HOME

07 Agustus, 2023

ADAB DI PASAR

 


BERIKUT BEBERAPA ADAB SESEORANG KETIKA DI PASAR MENURUT ISLAM;

·         Berdo’a sebelum memasuki pasar:

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْـدَه لاَ شَـرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلُملْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَـيٌّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ اْلخَيْرُوَهـُوَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيْـرٌ

“Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya seluruh kekuasaan dan seluruh pujian, Yang Menghidupkan dan Mematikan, dan Tuhan Yang Hidup dan Tidak Mati, di TanganNyalah kebaikan, Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.[1]

·         Seorang muslim harus memahami hukum-hukum yang berhubungan dengan jual beli.

·         Tidak curang dalam menimbang dan menakar barang.

·         Dilarang menipu, menimbun barang dan berlaku najsy, yaitu: menawar dengan harga yang lebih tinggi oleh orang yang tidak berkeinginan membelinya.

·         Dilarang jual beli al-inah, yaitu menjual suatu barang kepada orang lain dengan harga yang dibayar pada masa yang akan datang, kemudian si penjual membeli barang tersebut dari pembeli pertama dengan harga yang lebih sedikit dari harga semula secara cash.

·         Mengendalikan harga, dari Anas radhiallahu anhu menceritakan bahwa masyarakat mengadu kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah! Harga barang-barang melonjak, batasilah harga tersebut! Maka Rasulullah menjawab: Sesungguhnya Allahlah yang menciptakan, yang menyempitkan dan meluaskan serta menentukan harga, dan aku berharap agar diriku menemui Allah Ta’ala tanpa seorangpun menuntutku dengan suatu kezaliman baik darah atau harta”.[2]

·         Jujur dalam bertransaksi, sebagaimana yang diriwayatkan bahwa saat Nabi shallallahu alaihi wasallam berjalan pada sebuah pasar melewati sekumpulan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya pada makanan tersebut, ternyata bagian bawahnya basah terkena hujan, lalu beliau bertanya: Wahai pemilik makanan apakah yang terjadi dengan makananmu ini? “Ditimpa hujan wahai Rasulullah” Jawab sang penjual. Beliau menegur: “Tidakah kau menjadikannya di atas makanan yang lain agar pembeli melihatnya, barangsiapa yang menipu, dia bukan dari golongan kita”.[3]

·         Dilarang menyambut penjual yang baru datang (di luar pasar), berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ تَلَقُّوْا السِّلَعَ حَتَّى يَهْبِطَ بَهَا فِي السُّـوْقِ

“Janganlah kalian menyambut barang jualan sampai barang tersebut turun memasuki pasar”.[4]

·         Dilarang menjual barang yang bukan miliknya dan barang yang belum di tangannya.

·         Diperintahkan bersikap mudah dan lapang dada dalam jual beli, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

رَحِمَ اللهُ عَبْدًا سَمْحًا إِذَا بَاعَ سَمْحًا إِذَا اشْتَرَى  وَسَمْحًا إِذَا اقْتَضَى

“Allah memberikan rahmat kepada seorang hamba yang mudah toleran apabila menjual, toleran apabila membeli dan toleran dalam menuntut piutangnya”.[5]

·         Tidak mengangkat suara dalam bertikai dan bertengkar, disebutkan bahwa salah satu sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah beliau bukanlah orang yang suka berkata kotor, berbuat kotor, tidak bersuara keras di pasar, tidak membalas dengan keburukan namun beliau suka memaafakan dan memberikan ampunan”.[6]

·       Menjaga agar selalu memenuhi aqad, janji dan kesepakatan antara kedua belah pihak, berdasrkan firman Allah Ta’ala:  

  يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَوْفُوْا بِالْعُقُوْدِ

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah jani-janjimu”.[7]

·         Memperkuat terjadinya jual beli dengan adanya saksi atau tulisan berdasarkan firman Allah Ta’ala: َوأَشْهِدُوْا إِذَا تَبَايَعْتُمْ    “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli”.[8]

·       Tidak banyak bersumpah dalam berjual beli, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:   

   إِيَّاكُمْ وَكَثْرَةُ اْلحَلَفِ فِي اْلبَيْعِ فَإِنَّهُ يُنْفِقُ ثُمَّ يُمْحِقُ

"Jauhilah banyak bersumpah pada saat berjual beli sebab tindakan ini mendatangkan laba namun menghilangkan keberkahan”.[9]

·         Membersihkan pasar dari barang-barang yang diharamkan.

·         Menjauhi berjual beli dengan barang yang dirampok atau dicuri, berdasarkan firman Allah Ta’ala:

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَأْكُلُوْا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبطِلِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ تِجـرَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu”.[10]

·         Menjaga pandangan dari wanita dan menjauhi bercampur bersama mereka, firman Allah Ta’ala:

قُلْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يُغُضُّوْا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْ ذلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا يَصْنَعُوْنَ وَقُلْ ِللْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”.[11]

·         Menjaga syi’ar-syi’ar agama, tidak menyibukkan diri dengan jual beli dari panggilan shalat, sebaik-baik manusia adalah orang yang tidak disibukkan oleh perkara-perkara dunia sampai melupakan akhiratnya dan tidak pula tenggelam dalam urusan akhirat sampai melupakan dunianya”. Firman Allah Ta’ala:    

     رِجَالٌ لاَ تُلْهِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَ بَيْعٌ عَنْ ِذكْرِ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكوةِ

Lelaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah dan dari mendirikan sembahyang dan dari membayar zakat”.[12]

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] Shahih Ibnu Majah no: 1817.

[2] Shahihul Jami’ no: 1846.

[3] Shahihut Turmudzi no: 1060.            

[4] Shahihul Jami’ no: 7589.

[5] Shahih Ibnu Majah no: 1790.

[6] Al-Syama’ilul Muhammadiyah no: 298.

[7] QS.Al-Ma’idah: 1.

[8] QS. Al-Baqarah: 282.

[9] Shahihut Targib no: 1795.

[10] QS. Al-Nisa’: 29.

[11] QS.Al-Nur: 30-31.

[12] QS. Al-Nur: 37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...