HOME

06 Agustus, 2023

ADAB SEPUTAR MIMPI

 


Beberapa adab seputar mimpi menurut islam;

·         Mimpi yang benar adalah bagian dari kenabian, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

اَلرُّؤْيَةُ الصَّادِقَةُ جُـزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْءًا مِنَ النُّـبُوَّةِ

"Mimpi yang benar adalah satu bagian dari empatpuluh enam bagian dari kenabian".

·         Mimpi adalah permulaan wahyu.[1]

·         Kebenaran suatu mimpi sangat tergantung pada kejujuran orang yang bermimpi, dan orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya.

·         Pada saat zaman sudah mendekati (hari kiamat), suatu mimpi jarang yang salah, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ تَكْذِبُ وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيْثًا وَرُؤْيَا اْلمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِيْنَ جُزْءًا مِنَ النُّـبُوَّةِ

"Apabila zaman telah mendekati (hari kiamat), maka mimpi seorang mu'min jarang  yang bohong, dan orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya, dan mimpi seorang mu'min adalah satu bagian dari empatpuluh enam bagian kenabian."[2]

·         Mimpi terbagi dalam tiga kategori, yaitu rahmani, nafsi dan syaitani, seperti yang disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Al-Bukhari:

اَلرُّؤْيَا ثَلاَثَةٌ: فَالرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ بُشْرَى مِنَ اللهِ عَزَّوَجَلَّ وَالرُّؤْيَا تَحْزِيْنٌ مَنَ الشَّـيْطَانِ, وَالرُّؤْيَا مِنَ الشَّيْئِ يُحْدِثُ بِهِ اْلإِنْسَانُ نَفْسُهُ

"Mimpi terbagi menjadi tiga: Mimpi yang baik adalah kabar gembira dari Allah Azza Wa Jalla, mimpi yang membuat orang bersedih dari tipu daya setan dan mimpi melihat sesuatu adalah mimpi yang diwujudkan karena pengaruh kejiwaan seseorang".[3]

·         Mimpi para Nabi adalah wahyu, sebagai mimpi yang terbebas dari tipu daya setan, seperti mimpi Ibrahim alaihissalam dalam menyembelih putranya Ismail alaihissalam, dan mimpi selain para Nabi diukur (kebenarannya) dengan wahyu yang jelas, apabila (mimpi tersebut) sesuai dengan wahyu maka seseorang diperbolehkan berbuat berdasarkan mimpi tersebut namun jika sebaliknya maka tidak diperbolehkan beramal dengannya.

·         Barangsiapa ingin agar mimpinya selalu benar maka hendaklah berusaha berkata jujur, memakan barang yang halal dan menjaga perintah syara' serta menjauhi larangan Allah dan Rasulnya, tidur dengan bersuci dan menghadap kiblat, juga menyebut nama Allah sampai dirinya tertidur.

·         Mimpi yang paling baik adalah mimpi pada waktu sahur, sebab pada waktu tersebut adalah waktu turunnya Allah dan diamnya setan-setan, sebaliknya mimpi pada waktu atamah (awal malam setelah hilangnya mega merah sampai sepertiga awal dari waktu malam) adalah waktu menyebarnya setan.

·         Dari Abi Sa'id Al-Khudri radhiallahu anhu bersabda: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللهِ فَلْيَحْمَدِ اللهَ عََلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْـطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِنَ شَرِّهَا  وَلاَ يَذْكُرُهَا ِلأَحَدٍ فَإِنَّهَا لاَ تَضُرًّهُ

"Apabila salah seorang di antara kalian melihat suatu mimpi yang disenanginya, sesungguhnya mimpi tersebut dari Allah, maka handaklah dia menyebut nama Allah atasnya dan menceritakannya (kepada orang lain), dan apabila dia melihat selain itu, dari sesuatu yang dibencinya, sesungguhnya dia berasal dari setan maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dari keburukannya dan janganlah dia menceritakannya kepada seorangpun, sesungguhnya mimpi tersebut tidak memudharatkannya". [4]

·         Dari Abi Qotadah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

اَلرُّؤْيَا مِنَ اللهِ وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّـيْطَانِ فَإِذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُـهُ فَلْيَـنْفُثْ عَنْ شَمَالِهِ ثَلاَثًا ثُمَّ يَتَعَوَّذُ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ

"Mimpi yang benar dari Allah, dan mimpi yang dusta dari setan, dan apabila salah seorang di antara kalian melihat sesuatu yang dibencinya maka hendaklah dia meniup ke sebelah kanannya tiga kali kemudian berlindung kepada Allah dari keburukannya sesungguhnya dia tidak akan memudharatkannya".[5]

·         Dari Jabir radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا رَأَى أَحَـدُكُمْ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيََـبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّـيْطَانِ ثَلاَثًا  وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ

"Apabila salah seorang di antara kalian melihat mimpi yang tidak disukainya maka hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindunglah kepada Allah dari setan tiga kali, lalu hendaklah dia berpindah dari posisinya yang semula".[6]

Adab yang dianjurkan saat melihat mimpi yang baik adalah (Memuji Allah atas mimpi tersebut-Merasa gembira dengannya-Menceritakannya kepada orang yang disukainya-Optimis dengan kebaikan karenanya-Waspada terhadap sikap bangga diri)

Adab yang dianjurkan saat melihat mimpi yang buruk adalah (Berlindung kepada Allah dari keburukannya-Tidak menceritakannya kepada seorangpun-Berlindung kepada Allah dari kejahatan setan-Meludah saat dia bangkit dari tidurnya sebanyak tiga kali-Berwudhu' dan shalat dua rekaat[7]-Merubah posisi tidur dari pinggang yang semula kepada posisi yang lain).

·         Menafsirkan mimpi terbagi menjadi beberapa bagian, sebagaimana disebutkan oleh Imam Al-Baghawi rahimhullah Ta'ala. (Penafsiran ini) berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Sunnah, atau dari berbagai pribahasa-pribahasa yang berlaku di tengah masyarakat, suatu penafsiran bisa berlaku pada nama-nama dan makna-makna, bahkan berlaku pada sesuatu yang bermakana lawannya atau sebaliknya.

Penafsiran yang didasarkan pada Al-Qur'an, seperti tali sebagai symbol dari perjanjian, berdasarkan firman Allah Ta'ala:

وَاعْـتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا

"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah ".

Penafsiran mimpi yang didasarkan pada As-Sunnah, seperti burung gagak sebagai symbol bagi lelaki yang fasiq, sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam menamakannya fasiq.

Penafsiran yang didasarkan pribahasa-pribahasa, seperti menggali lubang sebagai isyarat bagi tindakan makar, berdasarkan pada pribahasa yang berlaku ditengah masyarakat: Barangsiapa yang menggali suatu lubang niscaya dia akan terperosok di dalamnya.

Penafsiran yang didasarkan pada isyarat nama-nama, seperti seorang yang melihat lelaki bernama Rasyid (cerdas) sebagai isyarat bagi kecerdasan (kedewasaan).

Penafsiran dengan isyarat makna sebaliknya atau lawan kata, seperti kata takut ditafsirkan dengan rasa aman, seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Azza Wa Jalla:

وَلَـيُـبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْد ِخَوْفِهِـمْ أَمْنًا 

"Dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan mereka) sesudah mereka berada di dalam ketakutan menjadi aman sentausa"[8].

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] HR. Ibnu Majah dalam bab: Al-Ta'bir no: 3907 dan dishahihkan oleh albani dalam Al-Shahihah no: 1870.

[2] HR. Bukhari no: 7071, Muslim no: 2263.

[3] Al-Silsilatus Shahihah No: 3014.

[4] Shahihul Jami' no: 550

[5] HR. Bukhari dan Muslim

[6] HR. Ibnu Majah no: 3156

[7] Disebutkan dalam kitab Al-Bukhari dalam bab Al-Qoid fil Manam dari Abi Hurairah radhiallahu anhu tentang shalat dan lafaznya adalah: Barangsiapa yang melihat di dalam tidurnya sesuatu yang dibencinya maka hendaklah dia tidak menceritakannya kepada seseorang, dan hendaklah dia bangkit dan mendirikan shalat. Disebutkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya.

[8] QS. Al-nur no: 55.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...