HOME

07 Agustus, 2023

ADAB DALAM MENDIDIK ANAK (HAK-HAK ANAK)

 


BERIKUT BEBERAPA ADAB DALAM MENDIDIK ANAK (HAK-HAK ANAK) MENURUT ISLAM;

·         Membiasakan mereka untuk pergi ke masjid, jikalau tidak khawatir akan mengganggu ketenangan masjid sebagaimana yang terdapat di dalam Hadits: جَـنِّبُوْا مَسَـاجِدَكُـمْ صِبْيَانَكُمْ وَمَجَـانِيْنَكُمْ (ضعـيف).

     "Jauhkanlah anak-anak dan bayi-bayi kalian dari masjid" Hadits dhoif.

·         Memotifasi mereka untuk cinta terhadap ilmu, dan fase-fase yang harus dilaluinya di dalam menuntut ilmu. Al Maimuni berkata: Saya bertanya kepada Abu Abdullah: Mana yang lebih engaku sukai, saya mulai mendidik anakku dengan belajar Al Qur an atau Hadits ?", Dia berkata: "Tidak, akan tetapi dengan Al Qur an". Saya berkata: "Haruskah saya ajarkan keduanya secara bersaaman?" Dia berkata: "Jika kiranya sulit bagi mereka maka ajarilah salah satu diantaranya", Kemudian ia berkata kepadaku: "Jikalau belajar membaca didahulukan maka dia akan terbiasa dengan membaca kemudian memacu untuk membiasakannya".

·         Memanggil mereka dengan panggilan "Abu Fulan atau Ummu Fulanah", ini yang akan merangsang pertumbuhan perasaan dan tingkat kedewasaan anak. Dalam sebuah riwayat bahwasanya Nabi pernah memberi gelar kepada anak-anak kecil,:

وَقَدْ كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ يُكَنِّي الصِّغَارَ فَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: "كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلقًا, وَكاَنَ لِي أَخٌ يُقَـالُ لَهُ أَبُوْ عُمَيْرُ قَالَ: أُحِْسبُهُ فَطِيْمًا وَكَانَ إِذَا جَاءَ قَالَ:يَا أَبَا عُمَيْرُ مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ؟!"

Diriwayatkan dari Anas radhiallahu anhu Berkata: " Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang paling baik akhlaqnya, dan saya punya saudara yang digelari oleh Nabi dengan panggilan Abu Umair, beliau berkata: "Saya kira dia adalah anak kecil yang sudah tidak menyusui lagi", maka setiap kali dia datang Nabi memanggilnya dengan: Wahai Abu Umair apa yang terjadi pada burung Al-Nughair" Yaitu seekor burung kecil yang dijadikan sebagai teman bermainnya".[1]

Dan boleh memberikan gelar dengan anak yang belum didapatkannya, sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat yang shahih pada kitab Shahihul Bukhari dan yang lainnya bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam memberikan gelar bagi seorang gadis kecil ketika sedang memakai baju bagus, maka beliau berkata kepadanya: (Ini adalah penampilan yang cantik wahai Ummu Khalid, ini penampilan yang begitu cerah wahai Ummu Khalid).[2]

·         Membawa anak-anak pada pertemuan-pertemuan umum dan mengkondisikan mereka duduk dengan orang-orang yang sudah dewasa. Dahulu, para sahabat menyertakan anak-anak mereka di dalam majelis Nabi shallallahu alaihi wasallam. Dan salah satu cerita dari tentang hal tersebut adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Mu'awiyah bin Qurrah dari bapaknya berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah duduk dalam sebuah majlis, lalu para sahabat duduk mengelilingi beliau, dan di antara mereka ada seorang sahabat yang datang bersama anaknya, kemudian dia mendudukkan anak tersebut di hadapan Rasululullah shallallahu alaihi wasallam melalui belakang punggung beliau…".[3]

Amru bin Ash pernah berkata kepada sekelompok orang yang duduk-duduk disekitar ka'bah, setelah beliau melakukan thawaf lalu dia duduk bersama mereka, dan mereka menjauhkan anak-anak dari majelis mereka, maka Amru bin Ash menegur: "Jangan lakukan itu, berilah tempat untuk mereka, dekatkanlah mereka dan berikanlah mereka insfirasi". Mereka pada masa ini kecil, namun mereka akan menjadi dewasa dan akan menjadi kaum yang lain. Dulu kami adalah anak-anak kecil namun sekarang kita oang-orang dewasa dan menjelma menjadi generasi lain (berbeda dengan masa kecil).[4]

·         Banyak bercerita kepada mereka tentang pahlawan Islam yang terdahulu dan sekarang, serta kemenangan kaum muslimin dalam setiap peperangan.

·         Mendidik mereka tata cara beradab dengan orang tua, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ عَلىَ الْكَبِيْرِ, وَالْمَارُ عَلـَى اْلقَاعِـدِ, وَالْقَلِيْلِ علَىَ اْلكَـثِيْرِ 

"Yang muda memberi salam kepada yang lebih tua, dan yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, dan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak ".

·         Menghargai anak-anak dalam sebuah majlis.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَـالَ: أَُتِي النَّبِي صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَدْحٍ فَشَرِبَ مِنْهُ وَعَنْ يَمِيْنِهِ غُلاَمٌ أَصْغَرَ اْلقَوْمِ وَاْلأَشْيَاخُ عَـنْ يَسَارِهِ فَقَـالَ : يَـا غُلاَمُ, أَتَأْذَنُ لِي أَنْْ أُعْطِيَه ُاْلأَشْيَاخَ؟ قَالَ: مَا كُنْتُ ِلأُوْثِرَ بِفَضْليِ مِنْكَ أَحَدًا يَا رَسُـوْلَ اللهِ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad radhiallahu anhu berkata: Nabi diberikan sebuah mangkuk maka Rasulullah minum darinya, dan di samping kanan beliau ada seorang anak kecil sementara di samping kirinya para orang-orang yang telah dewasa maka beliau berkata: Wahai anak! Bolehkah saya memberikan kapada orang-orang dewasa air minum ini? Lalu anak itu berkata: “Aku tidak akan mengutamakan seorangpun atas kelebihan yang engkau berikan kepadaku, wahai Rasulullah”. Maka Rasulpun memberikan air minum (bekas beliau) kepada anak tersebut.[5]

·         Melatih mereka dengan olahraga kesatriaan seperti memanah, berenang, mengendarai kuda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah bin Sahl berkata:

"Umar radhiallahu Anha menulis surat kepada Abi Ubaidah bin Jarrah: “Ajarilah anak-anakmu berenang".[6]

·         Menjauhkannya dari sebab-sebab yang membawanya condong kepada sifat kewanitaan, seperti menari, cenderung meniru prilaku wanita, menyisirinya seperti menyisiri wanita, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik radhiallahu anhu:

"Dan saya sangat tidak menyukai anak muda yang memakai sesuatu dari emas; karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan kepadaku bahwasanya beliau melarang memakai cincin dari emas, maka aku membencinya bagi orang dewasa ataupun anak-anak dari kaum lelaki".

·         Hindari agar jangan sampai merendahkan mereka dihadapan umum, dan jangan menghina ide-idenya, upayakan untuk merangsang mereka agar ikut berpartisipasi dalam kebaikan.

·         Mengucapkan salam kepadanya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melewati anak-anak dan memberi salam kepada mereka.

·         Menghargai dan menerima ide-idenya.

·         Memberikan tanggungjawab secara terus menerus sesuai dengan kemampuannya.

·         Membiasakan diam terhadap rahasia. Sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah memanggil Anas radhiallahu anhu untuk sebuah urusan rahasia dan Anas tidak pernah membuka rahasia tersebut kepada siapapun.

·         Mengajarinya keberanian pada tempatnya.

·         Memperhatikan bentuk pakaiannya, menghindarkannya dari kecondongan bergaya dalam berpakaian, potongan rambut, tingkah laku serta cara berjalannya.

Menjauhkannya dari kehidupan bermewah-mewah, bergantung kepada orang lain, malas, bersantai-santai, dan berfoya-foya. Umar radhiallahu anhu bekata: "Hiduplah secara keras karena sesungguhnya nikmat (kehidupan dunia) tidak kekal selamanya ".

·         Menjauhkan mereka dari majlis yang sia-sia dan munkar.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] HR. Bukhari no: 5735

[2] Al-Adabus Syar'iyah 3/152, Dari Aisya radhiallahu anha, dia berkata kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah setiap istri-istrimu mempunyai kuniyah/gelar kecuali saya". Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadanya: Berkuniyahlah dengan anakmu: Abdullah, yaitu bin Zubair, kamu adalah Ummu Abdullah". Al-Silasilah As Shahihah no: 132. Adapun apa yang diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha bahwa dia pernah keguguran dan menamakannya dengan Abdullah, lalu menkuniyahkannya dengan nama bayi yang gugur tersebut adalah bathil baik sanad dan matan. Al-Silsilatud Dhaifah no: 14137.

[3] HR. An-Nasa'I dan dishahihkan oleh Albani dalam kitab Ahkamul Jana'iz.

[4] Al-Adabus Syar'iyah, Ibnu Muflih 1/244.

[5] HR. Bukhari.

[6] HR. Imam Ahmad bin Hambal dalam awal musnad Umar bin Al-Khattab-radhiallahu anhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...