Berikut beberapa adab memberi kabar gembira dalam islma;
·
Al-Bisyaroh adalah sesuatu yang dapat melegakan hati
seseorang, berupa urusan yang bisa menggembirakan.
·
Al-Bisyaroh
secara mutlak bermakna kabar gembira dengan kebaikan, dan terkadang secara
bahasa Al-Bisyaroh digunakan secara terbatas pada hal yang berhubungan dengan
kejelekan sebagaimana firman Allah Subhanhu Wa Ta'ala: فَبَشِّرْهُـمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ "Maka gembirakanlah bahwa meraka
akan menerima siksa yang pedih".[1]
·
Apabila seseorang mendapatkan sesuatu yang
menggembirakan maka disunnahkan mengucapkan selamat dengan apa yang membuatnya
gembira baik kebaikan dalam urusan agama atau dunia, bahkan para Malaikat telah
memberi kabar gembira kepada Ibrahim Alaihissalam dengan anak yang penyantun
lagi pintar.
·
Termasuk sunnah menceritakan berita kebaikan yang dapat
melegakan dan menggembirakan.
·
Di antara waktu yang pantas untuk membangkitkan
kegembiraan adalah pada waktu sakit, sebagaimana Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam memberi
kabar kepada Umu Ala radhiallhu anhu beliau berkata:
عَادَنِي
النَّبِيُّ صَلىَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةٌ فَقَالَ:أَبِْشِرِي
يَا أُمَّ اْلعَلاَءِ فَإِنَّ مَرَضَ اْلمُسْلِمِ يُذْهِبُ اللهُ بِهِ خَطَايَاهُ
كَمَا تُذْهِبُ النَّارَخَبَثَ الْذَّهَبِ وَاْلفِضَّةِ
"Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjengukku dikala aku
sakit maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Gembiralah!
·
Diantara orang-orang yang juga diberi kabar adalah para
pelajar sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi rahimahullah dari
Asim bin zurrin bin Hubais berkata kepadaku Sofwan bin Asal Al Muradi sedangkan
aku hendak bertanya kepadanya tentang mengusap dua sepatu kemudian ia bertanya:
Apa yang membuatmu datang kepadaku? Aku menjawab ingin mendapatkan ilmu,
kemudian ia berkata: Bolehkah aku memberi kabar gembira untukmu?". Aku
menjawab: "Tentu", kemudian ia berkata: Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا ِلطَاِلبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ
"Bahwasannya malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu
pertanda ridlo terhadap apa yang ia dicari".[3]
·
Dari pemberitaan kabar baik juga adalah memberi kabar
gembira dengan kemenangan sebagaimana terdapat dalam sunnah, oleh karena itulah
Imam Bukhari rahimahullah menulis satu bab dalam kitabnya: Kiatabul Jihad
Was Siyar/ kitab jihad dan sirah, bab memberi kabar gembira dengan
kemenangan.
·
Di antara moment yang baik untuk memberi kabar gembira
adalah pada seseorang yang akan meninggal dunia, sebagaimana saat Umar
radhiallahu anhu ditikam maka datanglah kepadanya seorang pemuda dari Ansor
kemudian ia berkata: Bergembiralah wahai Amirul mu'minin dengan kabar gembira
dari Allah untukmu, engkau telah berbuat bagi Islam ini sebagaimana yang telah
engkau ketahui.
·
Begitu juga memberi kabar gembira dengan kematian orang
jahat sebagaimana kisah seorang sahabat yang telah membunuh Abu Rafi', sebab ia
menghina Nabi shallallahu alaihi wa sallam, setelah dia berhasil membunuhnya, maka dia memberi
kabar gembira kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang kematiannya.
·
Disunnahkan bagi orang yang menerima berita gembira
memberikan sesuatu bagi orang yang membawa berita gembira tersebut, sebagaimana
kisah Ka'ab bin Malik[4]
radiallahuanhu bahwasannya ia telah memerdekakan hamba sahayanya Al Abbas,
tatkala Hajjaj bin Allat mengabarkannya dari Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam tentang
sesuatu membuatnya bergembira.
·
Perkataan sebagian orang (Datanglah dengan membawa
kabar gembira) terdapat suatu pendapat dari ulama maka dia harus beritakan
kepadanya kabar gembira.
·
Sebuah berita gembira (yang disampaikan) baik dalam
urusan agama atau dunia, akan mendatangkan pahala bagi orang yang membawa
berita gembira tersebut, hal itu
sebagaimana kisah Umar radhiallahu anhu
tatkala dia mengutus anaknya kepada Aisyah radhallahu anha untuk meminta izin
supaya dikuburkan bersama dua temannya, maka tatkala Abdullah radhiallahu anhu
menemuinya Umar berkata radhillahu anhu bertanya: "Apa yang engkau
bawa?" Dia menjawab: "Aku
membawa apa yang engkau inginkan wahai amirul mu'minin, dia (Aisyah)
mengizinkanmu, kemudian Umar berkata: Segala puji bagi Allah tidak ada urusan
yang lebih penting bagiku selain ini.
·
Termasuk moment yang tepat untuk mengucapkan
kegembiraan adalah saat seseorang datang meminta sesuatu dan ia mampu
melaksanakannya, dianjurkan berkata: Bergembiralah. Hal ini sebagaimana
terdapat di dalam sunnah tatkala orang-orang mendengar bahwasannya Abu Ubaidah
radhiallahu anhu datang dari Bahrain dengan membawa harta benda maka para
shahabat berdatangan untuk melaksanakan shalat fajar bersama Rasulullah
Subhanahu Wa Ta'ala lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Aku mengira bahwasanya
kalian mendengar Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu, mereka
menjawab: Benar, ya Rasulallah, kemudian beliau bersabda: bergembiralah dan
berangan-anganlah.[5]
·
Di antara adab syara' dalam memberikan kabar gembira
adalah bilamana seseorang menerima berita yang membuatnya gembira maka dia
bersujud syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala pertanda terima kasih
kepadaNya hal ini sebagaimana datang dari Nabi shallallahu alaihi wa
sallam Bilamana datang
kepada beliau suatu urusan yang menggembirakan atau menerima berita gembira
maka beliau bersujud syukur sebagai tanda terima kasih kepada Allah Subhanahu
Wa Ta'ala.[6]
·
Apabila datang kepada seorang perempuan lelaki shaleh
yang akan melamarnya, maka dikatakan kepadanya: Bergembiralah!. Sebagaimana
hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Zainab dan haditsnya shahih, yaitu
tatkala dia selesai dari masa iddahnya
maka Rasulullah Subhanahu mengutus Zaid untuk mengatakan keinginan beliau
kepadanya, Zaid berkata: "Aku pergi menemuinya dan berkata: Wahai Zainab
bergembiralah bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutusku kepadamu dan beliau
menyebutmu (melamarmu).[7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar