BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara
kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan
istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses
ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri
sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas
penggunaannya.
Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat
dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk
dibahassama dengan faktor-faktor dasar perkembangan peserta didik perlu
diketahui agar perkembangan peserta didik dapat diketahui oleh pengajar seperti
emosional, kecerdasan, sosial dan bahasa dapat dikembangkan kearah yang lebih
baik lagi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Apa yang
dimaksud dengan karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik ?
1.2.2
Karakteristik
perkembangan kepribadian masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?
1.2.3
Karakteristik
perkembangan sosial masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?
1.2.4
Karakteristik
perkembangan kognitif dan bahasa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?
1.2.5
Bagaimana
perkembangan moralitas dan keagamaan masa remaja serta implikasinya dalam
pendidikan ?
1.2.6
Karakteristik
kemandirian dan karier masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?
1.3 TUJUAN
1.3.1
Untuk
mendeskripsikan tentang karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik pada
peserta didik.
1.3.2
Untuk
mendeskripsikan tentang karakteristik perkembangan kepribadian masa remaja
serta implikasinya dalam pendidikan.
1.3.3
Untuk memahami
bagaimana karakteristik perkembangan sosial masa remaja serta implikasinya
dalam pendidikan.
1.3.4
Untuk mengetahui
tentang perkembangan kognitif dan bahasa remaja serta implikasinya dalam
pendidikan.
1.3.5
Untuk memahami
lebih dalam apa yang dimaksud dengan perkembangan moralitas dan keagamaan masa
remaja.
1.3.6
Untuk
mendeskripsikan tentang kemandirian dan karier masa remaja serta implikasinya dalam
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 kelompok
9
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN FISIK dan PSIKOMOTORIK
A. Perkembangan
Fisik
Perkembangan fisik atau pertumbuhan
biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari
perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang
terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Berkaitan dengan
perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan
fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
1. Sistem
syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.
2. Otot-otot,
yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.
3. Kelenjar
Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada
usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis
4. Struktur
Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
B. Karakteristik
Perkembangan Fisik Peserta Didik
Dilihat
dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar merupakan
periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai terjadi
perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang
secara seksual pada saat pertumbuhan berkembang pesat.
a. Karakteristik
perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)
Perkembangan kemampuan
fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan
dasar yang semakin baik,sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar.
b. Karakteristik
perkembangan fisik pada masa anak (5-11 tahun )
Perkembangan waktu
reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang
dengan baik, masih belum mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative
tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.
c. Karakteristik
perkembangan fisik pada masa remaja
Pada masa remaja
perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada perkembangan, kekuatan,
ketahanan, dan organ seksual.
d. Karakteristik
perkembangan fisik pada masa dewasa
Kemampuan fisik pada
masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat bervariasi seiring dengan
pertumbuhan fisik.
C. Perkembangan
Psikomotorik
Perilaku
psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular
system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan
konatif).
1. Berjalan
dan Memegang Benda
Keterampilan
memegang benda, sampai dengan enam bulan pertama dari kelahirannya barulah
merupakan gerakan meraih benda-benda yang ditarik ke dekat badannya dengan
seluruh lengannya.
2. Bermain
dan Bekerja
Mulai
usia empat sampai lima tahun bermain konstruksi yang fantastik seperti menyusun
alat-alat mainan tertentu, dapat beralih kepada berbagai betuk gerakan bermain
yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat dengan aturan-aturan tertentu
yang ketat.
3. Proses
Perkembangan Motorik
Faktor-faktor
lingkungan alamiah, sosial, kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan
latihan adalah hal-hala yang sangat berpengaruh terhadap proses dan produk
perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik.
a. Karakteristik
Perkembangan Psikomotorik Peserta Didik
a) Karakteristik
perkembangan psikomotorik pada masa kanak-kanak:
1. Usia
3 tahun = Tidak
dapat berhenti dan berputar secara tiba-tiba atau secara cepat, dapat melompat
15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dengan berganti kaki, dapat
berjingkrak.
2. Usia
4 tahun = Lebih
efektif mengontrol gerakan berhenti, memulai, dan berputar, dapat melompat
24-33 inchi, dapat menuruni tangga, dengan berganti kaki, dengan bantuan, dapat
melakukan jingkarak 4 sampai 6 langkah dengan satu kaki.
3. Usia
5 tahun = Dapat
melakukan gerakan start, berputar, atau berhenti
secara efektif, dapat melompat 28-36 inchi, dapat menuruni tangga tanpa
bantuan, berganti kaki, dapat melakukan jingkrak dengan sangat mudah.
b) Karakteristik
perkembangan psikomotorik pada masa anak
Pada masa anak
perkembangan keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:
1. Keterampilan
menolong diri sendiri
2. Keterampilan
menolong orang lain
3. Keterampilan
sekolah·
4. Keterampilan
bermain;
c) Karakteristik
Perkembangan Psikomotorik Pada Remaja
Pada masa ini,
laki-laki mengalami perkembangan psikomotorik yang lebih pesat dibanding
perempuan. Kemampuan psikomotorik laki laki cenderung terus meningkat dalm hal
kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik
pada perempuan terhenti setelah mengalami menstruasi.
d) Karakteristik
Perkembangan Psikomotorik Pada Masa Dewasa
Puncak dari
perkembangan psikomotorik terjadi pada masa ini. Karakteristik perkembagan psikomotorik
ditandai dengan peningkatan keterampilan dalam bidang tertentu. Semua sistem
gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.
D. Implikasi
Perkembangan Fisik dan Psikomotorik dalam Pendidikan
Implikasinya terhadap pendidikan berkaitan erat
dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini, berguna
untuk para pendidik dalam menyusun materi pendidikian yang sesuai dengan
perkembangan peserta didiknya. Dengan begitu upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan yang lebih efektif dan efisien dapat berjalan dengan tepat.
a. Implikasi Pendidikan pada Anak
Metode pendidikan yang cocok adalah
belajar sambil bermain dengan menggunakan permainan yang menantang dan menarik
bagi anak-anak serta mampu memicu munculnya kreatifitas anak. Orientasi
pendidikan lebih ditekankan pada aspek sikap dengan materi yang digunakan
banyak berkaitan dengan fakta yakni berkaitan dengan penggalian kasus atau
peristiwa serta pengalaman empirik peserta didik sebagai realitas kehidupan.
b. Implikasi Pendidikan pada Remaja
Orientasi pendidikan remaja lebih
ditekankan pada aspek pemahaman dan keterampilan. Remaja lebih banyak dituntut
untuk terampil melakukan suatu tindakan yang diawali dengan melakukan
pertimbangan. Pendidikan membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih
matang dengan teman sebaya,
mencapai peran sosial, mencapai
kemandirian emosional
dan mengembangkan kemampuan intelektual.
c. Implikasi Pendidikan pada Orang
Dewasa
Orientasi pendidikan lebih
ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus pada materi generalisasi, yaitu
kerangka pengambilan kesimpulan dan formulasi ketentuan serta bagaimana solusi
pemikiran dan tindakan yang dilakukan. Peserta didik dituntut untuk
berpikir kritis agar mampu mengambil kesimpulan rasional. Pada periode
pertengahan dewasa muncul keinginan membantu generasi muda mengembangkan dan
mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas/bangkit. Memberikan
asuhan dan bimbingan pada anak-anak dengan mengajarkan pengetahuan, keahlian
dan keterampilan.
2.2
Kelompok 10
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MASA
REMAJA serta IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN
A. PEMAHAMAN
TENTANG KEPRIBADIAN REMAJA
a. Makna
Kepribadian
Kepribadian
secara etimologi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”.
Sedangkan istilah personality secara etimologi berasal dari bahasa latin
“person” (kedok) dan “personare” (menembus). Pengertian secara terminologi
menurut pendapat para ahli antara lain:
May
mengartikan kepribadian sebagai “a social stimulus value”. Jadi menurutnya cara
orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu. Dalam kata lain, pendapat
orang lain yang menentukan kepribadian individu itu.
Kepribadian
dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang tampak dalam
melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Salah satu kata kunci dari defenisi
kepribadian adalah penyesuaian.
b. Makna
Kepribadian Remaja
masa
remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Fase
remaja merupakan fase yang sangat unik karena pada fase tersebut seseorang akan
mengalami perubahan secara jasmani maupun rohani.
Fase
remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi
kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan
kepribadian pada masa ramaja meliputi:
Perolehan
pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.
Kematangan
seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.
Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan
untuk mengarah diri dan mengevaluasi kembali
tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.
Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat
heteroseksual, berteman dengan pria dan wanita.
Munculnya
konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa.
B. KARAKTERISTIK
REMAJA DAN PEMUDA
a.
Remaja Awal
1. KarakteristikMental:
Remaja terjaga
tetapi terpaku pada periode suka
berkhayal.
Remaja belajar dengan
cepat.
Remaja mulai
mendapatkan rasa tertarik pada hal-hal yang khusus.
2.
Karakteristik Fisik:
Kesehatan bagus, hanya
nomor kedua setelah masa periode pra-remaja.
Perkembangan fisik
sangat cepat dengan nafsu makan yang kuat menyertai masa pertumbuhan ini.
Otot-otot berkembang
atau kegagalan koordinasi untuk menjaga tahap perkembangan struktur tulang
menyebabkan kecenderungan menuju kejanggalan atau kekakuan.
3.
Karakteristik
Sosial
Usia ini adalah usia
yang menunjukkan kesetiaan pada kelompok, dengan satu ketakutan bahwa dirinya berbeda dengan kelompoknya
Remaja mencari lebih
banyak kebebasan secara individu dengan suatu ketajaman batin yang baru
menunjukkan kwalitas secara pribadi.
Keinginan untuk encari
uang sering melanda anak remaja pada usia ini, menghasilkan keinginan untuk
lepas dari sekolah
Pada usia ini juga
sering terjadi pergantian suasana hati.
4.
Karakteristik
Kerohanian
Ketertarikan pada
hal-hal kerohanian berkurang secara drastis pada usia ini tetapi remaja
dipengaruhi oleh tingkah laku teman-teman sepergaulannya.
Kesadaran dalam
beribadah seperti ikut ibadah salat di masjid,pengajian-pengajian,dsb.
Ini adalah usia dimana
cita-cita untuk pekerjaan seumur hidup sering akan ditentukan.
b. Remaja
Pertengahan (16/17)
Pertumbuhan berlanjut dengan cepat,
anak muda dalam banyak hal mencapai ketinggian fisiknya pada akhir periode usia
ini
1.
Karakteristik Mental:
Remaja
berada pada usia dimana dia akan senang sekali bertanya segala sesuatu dan
ingin bukti sebelum dia menerimanya.
Mereka
mempunyai rasa hormat yang besar terhadap “bea siswa” dan sering cenderung untuk mengambil satu jawaban atas sesuatu
yang akan dipegang menjadi bukti bahwa
seserang mempunyai nama besar.
Prinsip-prinsipnya
sekarang mulai dipertajam, dan mereka benar-benar merencanakan cara untuk
mencapainya.
2.
Karakteristik Fisik:
Seksualitas
berkembang terus, suatu kekuatan untuk
berurusan dengan hal ini.
Tinggi
dan berat badan mencapai 85% dari usia pada masa dewasa.
Otot-otot
menjadi berkembang dan mereka suka latihan-latihan kebugaran fisik.
3.
Karakteristik Sosial:
Mereka
suka berkelompok-kelompok dan ingin dikelilingi oleh teman-teman istimewanya
Kritis,
sering kasar dalam menyampaikan pendapatnya kepada orang lain.
Sangat
peka, dan sering dipengaruhi oleh pendapat orang banyak dan apa yang dipikirkan
oleh kelompoknya adalah pasti baik untuk dilakukan.
4.
Karakteristik Kerohanian:
Mereka
terus berkembang dalam pengenalan akan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai
kerohanian menjadi terutama, dengan alasan akan pergaulan yang salah, mereka
akan kehilangan daya tarik.
Apa
yang belum dilakukan dalam memberikan pondasi yang akan mendasari dasar
pemikirian mereka sekarang menjadi sulit untuk diberikan.
c. Remaja
Akhir (18-24)
Secara
fisik, ini adalah waktu yang lambat untuk bertumbuh, pertumbuhan yang terlambat pada bagian yang
lain akan menyesuaikan dengan bagian yang lain. Kepribadian muncul dan karakter
menjadi tetap. Rasa memerlukan orang
lain sekarang menemukan jalan keluarnya, tidak dalam grup-grup atau
kelompok-kelompok tetapi dalam satu klub, kelompok persaudaraan, tempat satu
rumah dan gereja.
Ketertarikan
pada lawan jenis telah menemukan pemecahannya melalui cinta dan rumah tangga
dan membangun sebuah rumah tangga.
2.3 Kelompok 11
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
SOSIAL MASA REMAJA serta IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
A. Pengertian Perkembangan Sosial
Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan
seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan
unsur sosialisasi di masyarakat.
Singgih D
Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa,
sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan
sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
B. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai
memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma
yang berlaku sebelumnya didalam keluarganya.
Kehidupan
sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual
emosional. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok baik
kelompok kecil maupun besar. Baik didalam kelompok kecil maupun kelompok besar,
masalah yang umum dihadapi oleh ramaja dan yang paling rumit adalah faktor
penyesuaian diri. Oleh karena itu, sering terjadi perpecahan dalam
kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan pribadi setiap
orang.
Nilai
positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar
berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi kelompok.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
a. Keluarga
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan
bagaimana norma dalam menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan dalam lingkungan keluarga.
b. Kematangan
Untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya
dengan baik.
c. Status
sosial ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau
status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independent, tetapi akan dipandang
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.
d. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Karena pendidikan merupakan proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan
mereka di masa yang akan datang.
e. Kapasitas
mental., emosi dan intelegensi
Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memcahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat
berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya anak yang
berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,dan
pengendalian emosi secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam
perkembangan sosial anak.
D. Pengaruh Teman Sebaya dan Keluarga
Terhadap Perkembangan Sosial Remaja
1. Teman
sebaya
a) Aspek Fisik dengan
kehadiran teman sebaya, remaja dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan
fisiknya, seperti kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-sama menyukai aktifitas
fisik.
b) Aspek
Intelektual.Di sini remaja berkelompok dengan minat yang sama, seperti ajang
diskusi atau kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan intelektualnya.
c) Aspek
Emosi. Remaja membuat kelompok untuk saling menyalurkan emosinya, misalnya
nonton bareng-bareng, nyanyi bareng-bareng (bikin band) atau kegiatan lainnya
yang bisa menyalurkan emosi mereka.
d) Aspek
Sosial. Dengan kelompok, remaja merasa memiliki teman senasib, se ide,
seperjuangan sehingga melalui kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa
dihargai oleh lingkungannya.
e) Aspek
Moral. Remaja berkelompok untuk mengembangkan kemampuannya di bidang
keagamaan.
2. Keluarga
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan,
dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga
yang tidak baik, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi
berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan
dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
E. Pengaruh Perkembangan Sosial Remaja Terhadap Tingkah Laku
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari
teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang
lain,termasuk orang tuanya, setiap pendapat orang lain dibandingkan dengan
teori yang di ikuti atau diharapkan. Keadaan ini akhirnya dapat menimbulkan
perasaan tidak puas atau putus asa.
Pada
akhir masa remaja pengaruh egosentris sudah sedemikian kecilnya, sehingga
remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan
pandangan orang lain.
F. Upaya Mengembangkan Hubungan Sosial
Remaja dengan Implikasinya dalam Pendidikan
Untuk dapat membantu perkembangan kepribadian peserta didik secara
maksimal, ada 5 kompetensi yang seharusnya dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:
1.
Kompetensi profesional (professional
competency)
2.
Kompetensi pribadi (personal
competency)
3.
Kompetensi moralitas (morality
competency)
4.
Kompetensi religiusitas
(religiousity competency)
5.
Kompetensi formal (formal
competency)
Berkenaan dengan upaya pengembangan hubungan sosial remaja, peran
masyarakat justru sangat besar seiring dengan perkembangan psikologis masa
remaja.
2.4
Kelompok
12
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN KOGNITIF dan BAHASA MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA dalam
PENDIDIKAN
1.
Pengertian
Perkembangan Kognitif dan Masa Remaja
Santrock
(2007:52) menyatakan bahwa teori Piaget berpendapat anak-anak secara aktif
membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan
kognitif. Tahap pertama, sensori motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi
bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman
sensorik dengan tindakan fisik.
Menurut Piaget (dalam
Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja merupakan usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat. Lazimnya masa remaja dimulai pada saat anak
matang secara seksual dan berakhir sampai ia matang secara hukum.
2.
Tahap
Perkembangan Kognitif
Teori Piaget berpendapat anak-anak
secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan
kognitif. Yaitu :
1. sensori
motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi bayi membangun pemahaman
mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan
fisik.
2. praoperasional(
2-7 tahun) anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar.
3. operasional
konkret( 7-11 tahun) anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa kongkret dan mengklasifikasikan obyek-obyek kedalam
bentuk-bentuk yang berbeda.
4. operasional formal (11-dewasa) remaja bernalar
secara lebih abstrak, idealis dan logis.
3.
Karakteristik Perkembangan
Kognitif Masa Remaja
Unsur-unsur
yang mengembangkan pemikiran seorang remaja ialah:
a. Latihan dan
pengalaman. Yang artinya latihan berpikir, merumuskan masalah
dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk
mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Nantinya proses pemecahan masalah itu yang kemudian akan
menjadi pengalaman.
b. Perkembangan
pemikiran atau mekanisme internal (ekuilibrium) sebagai
self-regulasi yang mengatur diri seseorang jika berhadapan dengan
rangsangan atau tantangan dari luar.
4. Karakteristik Pemikiran Remaja Berupa :
a. Perkembangan
kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin
bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.
b. Rasa
unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti
bagaimana perasaan mereka sebenarnya.
5.
Perkembangan
Bahasa Remaja
Perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil
belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan
penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan,
tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat, mampu menguasai alat
komunkasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan
dipahami orang lain. Proses perkembangan bahasa dapat dapat dijelaskan melalui
dua pendekatan, yaitu:
a. navistik atau
organismic innatences hypothesis
b. Empiristik atau
behaviorist hypothesis
6.
Karakteristik
Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang
dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi
lingkungan. Permulaan
perkembangan bahasa dimulai pada tahap pralinguistik sampai dewasa.Khusus pada
masa remaja, memiliki bahasa yang relatif berbeda dengan tahap-tahap sebelumnya
atau masa usia lanjut. Bahasa yang digunakan oleh remaja, kadang-kadang
menyimpang dari norma-norma umum, seperti munculnya istilah-istilah
khusus,bahasa gaul di kalangan remaja.
7.
Implikasi
dalam Pendidikan
Sekolah merupakan rumah kedua bagi peserta didik.
Rumah kedua yang artinya untuk menempuh pendidikan. Pendidikan juga sebagai kontrol dari seorang remaja untuk
belajar memahami orang lain, mengandalikan emosi, memahami dirinya sendiri dan
menemukan teman sebayanya untuk selanjutnya dapat terciptanya interaksi sosial
yang menambah pengalaman dan ilmu pengertahuan.
Bahasa mendorong anak atau remaja untuk berani
mengomunikasikan pikiran – pikiranya. Cara demikian akan sangat membantu
perkembangan bahasa remaja karena mereka leluasa dan tidak dihantui oleh
kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang dipikirkanya
Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang
bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan remaja.
2.5 Kelompok 13
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN
MORALITAS
DAN KEAGAMAAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN
A. Pengertian
Perkembangan dan Remaja
Perkembangan atau development, merupakan rangkaian
yang bersifat progesif dan teratur dari fungsi jasmani dan rohani sebagai
akibat pengaruh kerja sama antara kematangan dan pelajaran.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, intelegensi dalam
masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan
dengan masa puber.
B. Konsep Dasar
Pekembangan Moralitas
Perkembangan
moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain
(Santrock, 1995). Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan atau kelakuan,
akhlak, dan sebagainya. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan
antara perbuatan yang benar dan yang salah. Menurut Lynn W. Swaner, perilaku
moral memiliki empat komponen, yaitu:
a. Kepekaan
moral
b. Moral
c. Motivasi
moral
d. Karakter
Moral
C. Karakteristik
moral remaja
Menurut Michael, perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja adalah sebagai
berikut:
1. Pandangan
moral individu semakin lama menjadi lebih abstrak.
2. Keyakinan
moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang serta apa yang salah.
3. Penilaian
moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil
keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
D. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Moralitas Remaja
1. Hubungan
harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai
individu.
2. Masyarakat,
tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai
sanksi-sanksi untuk pelanggarnya.
3. Lingkungan
sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai
pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang
sesuai.
4. Perkembangan
nalar, semakin tinggi penalaran seseorang, maka semakin tinggi pula
moralseseorang.
5. Peranan
media massa dan perkembangan teknologi modern.
E. Implementasi
Perkembangan Moralitas Remaja
a. Adapun
implementasi dari perkembangan moral pada remaja,yaitu :
a) Dalam
bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman;
b) Remaja
sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai
mencari solusi terhadap permasalahan tersebut;
c) Sudah
mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain
d) Timbul
rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati
e) Remaja
sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang
diyakininya.
b. Implikasinya
dalam Pendidikan
Saat
pergaulan anak tersebut semakin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih
banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Upaya
membantu remaja menemukan identitas diri:
a) Berilah
informasi tentang pilihan-pilihan karier dan peran-peran orang dewasa
b) Membantu
siswa menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya (melalui guru
konseling)
c) Bersikap
toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh. Caranya:
mendiskusikan tentang tatakrama dalam berpakaian
d) Memberi
umpan balik yang realistis tentang dirinya.
e) Caranya:
berdiskusi dengan siswa, member contoh orang lain yang sukses dalam hidup.
F.
Perkembangan
Keagamaan Remaja
a.
Hakikat
Perkembangan Keagamaan Remaja
Agama
merupakan usaha untuk menciptakan sejumlah tata aturan dan upacara. Kondisi
psikologis remaja ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan
beragama mereka. Sikap kritis remaja juga tampak dalam kehidupan beragama.
Mereka tidak lagi menerima begitu saja ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh
orangtuanya. bahwa manusia pertama adalah Adam.
b.
Perkembangan
Agama Pada Masa Remaja
Perkembangan
keagamaan remaja tergantung
bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak masa
anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan agama
yang diberikan kuat maka perkembangan
keagamaan remaja akan menjadi positif dan boleh
jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila
terdapat banyak kerancuan pemahaman terhadap
keagamaan, maka perkembangan keagamaan
remaja tersebut akan terganggu.
Ada dua ciri
yang secara jelas membuat pengalaman
religius kaum
remaja berbeda dengan pengalaman
religious
anak, yaitu :
a) Perkembangan
kognitif
Perkembangan
kognitif memungkinkan remaja untuk meningkatkan agama masa anak yang diperoleh
pada lingkungannya, dan untuk memikirkan konsep-konsep serta bergerak menuju
iman yang sifatnya sungguh-sungguh personal (pribadi).
b) Identitas
Menurut
Erikson dalamperkembangan psikososial,harus menekankan sifat krisis pergulatan
remaja untuk menemukan identitas dan mengutarakan kebutuhan untuk menyelesaikan
perjuangan itu dengan mendapatkan rasa cukup alias harga diri,peran untuk
berhubungan dengan orang lain,ideologi, dann kesetiaan. Ahli umum (Zakiah,
Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya
perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif
menunjukan karakteristik yang berbeda.
Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James)
sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam
dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan karakteristik yang berbeda.
a. Masa
Remaja Awal
a) Sikap negatif
disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang
beragama secara hipokrit.
b) Pandangan dalam
ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai
konsep dan pemikiran yang tidak cocok.
c) Penghayatan
rohaniahnya cenderung skeptis, sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai
kegiatan ritual.
b. Masa
Remaja Akhir
a) Sikap kembali pada
umumnya kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual.
b) Pandangan dalam hal
ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya.
c) Penghayatan
rohaniahnya kembali tenang.
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan keagamaan remaja, yaitu :
a) Ajaran agama yang
mereka terima
b) Cara penerapan
ajaran agama
c) Keadaan
lembaga-lembaga keagamaan
d) Para pemuka agama
d.
Implikassi
dalam Pendidikan
Saat pergaulan anak tersebut semakin luas pada
usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak
nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian
di sekitarnya. Peran sekolah yaitu untuk
mengembangkan kepribadian serta menentukan
kepribadian baik dalam cara berpikir, bersikap,
maupun cara berperilaku.
2.6
Kelompok
14
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
KEMANDIRIAN dan KARIER REMAJA Serta
IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN
A. Pengertian
Kemandirian
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia “kemandirian” berasal dari kata mandiri yang
berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain.
Menurut
Basri (1995) kemandirian berasal dari kata "mandiri", yang dalam
bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Basri (1995) menyatakan bahwa dalam arti
psikologi, kemandirian mempunyai pengertian sebagai keadaan seseorang dalam
kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang
lain.
Berdasarkan
pendapat dari beberapa tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang
yang berkepribadian diri kuat mempunyai beberapa ciri, yaitu:
1. Mempunyai
keinginan untuk berprestasi,
2. Mempunyai
keinginan untuk bebas dan mandiri,
3. Mempunyai
keinginan untuk berafiliasi,
Untuk
mencapai kemandirian, harus ditanamkan sejak dini dalam diri anak agar anak
mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuannya sendiri dan tidak bergantung
pada orang lain.
Kemandirian pada remaja lebih
mengarah tindakan yang melibatkan hati dan pemikirannya (psikis).
B. Karakteristik
Perkembangan Kemandirian Anak
1. Usia 1-2 tahun : anak
mampu minum dari gelasnya sendiri tanpa tumpah, mulai makan sendiri
dengan menggunakan sendok.
2. Usia 2-3 tahun : memberitahu
orang dewasa kala ingin buang air
3. Usia 3-4 tahun : anak mampu ke
kamar mandi sendiri
4. Usia 5-7 tahun : anak mampu
berpakaian sendiri, mengikat simpul tali sepatu
5. Usia 8-10 tahun : anak
sudah mampu membenahai peralatan pribadinya seperti menyiapkan buku sesuai
jadwal pelajaran, mampu memenuhi kebutuhan sendiri seperti, memasak
mie instan saat orang orang tua tidak di rumah.
C. Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik
Menurut
Lovinger (Sunaryo Kartadinata,1988), mengemukakan tingkatan kemandirian dan
karakteristiknya, yaitu:
1. tingkatan
implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
:
a) Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat
diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b) Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.
c) Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir
tertentu ( stereotype).
2. konformistik. ciri-cirinya
adalah :
a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social
b) Cenderung berfikir stereotype dan klise
c) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal
3. tingkat sadar diri ciri-cirinya :
a) Mampu berfikir alternative
b) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi
c) Memikirkan cara hidup
d) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan
e) Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah
4. tingkat saksama
(conscientious). Ciri-cirinya adalah:
a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal
b) Sadar akan tanggung jawab
c) Mampu melakukan kritik dan penilaian diri
5. tingkat individualistis. Ciri-ciri
tingkatan ini adalah:
a) Peningkatan kesadaran individualitas
b) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian
dengan keter-gantungan
c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang
lain
6. tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan
b) Cenderung besikap realistik dan objektif terhadap diri
sendiri maupun orang lain
c) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan
social
D. Tipe-tipe Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja
Kemandirian dapat dilihat dari
beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan
bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek Intelektual, yang merujuk pada
kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan
gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah
2. Aspek Sosial, berkenaan dengan
kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak
tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya
3. Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan
individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak
tergantung secara emosi pada orang tua
4.
Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur
ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang
tua.
Steinberg (1995) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional
autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai
(values autonomy).
a. Kemandirian Emosional
Kemandirian emosional dapat
diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti
pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.
b. Kemandirian Behavioral
Kemandirian perilaku (behavioral
autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil
keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain.
c. Kemandirian Nilai
Kemandirian nilai (values autonomy)
merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung
dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya
tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara
sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya..
E. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak
Faktor-faktor tersebut dapat dibagi
menjadi dua, yaitu faktor kodrati dan faktor dari lingkungan (Masrun dkk.,
1986).
1. Faktor-faktor Kodrati
a. Urutan Kelahiran
Pengaruh dari urutan kelahiran ini, sebenaraya lebih pada
perbedaan perlakuan orang tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing
anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan
terhadap mereka (Hurlock, 1999).
b. Jenis Kelamin
Conger (Susilowati, 1988) menyatakan
bahwa saat menginjak usia 4-5 tahun dan berlanjut hingga masa remaja, terdapat
suatu pola yang menuntut anak wanita lebih berlaku merawat dan patuh, sedangkan
anak laki-laki dituntut untuk lebih percaya diri dan lebih mengutamakan
prestasi.
c. Umur
Sutton (dalam Susilowati, 1988)
menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur serta lewat proses belajar orang
semakin tidak tergantung dan mampu secara mandiri menentukan hidupnya.
2. Faktor-faktor dari Lingkungan
a. Tingkat Demokratik Orang Tua
Blair dan Burton (Masrun dkk., 1986)
menyatakan bahwa peran keluarga, terutama orang tua yang demokratik akan
memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bergabung dengan aktivitas
sebayanya, tanpa kehilangan rasa aman dan teijamin di rumahnya.
b. Kebudayaan
Lingkungan budaya seseorang
berpengaruh terhadap tingkat kemandiriannya. Menurut Nuryoto (1992) lingkungan budaya
diartikan sebagai lingkungan tempat hidup sehari-hari, dengan tradisi,
kebiasaan, gaya hidup tertentu dan beragam untuk tiap daerah. Menurut Monks
(Susilowati, 1988), lingkungan budaya ini selanjutnya akan memberikan pola-pola
latihan kemandirian yang tertentu, yang akhirnya ikut berperan membentuk
generasi berikutnya.
c. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah
lingkungan pendidikan seseorang, baik di sekolah sebagai pendidikan formal,
maupun di keluarga sebagai pendidikan non formal (Wahjuningsih, 1994). Faktor
pendidikan ini mengandung pengertian bahwa penting sekali peran serta yang
aktif dari guru dan orang tua dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai pada seseorang
d. Pekerjaan
Flippo (Masrun dkk., 1986)
menyatakan bahwa orang cenderung tidak mandiri bila dihadapkan pada situasi
keija yang tidak sesuai dengan kebutuhan dirinya, maka ia cenderung akan
mencari pekerjaan lain yang lebih ada kebebasan dan kemandirian.
F.
Pengertian Karier
Menurut Beaomont, Cooper, dan Stockhard yang dimaksud degan perkembangan
karir adalah suatu proses perkembangan sepanjang hidup yang dipengaruhi oleh
latar belakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman lainnya, dan yang mempengaruhi
putusan-putusan setiap individu mengenai karir dan gaya hidup.
Pemilihan karir merupakan perpaduan antara faktor yang ada di dalam
individu (internal) dan faktor dari luar (eksternal). faktor yang berada di
dalam individu seperti kemampuan yang dimiliki individu dan bakat-bakat khusus
yang akan memepengaruhi kepribadian individu berkembang. Sedangkan faktor yang
bersifat eksternal yaitu aspek-aspek lingkungan sosial-ekonomi, seperti
lingkungan masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, dan keadaan ekonomi,
kesejahteraan, dan ketenagakerjaan serta seluruh kondisi yang mengharuskan
individu untuk berinteraksi.
G.
Orientasi Karier Pada Anak dan
Remaja
Oreintasi karier pada anak dan
remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan
digelutinya kelak. Orientasi
karir pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan
dengan dunia yang akan digelutinya kelak.
Karakteristik Fase Perkembangan
Karir Anak dan Remaja Berdasarkan Usia Menurut Ginzberg, Axelrad dan Herman,
perkembangan karir dibagi menjadi 3 tahap pokok yaitu:
1. Tahap Fantasi : 0-11 tahun ( Masa
Sekolah Dasar)
Pada tahap ini anak mulai berfantasi
mengenai cita-citanya. Pada tahap ini anak menentukan karirnya tanpa
pertimbangan yang rasional.
2. Tahap Tentatif : 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah)
Pada tahap tentatif anak mulai
menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama
lain.
3. Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa
Perguruan Tinggi)
Pada usia perguruan tinggi (usia 18
tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis, dimana mereka sudah mengenal
secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar.
H.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi
Perkembangan Karier Anak dan Remaja
a. Faktor Internal
a) Nilai-nilai kehidupan (Values),
yaitu beberapa ideal yang dikejar seseorang dimana-mana dan kapan juga..
b) Taraf intelegensi, yaitu kemampuan
berfikir untuk mencapai prestasi-prestasi.
c) Bakat khusus, yaitu kemampuan yang
menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang
kesenian.
d) Minat, yaitu kecenderungan yang
relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu
dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan dengan bidang itu.
e) Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri
kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti:
periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau
ceroboh.
f) Pengetahuan, yaitu informasi yang
dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat.
g) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri
fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman pengelihatan
dan pendengaran, serta jenis kelamin.
b. Faktor Eksternal
a) Masyarakat, yaitu lingkungan
sosial-budaya dimana individu dibesarkan.
b) Keadaan sosial ekonomi negara atau
daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, sertifikasi
masyarakat, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau
tertutup dari kelompok lain.
c) Status ekonomi keluarga, yaitu
tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah
dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa.
d) Pengaruh dari seluruh anggota
keluarga ini (genogram).
e) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan
dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan
dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi
rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk
anak laki-laki atau perempuan.
f) Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu
beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap
dalam pergaulan sehari-hari.
g) Tuntutan yang melekat pada
masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang
mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil
didalamnya.
I.
Perkembangan Remaja Dalam Berkarir
Menurut Holland ada 6 tipe
kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara
aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :
a. Realistis. Orang yang memperlihatkan
karakteristik maskulin. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis
sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.
b. Intelektual. Orang-orang ini
memiliki orientasi konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir
daripada pekerja.
c. Konvensional. Orang-orang ini
memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dengan
rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank,
atau pekerjaan administratif lainnya.
d. Menguasai (enterprising).
Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi
orang lain, dan menjual berita tau produk. Mereka paling cocok memiliki karir
yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen.
e. Artistik. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.
J.
Implikasi Perkembangan Karier
dalam Pendidikan
Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di
lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor
faktor tersebut.
Pendidikan yang berlaku di
Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di sekolah maupun luar sekolah
dalam bentuk klasikal, yaitu memberlakukan sama semua tindakan pendidikan
kepada semua remaja yang ada di dalam kelas, meskipun pada kenyataannya setiap
individu berbeda
Usaha yang dapat dilakukan untuk
membimbing minat dan kemampuan remaja untuk mencapai cita-citanya antara lain ;
a. Bimbingan karir dalam upaya
mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya.
b. Memberikan latihan-latihan praktis
terhadap siswa dengan orientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungannya.
c. Penyusunan kurikulum yang
komprehensif dengan mengembangkan kuriklum muatan lokal.
d. Keberhasilan dalam memilih pasangan
hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan
penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya.
2.7 Individu
ISU
DAN PERMASALAHAN REMAJA serta IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN
A. Pertumbuhan
Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1.
Perubahan fisik
adalah
perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja. Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh, perubahan
proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Penyebab
perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif
bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak
mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa
remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya
perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang
merangsang gonad agar mulai aktif bekerja.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
Apabila sistem endokrin berfungsi normal, ukuran tubuh akan
normal pula. Sebaliknya juga, kekurangan hormon pertumbuhan akan menyebabkan
kerdil, sedangkan kelebihan hormon pertumbuhan akan menyebabkan ukuran tubuh
terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adalah sebagai berikut.
a. Pengaruh keluarga.
b.
Pengaruh gizi.
c.
Gangguan emosional.
d. Jenis
kelamin.
e. Status
sosial ekonomi.
f.
Kesehatan.
g.
Pengaruh bentuk tubuh.
B.
Perkembangan Intlek Peserta Didik Usia Sekolah Menangah (Remaja)
1.
Pengertian Intelek dan Intelegensi
Istilah
intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir
aktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir atau kecakapan yang tinggi
untuk berpikir.
Secara definitif istilah itu tidak mudah dirumuskan. Banyak rumusan tentang intelegensi,
seperti yang dikemukakan oleh Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologi Remaja
(1991), yang mengajukan beberapa rumus intelegensi sebagai berikut.
a.
Intelegensi
merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkannya memperoleh
ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan
lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.
b.
Wechler
(1958) merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu dalam
berpikir dan bertindak secara terarah sweerta kemampuan mengolah dan menguasai
lingkungan secara efektif”.
2. Karakteristik
Perkembangan Intelek Remaja
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan kecepatan
perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada masa remaja,
kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah. Pada awal
remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa
operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini, ia telah berpikir dengan
mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal yang nyata (Gleitmen, 1986:
475-476).
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Intelek
a. Peran pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi
Anak yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar menunjukkan
perbedaan kemajuan atau nilai rata-rata IQ mereka lebih besar daripada mereka
yang tidak mengalami prasekolah.
b.
Pengaruh
lingkungan terhadap perkembangan intelegensi.
Pengaruh belajar dalam arti faktor lingkungan terhadap
perkembangan intelegensi ternyata cukup besar.
c.
Jika
dua anak kembar diasuh bersama dalam lingkungan yang sama, nilai IQ mereka akan
hampir sama jika dibandingkan dengan bila mereka diasuh secara terpisah di lingkungan
yang berbeda. Demikian pula bila anak-anak yang berbeda diasuh bersama pada
lingkungan yang sama, terdapat korelasi yang cukup bermakna (+0,24) di antara
mereka. Kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan genetik, tetapi
menunjukkan bahwa kesamaan IQ adalah karena kesamaan pengalaman belajar di
lingkungan yang sama.
4.
Implikasi Perkembangan Intelek Remaja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan
Piaget menyebutkan bahwa sebagian besar remaja mampu memahami
dan mengkaji konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner,
siswa usia remaja ini dapat menggunakan bentuk-bentuk symbol dengan cara yang
canggih. Guru dapat membantu mereka dengan menggunakan pendekatan keterampilan
proses (discover approach) dengan memberi penekanan pada penguasaan
konsep-konsep abstrak.
Karena siswa pada usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran,
guru hendaknya tidak menganggap bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama
dengan guru. Untuk itu, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan
diskusi secara baik serta memberikab tugas-tugas penulisan makalah. Dalam hal
ini, guru hendaknya mengamati kecenderungan-kecenderungan remaja untuk
melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak tergali. Cara yang baik dalam
mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantu siswa
menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Namun, bila permasalahan tersebut merupakan masalah kompleks dengan bobot emosi
yang cukup dalam, hal itu bukan tugas yang mudah.
C.
Perkembangan Bakat Khusus Peserta Didik
Usia Sekolah Menengah (Remaja)
1.
Pengertian Bakat
Bakat adalah kemampuan
alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat
umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus).
2.
Hubungan antara Bakat dan Prestasi
Dengan adanya bakat,
seseorang dapat mencapai prestasi dalam bidang tertentu, tetapi diperlukan
latihan, pengalaman, pengetahuan dan dorongan atau kesempatan untuk
pengembangannya
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Bakat
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bakat terletak pada:
a.
Anak
itu sendiri
Misalnya, anak itu kurang
berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang
termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai
kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam
mengembangkan bakatnya.
b.
Lingkungan
anak
Misalnya, orangtuanya
kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang dibutuhkan
anak, atau ekonominya cukup tinggi, tetapi kurang memberi perhatian terhadap
pendidikan anaknya.
4.
Implikasi Pengembangan Bakat Khusus Remaja
terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Bakat anak dapat dikenali dengan melakukan observasi terhadap apa yang selalu
dikerjakan dan digemari anak. Pengenalan terhadap bakat anak sangat bermanfaat
bagi orangtua dan guru agar memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.
Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat, orangtua dapat menyediakan lingkungan
pendidikan yang sesuai dengan bakat anak tersebut. Selain itu, dapat membantu
anak-anak dalam memahami potensi dirinya, serta tidak melihatnya sebagai suatu
beban, tetapi sebagai anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan.
Manfaat lain dari kemampuan orangtua untuk mengenal bakat anak ialah orangtua
dapat membantu sekolah dalm menyusun program dan prosedur pemanduan anak-anak
berbakat, dengan memberikan informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan
keadaan mereka.
Anak akan merasa aman secara psikologis
apabila:
a.
guru
sebagai pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala
kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya semua
siswa baik dan mampu.
b.
Guru
sebagai pendidik mengusahakan suasana yang mengondisikan anak tidak merasa
dinilai. Sebab, memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai
ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.
c.
Pendidikan
memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, dan perilaku anak,
dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang atau
pola pikir anak. Dalam suasana seperti ini, anak-anak akan merasa aman untuk
mengungkapkan atau mengekspresikan bakatnya.
Dengan demikian, anak akan merasa
kebebasan psikologis apabila mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pikiran
dan perasaannya. Selain itu, pendidikan hendaknya berfungsi sebagai media
pengembangan dan pembinaan bakat anak, sehingga tidak hanya semata-mata
menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat abstrak dan skolastik. Pengenalan
bakat dan upaya pengembangannya membantu remaja untuk menentukan piilihan yang
tepat dan menyiapkan dirinya utnuk mencapai tujuan dan karier kehidupannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh
atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Sedangkan menurut pandangan
Piaget masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang
lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam
masalah hak.
Masa
remaja dalam kehidupan sosialnya lebih tertarik dengan kelompok orang yang
sebaya dengannya karena mereka beranggapan bahwa kelompok tersebut dapat atau
mampu memahami dan mengerti mereka sekaligus sebagai tempat mencurahkan isi
hati, tempat melampiaskan perasaan tertekan serta untuk saling bertukar
pengalaman. Melalui pengalaman dan interaksi sosial, tingkat moralitas remaja
sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak- anak sehingga remaja
cenderung memiliki dorongan untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang dapat
dinilai baik oleh orang lain.
Dalam
hal kepribadian remaja seringkali berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan
identitas diri dengan cara yang ekstrim juga berlebihan. Tuntutan adanya
separasi atau self-detachment dari para remaja terhadap orang tua atau
keluarganya semakin tinggi, hal ini sejalan dengan kebutuhan akan kemandirian
dan pengaturan diri sendiri dari para remaja. Sehingga tidak jarang oleh
sebagian lingkungannya dianggap penyimpangan atau kenakalan. Jadi perkembangan kepribadian yang di alami remaja memang sangat
kompleks. Karena pada masa ini seseorang sedang berusaha untuk mengenal
dirinya. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis
identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem
kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:
- ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
- MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
- TATARAN LINGUISTIK SEMANTIK
- KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KARIER REMAJA Serta IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
- KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORALITAS DAN KEAGAMAAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
- KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
- KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
- KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
- KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK
DAFTAR
PUSTAKA
Andi Mappiare. 2002. Psikologi Remaja.
Surabaya : Usaha Nasional
A
Gani, Ruslan. 1992. Bimbingan Karir.
Bandung : Angkasa Bandung
Bachruddin. 2014. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Hurlock,
E. B. 1990. Psikologi Perkembangan.
Jakarta : Erlangga
Syaeful Bakhri Djamarah. 2000. Guru dan
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Usaha Nasional
Yusuf, Syamsu., dan Nani M. Sugandhi. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rajawali Pers
Belajarpsikologi.com
file:///H:/PERKEMBANGAN%20PESERTA%20DIDIK/buku%20perkembangan%2 0perserta%20didik.pdf
http://asyamforex.blogspot.co.id/2013/12/makalah-perkembangan-fisik-dan.html
http://dakwahpmi.blogspot.co.id/2013/08/jurnal-moral-dan-agama- remaja-suatu_1.html
http://hildayanisafitri.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-perkembangan-peserta.html
http://jurnal.konselingindonesia.com
http://nesywahyunisusi.blogspot.co.id/2015/06/karakteristik-perkembangan-kognitif.html
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0607321_chapter2.pdf
http://rozaqml.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-kognitif-dan-bahasa-mata.html
http://specialpengetahuan.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-dan-faktor-faktor.html
http://tha-yunitasari.blogspot.co.id/2013/05/makalah-perkembangan_moralitas-dan.html
http://www.sridanti.com/4-komponen-perilaku-moral-menurut-lynn-w-swaner.html
http://www.webmateri.com/2016/04/pengertian-kemandirian-ciri-faktor-dan-usaha-menumbuhkan.html
https://hudhanewblog.blogspot.co.id/2015/09/karakteristik-perkembangan-bahasa-masa.html
https://hudhanewblog.blogspot.co.id/2015/09/makalalah-karakteristik-perkembangan.html
https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/viewFile/13379/9594
https://www/google.com/search?q=jurnal+moralitas+dan+keagamaan+masa+remaja&ie=utf-8&client=firefox-b
https://caracariuangblog.wordpress.com/2016/03/02/makalah-perkembangan-sosial-remaja-serta-implikasinya-dalam-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar