HOME

06 Agustus, 2023

ADAB MEMBERI KABAR GEMBIRA (AL-BISYAROH)

 


Berikut beberapa adab memberi kabar gembira dalam islma;

·         Al-Bisyaroh adalah sesuatu yang dapat melegakan hati seseorang, berupa urusan yang bisa menggembirakan.

·          Al-Bisyaroh secara mutlak bermakna kabar gembira dengan kebaikan, dan terkadang secara bahasa Al-Bisyaroh digunakan secara terbatas pada hal yang berhubungan dengan kejelekan sebagaimana firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala:    فَبَشِّرْهُـمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ      "Maka gembirakanlah bahwa meraka akan menerima siksa yang pedih".[1]

·         Apabila seseorang mendapatkan sesuatu yang menggembirakan maka disunnahkan mengucapkan selamat dengan apa yang membuatnya gembira baik kebaikan dalam urusan agama atau dunia, bahkan para Malaikat telah memberi kabar gembira kepada Ibrahim Alaihissalam dengan anak yang penyantun lagi pintar.

·         Termasuk sunnah menceritakan berita kebaikan yang dapat melegakan dan menggembirakan.

·         Di antara waktu yang pantas untuk membangkitkan kegembiraan adalah pada waktu sakit, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberi kabar kepada Umu Ala radhiallhu anhu beliau berkata:

عَادَنِي النَّبِيُّ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةٌ فَقَالَ:أَبِْشِرِي يَا أُمَّ اْلعَلاَءِ فَإِنَّ مَرَضَ اْلمُسْلِمِ يُذْهِبُ اللهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْهِبُ النَّارَخَبَثَ الْذَّهَبِ وَاْلفِضَّةِ 

"Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjengukku dikala aku sakit maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Gembiralah! Umu Ala' bahwasanya sakitnya seorang muslim sebagai penghapus kesalahan seperti halnya api menghilangkan kotoran emas dan perak".[2]

·         Diantara orang-orang yang juga diberi kabar adalah para pelajar sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi rahimahullah dari Asim bin zurrin bin Hubais berkata kepadaku Sofwan bin Asal Al Muradi sedangkan aku hendak bertanya kepadanya tentang mengusap dua sepatu kemudian ia bertanya: Apa yang membuatmu datang kepadaku? Aku menjawab ingin mendapatkan ilmu, kemudian ia berkata: Bolehkah aku memberi kabar gembira untukmu?". Aku menjawab: "Tentu", kemudian ia berkata: Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

  إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا ِلطَاِلبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ

"Bahwasannya malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu pertanda ridlo terhadap apa yang ia dicari".[3] 

·         Dari pemberitaan kabar baik juga adalah memberi kabar gembira dengan kemenangan sebagaimana terdapat dalam sunnah, oleh karena itulah Imam Bukhari rahimahullah menulis satu bab dalam kitabnya: Kiatabul Jihad Was Siyar/ kitab jihad dan sirah, bab memberi kabar gembira dengan kemenangan.

·         Di antara moment yang baik untuk memberi kabar gembira adalah pada seseorang yang akan meninggal dunia, sebagaimana saat Umar radhiallahu anhu ditikam maka datanglah kepadanya seorang pemuda dari Ansor kemudian ia berkata: Bergembiralah wahai Amirul mu'minin dengan kabar gembira dari Allah untukmu, engkau telah berbuat bagi Islam ini sebagaimana yang telah engkau ketahui.

·         Begitu juga memberi kabar gembira dengan kematian orang jahat sebagaimana kisah seorang sahabat yang telah membunuh Abu Rafi', sebab ia menghina Nabi shallallahu alaihi wa sallam, setelah dia berhasil membunuhnya, maka dia memberi kabar gembira kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang kematiannya.

·         Disunnahkan bagi orang yang menerima berita gembira memberikan sesuatu bagi orang yang membawa berita gembira tersebut, sebagaimana kisah Ka'ab bin Malik[4] radiallahuanhu bahwasannya ia telah memerdekakan hamba sahayanya Al Abbas, tatkala Hajjaj bin Allat mengabarkannya dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang sesuatu membuatnya bergembira.

·         Perkataan sebagian orang (Datanglah dengan membawa kabar gembira) terdapat suatu pendapat dari ulama maka dia harus beritakan kepadanya kabar gembira.

·         Sebuah berita gembira (yang disampaikan) baik dalam urusan agama atau dunia, akan mendatangkan pahala bagi orang yang membawa berita gembira tersebut,  hal itu sebagaimana  kisah Umar radhiallahu anhu tatkala dia mengutus anaknya kepada Aisyah radhallahu anha untuk meminta izin supaya dikuburkan bersama dua temannya, maka tatkala Abdullah radhiallahu anhu menemuinya Umar berkata radhillahu anhu bertanya: "Apa yang engkau bawa?"  Dia menjawab: "Aku membawa apa yang engkau inginkan wahai amirul mu'minin, dia (Aisyah) mengizinkanmu, kemudian Umar berkata: Segala puji bagi Allah tidak ada urusan yang lebih penting bagiku selain ini.

·         Termasuk moment yang tepat untuk mengucapkan kegembiraan adalah saat seseorang datang meminta sesuatu dan ia mampu melaksanakannya, dianjurkan berkata: Bergembiralah. Hal ini sebagaimana terdapat di dalam sunnah tatkala orang-orang mendengar bahwasannya Abu Ubaidah radhiallahu anhu datang dari Bahrain dengan membawa harta benda maka para shahabat berdatangan untuk melaksanakan shalat fajar bersama Rasulullah Subhanahu Wa Ta'ala lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Aku mengira bahwasanya kalian mendengar Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu, mereka menjawab: Benar, ya Rasulallah, kemudian beliau bersabda: bergembiralah dan berangan-anganlah.[5]

·         Di antara adab syara' dalam memberikan kabar gembira adalah bilamana seseorang menerima berita yang membuatnya gembira maka dia bersujud syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala pertanda terima kasih kepadaNya hal ini sebagaimana datang dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam Bilamana datang kepada beliau suatu urusan yang menggembirakan atau menerima berita gembira maka beliau bersujud syukur sebagai tanda terima kasih kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.[6]

·         Apabila datang kepada seorang perempuan lelaki shaleh yang akan melamarnya, maka dikatakan kepadanya: Bergembiralah!. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Zainab dan haditsnya shahih, yaitu tatkala dia selesai dari  masa iddahnya maka Rasulullah Subhanahu mengutus Zaid untuk mengatakan keinginan beliau kepadanya, Zaid berkata: "Aku pergi menemuinya dan berkata: Wahai Zainab bergembiralah bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutusku kepadamu dan beliau menyebutmu (melamarmu).[7]

 BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1]  QS.Ali Imran: 21

[2]  HR.Silsilah hadits shohihah

[3] Shoheh Al Jami'

[4]  HR.Bukhari Muslim

[5] HR Ibnu Majah no:3231

[6]  HR Shahih Abu Daud no:2412

[7] HR. An Nasa'I no:3050

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...