan
tertawa pada saat bersenda gurau dengan istri terutama yang masih perawan
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Jabir tatkala ia menikah
dengan seorang janda.
فَهَلاَّ
جَاِريَةً تُلاَعِبُهَا وَتُلاَعِبَكَ وَتُضَاحِكَهَا وَتُضَاحِكَكَ
"Kenapa tidak menikahi seorang perawan, yang bisa
mencandaimu dan engkau mencandainya serta engkau membuatnya tertawa begitu juga
ia membuatmu tertawa".[9]
·
Meninggalkan senyum dan tertawa secara mutlak bukan
termasuk sikap orang yang berwibawa,
pendiam dan bersungguh.
·
Tertawa yang mengeluarkan suara dapat merusak shalat.
Sebagian ulama berkata: Ia tidak membuat shalat menjadi rusak sebab bukan
perkataan, begitu juga tersenyum tidak merusak atau membatalkan shalat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar