HOME

17 Maret, 2023

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KARIER REMAJA Serta IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

 

A.  Pengertian Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kemandirian” berasal dari kata mandiri yang berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain.

Menurut Basri (1995) kemandirian berasal dari kata "mandiri", yang dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Basri (1995) menyatakan bahwa dalam arti psikologi, kemandirian mempunyai pengertian sebagai keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang berkepribadian diri kuat mempunyai beberapa ciri, yaitu:

1.      Mempunyai keinginan untuk berprestasi,

2.      Mempunyai keinginan untuk bebas dan mandiri,

3.      Mempunyai keinginan untuk berafiliasi,

Untuk mencapai kemandirian, harus ditanamkan sejak dini dalam diri anak agar anak mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Kemandirian pada remaja lebih mengarah tindakan yang melibatkan hati dan pemikirannya (psikis).

 

B.  Karakteristik Perkembangan Kemandirian Anak

1.    Usia 1-2 tahun : anak mampu minum dari gelasnya sendiri tanpa tumpah, mulai makan sendiri dengan menggunakan sendok.

2.    Usia 2-3 tahun : memberitahu orang dewasa kala ingin buang air

3.    Usia 3-4 tahun : anak mampu ke kamar mandi sendiri

4.    Usia 5-7 tahun : anak mampu berpakaian sendiri, mengikat simpul tali sepatu

5.    Usia 8-10 tahun : anak sudah mampu membenahai peralatan pribadinya seperti menyiapkan buku sesuai jadwal pelajaran, mampu memenuhi kebutuhan sendiri seperti, memasak mie instan  saat orang orang tua tidak di rumah.

 

C.  Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik

Menurut Lovinger (Sunaryo Kartadinata,1988), mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:

1.     tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a)  Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

b) Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.

c)  Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu ( stereotype).

2.     konformistik. ciri-cirinya adalah :

a)    Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social

b)      Cenderung berfikir stereotype dan klise

c)      Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal

3.    tingkat sadar diri ciri-cirinya :

a)      Mampu berfikir alternative

b)      Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi

c)      Memikirkan cara hidup

d)     Penyesuaian terhadap situasi dan peranan

e)      Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah

4.     tingkat saksama (conscientious). Ciri-cirinya adalah:

a)      Bertindak atas dasar nilai-nilai internal

b)      Sadar akan tanggung jawab

c)      Mampu melakukan kritik dan penilaian diri

5.    tingkat individualistis. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

a)      Peningkatan kesadaran individualitas

b)      Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan keter-gantungan

c)      Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain

6.    tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :

a)      Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan

b)      Cenderung besikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain

c)      Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan social

 

D.  Tipe-tipe Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja

Kemandirian dapat dilihat dari beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:

1.      Aspek Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah

2.      Aspek Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya

3.      Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua

4.         Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.

Steinberg (1995) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).

a.       Kemandirian Emosional

Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.

b.      Kemandirian Behavioral

Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain.

c.       Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai (values autonomy) merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya..

 

 

E.  Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor kodrati dan faktor dari lingkungan (Masrun dkk., 1986).

1.      Faktor-faktor Kodrati

a.       Urutan Kelahiran

Pengaruh dari urutan kelahiran ini, sebenaraya lebih pada perbedaan perlakuan orang tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan terhadap mereka (Hurlock, 1999).

b.      Jenis Kelamin

Conger (Susilowati, 1988) menyatakan bahwa saat menginjak usia 4-5 tahun dan berlanjut hingga masa remaja, terdapat suatu pola yang menuntut anak wanita lebih berlaku merawat dan patuh, sedangkan anak laki-laki dituntut untuk lebih percaya diri dan lebih mengutamakan prestasi.

c.       Umur

Sutton (dalam Susilowati, 1988) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur serta lewat proses belajar orang semakin tidak tergantung dan mampu secara mandiri menentukan hidupnya.

2.      Faktor-faktor dari Lingkungan

a.      Tingkat Demokratik Orang Tua

Blair dan Burton (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa peran keluarga, terutama orang tua yang demokratik akan memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bergabung dengan aktivitas sebayanya, tanpa kehilangan rasa aman dan teijamin di rumahnya.

b.      Kebudayaan

Lingkungan budaya seseorang berpengaruh terhadap tingkat kemandiriannya. Menurut Nuryoto (1992) lingkungan budaya diartikan sebagai lingkungan tempat hidup sehari-hari, dengan tradisi, kebiasaan, gaya hidup tertentu dan beragam untuk tiap daerah. Menurut Monks (Susilowati, 1988), lingkungan budaya ini selanjutnya akan memberikan pola-pola latihan kemandirian yang tertentu, yang akhirnya ikut berperan membentuk generasi berikutnya.

 

c.       Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah lingkungan pendidikan seseorang, baik di sekolah sebagai pendidikan formal, maupun di keluarga sebagai pendidikan non formal (Wahjuningsih, 1994). Faktor pendidikan ini mengandung pengertian bahwa penting sekali peran serta yang aktif dari guru dan orang tua dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai pada seseorang

d.      Pekerjaan

Flippo (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mandiri bila dihadapkan pada situasi keija yang tidak sesuai dengan kebutuhan dirinya, maka ia cenderung akan mencari pekerjaan lain yang lebih ada kebebasan dan kemandirian.

F.     Pengertian Karier

Menurut Beaomont, Cooper, dan Stockhard yang dimaksud degan perkembangan karir adalah suatu proses perkembangan sepanjang hidup yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman lainnya, dan yang mempengaruhi putusan-putusan setiap individu mengenai karir dan gaya hidup.

Pemilihan karir merupakan perpaduan antara faktor yang ada di dalam individu (internal) dan faktor dari luar (eksternal). faktor yang berada di dalam individu seperti kemampuan yang dimiliki individu dan bakat-bakat khusus yang akan memepengaruhi kepribadian individu berkembang. Sedangkan faktor yang bersifat eksternal yaitu aspek-aspek lingkungan sosial-ekonomi, seperti lingkungan masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, dan keadaan ekonomi, kesejahteraan, dan ketenagakerjaan serta seluruh kondisi yang mengharuskan individu untuk berinteraksi.

G.    Orientasi Karier Pada Anak dan Remaja

Oreintasi karier pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak. Orientasi karir pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak.

Karakteristik Fase Perkembangan Karir Anak dan Remaja Berdasarkan Usia Menurut Ginzberg, Axelrad dan Herman, perkembangan karir dibagi menjadi 3 tahap pokok yaitu:

1.      Tahap Fantasi : 0-11 tahun ( Masa Sekolah Dasar)

Pada tahap ini anak mulai berfantasi mengenai cita-citanya. Pada tahap ini anak menentukan karirnya tanpa pertimbangan yang rasional.

2.      Tahap Tentatif  : 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah)

Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain.

3.      Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa Perguruan Tinggi)

Pada usia perguruan tinggi (usia 18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis, dimana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar.

 

H.    Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja

a.       Faktor Internal

a)    Nilai-nilai kehidupan (Values), yaitu beberapa ideal yang dikejar seseorang dimana-mana dan kapan juga..

b)   Taraf intelegensi, yaitu kemampuan berfikir untuk mencapai prestasi-prestasi.

c)    Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian.

d)   Minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan dengan bidang itu.

e)    Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh.

f)    Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat.

g)   Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman pengelihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin.

b.      Faktor Eksternal

a)    Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan.

b)   Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, sertifikasi masyarakat, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup dari kelompok lain.

c)    Status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa.

d)   Pengaruh dari seluruh anggota keluarga ini (genogram).

e)    Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan.

f)    Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.

g)   Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.

I.       Perkembangan Remaja Dalam Berkarir

Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :

a.    Realistis. Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.

b.    Intelektual. Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja.

c.    Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dengan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.

d.   Menguasai (enterprising). Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita tau produk. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen.

e.    Artistik. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.

 

 

 

J.         Implikasi Perkembangan Karier dalam  Pendidikan

 Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor faktor tersebut.

Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di sekolah maupun luar sekolah dalam bentuk klasikal, yaitu memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang ada di dalam kelas, meskipun pada kenyataannya setiap individu berbeda

Usaha yang dapat dilakukan untuk membimbing minat dan kemampuan remaja untuk mencapai cita-citanya antara lain ;

a.       Bimbingan karir dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

b.      Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan orientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungannya.

c.       Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kuriklum muatan lokal.

d.      Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...