HOME

08 Agustus, 2023

ADAB KEPADA PEMBANTU

 


BERIKUT BEBERAPA ADAB KEPADA PEMBANTU MENURUT ISLAM:

·         Berbuat baik dan toleransi terhadapnya.

·         Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, ia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam datang bersama dua orang pelayan, maka beliau memberikan seorang pelayan kepada Ali radhiallahu anhu dan bersabda: “Janganlah engkau memukulnya, maka sesungguhnya aku melarang (seseorang) memukul orang yang selalu mendirikan shalat, dan sungguh aku melihat dia mendirikan shalat sejak kami datang”. Dan beliau memberikan seorang lagi kepada Abu Dzar serya bersabda: “Berpesan baiklah kepadanya”. Maka ia pun memerdekakannya. Maka beliau bersabda: “Apa yang kamu lakukan?” Ia menjawab: "Engkau telah memerintahkanku berpesan baik kepadanya, maka aku memerdekakannya”.[1]

·         Diriwayatkan dari Anas radhiallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang tanpa seorang pelayan, maka Abu Thalhah memegang tanganku mengajakku pergi sehingga sampai di hadapan Nabi shallallahu alaihi wasallam, ia berkata: Wahai Nabiyallah, Sesungguhnya Anas adalah seorang anak yang pandai dan cerdas, maka ia akan melayani engkau. Maka Anas berkata: Maka aku melayani beliau di perjalanan dan di rumah sejak kedatangannya di Madinah sampai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat, beliau tidak pernah mengatakan kepadaku tentang sesuatu yang aku kerjakan, kenapa kamu kerjakan hal ini begini, dan tidak juga mengatakan terhadap sesuatu yang tidak aku kerjakan, tidakkah kamu kerjakan ini begini?[2]

·         Tidak memukulnya: Diriwayatkan dari Abu Mas'ud radhillahu anhu ia berkata: Aku pernah memukul pelayanku, lalu aku mendengar suara di belakangku, “Ketahuilah wahai Abu Masúd, Allah lebih mampu (berbuat seperti ini) terhadapmu daripada dirimu terhadapnya”. Lalu aku menengok kebelakang, ternyata dia adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Aku berkata: Wahai Rasulullah, Dia telah merdeka, karena mengharap wajah Allah. Maka beliau bersabda: “Apabila engkau tidak melaksanakannya, niscaya engau akan dibakar oleh api neraka”. Atau “akan dihanguskan mukamu oleh api neraka”.[3]

·         Teliti terhadap pelayan untuk menghindari buruk sangka. Diriwayatkan dari Salman ia berkata: Sesungguhnya aku menghitung Al-Uroq, yaitu tulang yang telah dimakan dagingnya karena takut jika terjadi prasangka yang tidak baik terhadap pelayan.[4]

·         Jangan mengatakan, semoga Allah memburukkan wajahnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mengatakan, semoga Allah memburukkan wajahnya”.[5]

·         Menghindari wajah saat memukul, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:  إِذَا ضَـرَب أَحَـدُكُمْ خَاِدمَـهُ فَلْيَتَجَنَّبِ اْلوَجْـهَ “Apabila salah seorang di antara kalian memukul pelayan/hamba sahayanya maka hindarilah wajah”.[6]

·         Apabila seseorang menampar hamba sahayanya, hendaklah ia memerdekakannya. Berdasarkan riwayat dari Hilal bin Yasaf, ia berkata: "Tatkala kami menjual perabot rumah di rumah Suwaid bin Muqrin, tiba-tiba keluarlah seorang hamba sahaya perempuan lalu berkata kepada seorang laki-laki, kemudian laki-laki itu menamparnya, maka Suwaid bin Muqrin berkata: apakah kamu menampar wajahnya? Sesungguhnya aku melihat diriku orang yang ketujuh dari tujuh orang, sedangkan kami tidak memiliki kecuali seorang hamba sahaya saja, lalu sebagian kami menamparnya, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkannya untuk memerdekakannya”.[7]

·         Al Bukhari telah mengatakan dalam Al Adab Al Mufrad, bab: Uksuhum Mima Talbasun (Pakaikanlah mereka dari apa yang kalian pakai), Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiallhu anhu ia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam telah berwasiat agar berbuat baik terhadap para hamba sahaya seraya bersabda:

أَطْعِمُوْهُمْ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ وَأَلْبِسُوْهُمْ مِنْ لَبُوْسِكُمْ وَلاَ تُعَذِّبُوْا خَلْقَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

 “Beri makanlah mereka dari apa yang kalian makan dan pakaikanlah mereka dari pakaian kalian serta janganlah kalian menyiksa ciptaan Allah Ázza wa Jalla.[8]

·         Tidak menghinanya.

·         Tidak membebankan pelayan atau hamba sahaya dengan pekerjaan yang tidak mampu dipikulnya, Nabi shallallahu alaihi wasallam telah bersabda:

لِلْمَمْلُوْكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ وَلاَ يُكَلَّفُ إِلاَّ مَا يَطِيْقُ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوْهُمْ فَأَعِيْنُوْهُمْ

 “Bagi para hamba sahaya hak makanan dan pakaian serta tidak dibebani dengan pekerjaan kecuali yang mampu dipikulnya, apabila kalian membenani mereka (suatu pekerjaan) maka bantulah mereka”.[9]

·         Memberi nafkah kepada pelayan adalah shodaqoh. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُـوَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ وَزَوْجَتَكَ وَخَادَمَكَ فَهُـوَ صَدَقَةٌ

 “Makanan yang kamu berikan untuk dirimu adalah shodaqoh, dan makanan yang kamu berikan untuk anak, isteri dan pelayanmu adalah shodaqoh”.[10]

·         Apabila ia tidak suka makan bersama hamba sahayanya, maka hendaklah memberi makanan yang ada di tangannya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

فَإَنْ كَـرِهَ أَحَـدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ مَعَهُ الْخَـاِدمُ- فَلْيَطْعَمْهُ أُكْلَةً فِي يَدِهِ

 “Maka apabila salah satu di antara kalian tidak suka makan bersamanya -pelayannya- hendaklah ia memberi makanan yang ada di tangannya”.[11]

·         Al Bukhari rahimahullaahu taála telah mengkhususkan dalam Kitab Al Adab Al Mufrad satu bab: Hal Yujlisu Khadimahu Ma'ahu Iza Akala (Apakah seorang pelayan duduk bersamanya pada saat makan?) Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhillahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:

إِذِا جِاءِ أِحَـدُكُمْ  خَادِمُهُ بِطَعَامِهِ فَلْيُجْلِسْهُ فَإِنْ لَمْ يَقْبَلْ فَلْيُنَاوِلْهُ مِنْهُ

 “Apabila datang kepada salah satu di antara kalian seorang pelayan membawa makanannya, maka hendaklah ia mengajak duduk (makan) bersamanya, jika ia menolak, maka ambilkan dari makanan itu untuknya”.[12]

·         Jika seorang hamba sahaya menasehati tuannya, maka baginya pahala sebanyak dua kali lipat, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا نَصَـحَ لِسَيِّدِهِ وَأَحْسَنَ عِبَادَةَ رَبِّهِ فَلَهُ أَجْـرُهُ َمَـرَّتَيْنِ

 “Sesungguhnya jika seorang hamba sahaya menasehati tuannya dan menyembah Tuhannya dengan baik, maka baginya pahala sebanyak dua kali lipat”.[13]

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] Dihasankan oleh Albani dalam Shahih Al Adab Al Mufrod.

[2] Shahih Al Adab (122)

[3] Disahihkan oleh Albani dalam Al Adab Al Mufrad (127)

[4] Sanadnya disahihkan oleh Albani dalam Al Adab Al Mufrad (125)

[5] Albani menghasankannya dalam Shahih Al Adab Al Mufrad (128)

[6] Disahihkan oleh Albani dalam Al Adab Al Mufrad (130)

[7] Disahihkan oleh Albani dalam Al Adab Al Mufrad (132)

[8] Disahihkan oleh Albani dalam Al Adab Al Mufrad (139)

[9] Shahih Al Jami’(5192)

[10] Disahihkan oleh Albani dalam Shahih Al Adab Al Mufrad (143)

[11] Disahihkan oleh Albani dalam Shahih Al Adab Al Mufrad (146)

[12] Shahih Al Adab Al Mufrad (147), Al Silsilah Al Shahihah (1297)

[13] Disahihkan oleh Albani dalam Shahih Al Adab Al Mufrad (149)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...