HOME

07 Februari, 2022

Sejarah Perkembangan Psikologi

 

BAB I

PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

Psikologi merupakan gabungan dari dua kata psyche dan logos. Dalam bahasa yunani kata Psyche berarti “jiwa” dan logos yang berarti “ilmu”.  Jadi psikologi adalah imu yang mempelajari jiwa.[1]

Sedangkan Kalat dalam bukunya Introduction  to Psycology menyatakan bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang berfokus pada studi tentang pikiran dan jiwa (mind and soul),  kombinasi menurut istilah berasal dari kombinasi dua kata  psyche yang mencakup pengertian spirit atau jiwa (spirit atau soul) atau unsur-unsur spiritual, moral dan emosi sadar manusia. Kata psyche juga berarti pikiran (the human mind) yang berfungsi sebagai pusat dari apa yang dipikirkan, emosi, dan perilaku; dan logos yang berarti ilmu. Dalam halini kalat menegaskan bahwa psikologi secara umum didefinisikan sebagai perilaku dan pengalaman manusia secara sistematis.[2]

Psikologi juga dapat diartikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal. Istilah ini psikologi sering dilambangkan dengan ψ, huruf yunani untu psi (biasanya diucapkan sebagai “si”).[3]

Tetapi dalam sejarah perkembangannya, kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif. Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatar belakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat diketaui bahwa psikologi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari proses mental dan tingkah laku manusia atau individu dalam hubungan dengan lingkungannya.

Pada zaman sebelum masehi, psikologi sudah dipelajari orang dan banyak dihubungkan dengan filsafat. Para ahli filsafat pada waktu itu sudah membicarakan tentang aspek-aspek kejiwaan manusia. Psikologi sebagai suatu ilmu tidak lepas dari segi perkembangan dari psikologi itu sendiri serta ilmu-ilmu yang lain. Banyak para ahli menulis bahwa sejarah perkembangan psikologi dimulai dengan munculnya pandangan tentang jiwa dan manusia dari trio filosof besar zaman Yunani Kuno, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Namun Benjafiled (1996) dalam bukunya A History of Psychology menulis bahwa sejarah psikologi dimulai saat munculnya teori tentang jiwa yang ditinjau berdasarkan pandangan matematis oleh Pythagoras (572 – 497 SM). Masa-masa berikutnya, psikologi terus berkembang hingga pada tahun 1879, psikologi resmi lahir sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah dari filsafat. Lahirnya ilmu ini dipelopori oleh Wilhelm Wundt (1832-1920) yang mendirikan laboratorium Leipzig di Jerman, yang merupakan laboratorium pertama yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Oleh sebab itu psikologi sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai sejarah tersendiri. Pemikiran-pemikiran para ahli juga memungkinkan perkembangan psikologi menjadi semakin pesat pada dewasa ini.

Oleh sebab itu dalam makalah ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai sejarah perkembangan psikologi sejak zaman yunani hingga psikologi pada masa postmodern ini.

B.     Rumusan Masalah

Dari judul makalah yang telah ditulis, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai bahan pembahasan. Rumusan masalah tersebut diantaranya :

1.      Bagaimana sejarah perkembangan psikologi pada zaman pra modern?

2.      Bagaimana sejarah perkembangan psikologi pada zaman modern?

3.      Bagaimana sejarah perkembangan psikologi pada zaman post modern?

 

C.    Tujuan

1.      Untuk mengetahui sejarah psikologi dizaman pra modern.

2.      Untuk menjelaskan perkembangan psikologi di zaman modern.

3.    Untuk memaparkan perkembangan psikologi setelah menjadi ilmu yang mandiri di masa post modern.

D.    Manfaat

Dengan dituliskan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi sesama mahasiswa mengenai bagaiman sejarah perkembangan psikologi dari zaman pramodern hingga zaman postmodern dan terlebih bagi penulis sendiri.


BAB II

PEMBAHASAN 

Sejarah ilmu psikologi sudah berkembang sejak berabad-abad yang lalu bahkan sebelum masehi (Zaman Yunani) hingga saat ini. Dilihat dari sejarah bahwa psikologi yang dimaksud adalah pembahasan tentang jiwa manusia. Tetapi sekarang, kita akan membahas sejarah psikologi dengan membahas pembabakan atau pembagian sejarahnya sesuai dengan perkembangan ilmu zaman itu. Sebagai catatan bahwa ilmu psikologi modern tidak bisa dipisahkan dengan sejarahnya di Filsafat. Sebagian ahli berpendapat bahwa psikologi berkembang dari ilmu filsafat yang memisahkan diri sebagai ilmu mandiri. Berikut ini adalah pembagian zaman dalam sejarah perkembangan Psikologi :

A.    Perkembangan Psikologi Pada Masa Pra Modern

1.         Psikologi Pada Zaman Yunani

Pada zaman ini disiplin ilmu psikologi belum menjadi sebuah ilmu yang mandiri. Psikologi masih dalam kesatuan dalam ilmu filsafat dimana ia merupakan cabang dari ilmu filsafat secara umum. Walaupun istilah psikologi belum nampak secara gamblang namun para tokoh-tokoh filsafat pada masa itu telah memilki pemikiran yang mengarah pada psikologi.

Para pemikir dimasa yunani kuno telah tertarik pada gejala-gejala kejiwaan tetapi mereka belum dapat menerangkan gejala-gejala itu secara ilmiah. Apa yang mereka lakukan pada masa itu adalah mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi. Yang mana menggunakan pendekatan naturalistik.[4] Pertanyaan klasik yang sering menggoda manusia untuk mencari dan menjawabnya adalah pertanyaan apa jiwa itu? Dari mana asalnya? Apa tujuannya? Bagaimana hubungan jiwa dan badan? Dan sebagainya.

Berikut adalah tokoh-tokoh pemikir pada zaman yunani, yang meliputi zaman yunani kuno dan zaman yunani klasik, yaitu:

a.       Thalles (624-548 SM)

Sebagai tokoh yang terkenal dengan sebutan Bapak Filsafat ini meyakini bahwa jiwa dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal supranatural lainnya itu tidak ada.Hal ini karena menurutnya sesuatu yang ada itu harus dapat dibuktikan atau diterangkan melalui gejala alam “natural phenomena”. Ia juga mempercayai bahwa segala yang ada itu bersal dari air. Karena jiwa tidak mungkin berasal dari air. Maka jiwa itu dianggapnya tidak ada.[5]

b.      Anaximenes

Menurut tokoh ini segala sesuatu berasal dari yang tak tentu.

c.       Socrates (469-399 SM)

Menurut Socrates jiwa adalah Tuhan. Tuhan menyatu dalam jiwa. Baginya, manusia itu pada hakikatnya adalah jiwa yang menguasai dirinya.oleh karena itu setiap manusia yang tak berjiwa, bukan berarti tak bernyawa, melainkan tak lagi mampu untuk menangkap pesan-pesan dari Tuhan tentang moral dan kebaikan.[6]

d.      Plato (427-347 SM)

Plato mempunyai pandangan bahwa manusia mempunyai tiga kekuatan ruhaniah yang disebut trichotonom. Yang kemudian dibagi menjadi tiga yaitu:

1)      Akal, bertempat dalam kepala/ otak dan disebut logisticon.

2)      Kemauan, bertempat dalam dada dan disebut thumeticon.

3)      Nafsu, bertempat diperut dan disebut abdomen.[7]

Tentang “Jiwa”, plato menyebutnya sebagai bersifat immaterial. Ini karena sebelum masukke tubuh kita, jiwa sudah ada terlebih dahulu di alam para sensoris. Jadi menurut Plato jiwa menempati dua dunia, yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia ide (yang sifat aslinya adalah pemikir).

2.      Psikologi Pada Abad Pertengahan

a.       Rene Decartes (1596-1650)

Sumbangan Rene Decartes yang menonjol dalam bidang psikologi ialah ingin memecahkan persoalan tentang hubungan antara psikis atau jiwa dan badan. Apakah satu mempengaruhi yang lain, Ataukah masing-masing independen?. Menurut beliau psikis dapat mempengaruhi badan,  begitu pula sebaliknya.  Jadi,  hubungannya tidak searah melainkan dua arah (mutual Interaction). Decartes dalam bukunya Discourse on Method (1637). Ia memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi yakni jiwa dan tubuh. Baginya tubuh tidak lain dari pada Suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama sekali terpisah dari substansi yang lain.[8]

b.      John Locke (1632-1704)

Bagi ilmuwan ini jiwa diumpamakan seperti kerts putih yang tidak ada tulisan apapun sebagaimana jiwa tanpa ada pikiran sama sekali. Jiwa berkembang dan mulai memperoleh kemampuan nalar karena pengalaman.

3.      Psikologi dipengaruhi oleh Ilmu Pengetahuan Alam

Pengaruh pengetahuan alam dan fisiologi pada psikologi merupakan permulaan dari psikologi eksperimental. Pesatnya perkembangan itu ditandai dengan menonjolnya pengaruh Ilmu pengetahuan alam terhadap psikologi sebelum abad ke-20.[9] Walaupun terlebih dahulu Wilhelm Wundt dipandang sebagai bapak dari psikologi eksperimental namun bukan berarti bahwa sebelum Wundt belum ada yang melakukan eksperimen-eksperimen yang berkaitan dengan psikologi. Setidaknya ada empat orang ahli yang mengadakan eksperimen-eksperimen yaitu Herman von Helmholtz, Ernst Weber,  Gustav Theodore Fechner,  dan Wilhelm Wundt. Aliran yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam itu antara lain :

a.       Psikologi asosiasi[10]

Sejak awal abad ke 17 psikologi asosiasi merupakan salah satu aliran psikologi yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam khususnya fisika. Aliran ini menggunakan metode analitis-sintesis, yaitu metode berpikir yang memandang alam ini terdiri atas unsur-unsur dan terjadi proses persenyawaan berdasarkan hukum-hukum tertentu.

Karena jiwa dipandang oleh aliran ini seperti mesin yang bergerak secara mekanis menurut hukum-hukum tertentu, maka jiwa itu pasif. Hanya hukum-hukum yang menggerakkan jiwa yang dianggap aktif. Unsur-unsur jiwa seperti tanggapan-tanggapan, ingatan dan penginderaan merupakan unsur-unsur jiwa yang sangat diutamakn oleh aliran itu.

b.      Psikologi Unsur

Titik tekan psikologi unsur ini pada anggapan bahwa jiwa merupakan kumpulan dari unsur-unsur kejiwaan yang berdiri sendiri, maka beberapa ahli menggolongkannya sebagai psikologi unsur yang berdiri sendiri. Menurut aliran ini, pikiran itu hanya terdiri dari unsur-unsur tanggapan dalam otak. Makin banyak tanggapan di dalam otak, makin baik dan makin baik kita berpikir. Tokoh-tokohnya yaitu John Fredrishe Harbert,  dan Herbart Spencer.

c.       Psikologi Fisiologi[11]

Psikologi fisiologi ini merupakan aliran psikologi yang dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam. Dikatakan demikian sebab pandangan-pandangan aliran ini kebanyakan didasarkan pada kekuatan khusus dari indera, sebuah bidang yang banyak dipelajari oleh fisiologi.

Aliran ini secara garis besar berpandangan bahwa manusia dapat melihat sesuatu karena adanya cahaya yang masuk ke dalam mata. Cahaya tersebut kemudian diteruskan ke dalam otak melalui saraf-saraf mata, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kesadaran pengelihatan.

B.     Perkembangan Psikologi Pada Zaman Modern

Kelahiran psikologi modern tak dapat terlepas dari didirikannya laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman pada tahun 1886 oleh Wilhelm Wundt. Wundt (1832-1920) yang memperoleh pelatihan dibidang kedokteran dan filsafat, menulis banyak hal dibidang psikologi, kedokteran, sejarah ilmu pengetahuan alam, etika dan logika. Sejak itu psikologi terpisah dari filsafat dan ilmu pengetahuan alam dan untuk kemudian menjadi pengetahuan yang mandiri (otonom).

Di dalam laboratorium tersebut, Wundt mengadakan eksperimen-eksperimen untuk memperoleh data-data tentang gejala-gejala jiwa yang sedang diteliti. Dengan metode eksperimen yang digunakannya itu, ia akhirnya dikenal sebagai tokoh Psikologi Eksperimen. Menurut Wundt gejala jiwa tidak dapat diterangkan hanya dengan berdasarkan proses alam sebagaimana yang diterangkan dalam psikologi fisiologi.[12] Fisiologi hanya berfungsi sebagai ilmu bantu bagi psikologi, karena itu psikologi harus berdiri sendiri.

Wundt adalah sosok penting dalam perkembangan psikologi. Sebab selain usahanya menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang otonom pada akhir abad XIX ia juga memelopori konsep totalitas dalam psikologi modern. Sejak itu psikologi tidak lagi didasarkan pada psikologi unsur, tapi jiwa dipandang sebagai suatu keseluruhan. Artinya, manusia harus dipandang sebagai suatu totalitet psikologis, kesatuan antara jiwa dan raga (jasmani dan rohani).

Menurut Wundt secara teoritis jiwa dapat diuraikan sampai unsur-unsur yang terkecil. Dari konsep Wundt inilah ditemukannya dua unsur gejala jiwa, yaitu pengamatan dan perasaan tunggal. Gejala jiwa tersebut terjadi karena adanya proses apersepsi dan asosiasi. Apersepsi berarti proses kemauan yang memimpin jalannya pekerjaan jiwa yang menempatkan gejala kejiwaan pada pusat kesadaran. Apersepsi terjadi apabila jiwa sadar manusia berada dalam keadaan aktif. Berpikir, misalnya, merupakan salah satu keadaan jiwa sadar yang aktif. Dengan kata lain, berpikir sebagai suatu kesadaran jiwa yang aktif adalah proses apersepsi. Sedangkan asosiasi terjadi apabila jiwa sadar manusia berada dalam keadaan pasif. Terjadinya asosiasi ini mengikuti hukum-hukum yang sifatnya mekanis dan tanpa tujuan.

Metode yang digunakan Wundt dalam studinya tentang jiwa tidaklah bersifat subyektif dan spekulatif semata, melainkan juga metode yang bersifat empiris, obyektif. Selain itu, ia juga masih menggunakan metode analitis-sinetatis dan juga menolak penggunaan metode introspeksi dalam penelitiannya. Kendati metode intropeksi ditolak oleh Wundt, namun Oswald Kulpe, salah satu muridnya, masih juga menggunakan metode introspeksi yang disertakan dengan eksperimen-eksperimen. Metode gabungan murid Wundt ini akhirnya dikenal dengan metode Introspeksi Eksperimen.[13]

Adapun aliran psikologi yang pertama kali muncul sejak psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri antara lain:

1.      Strukturalisme

Di Amerika, ide-ide Wundt dipopulerkan dengan cara yang sudah dimodifikasi sedemikiap rupa oleh salah satu muridnya, E.B. Titchener (1867-1927) yang diberinama Strukturalisme. Yaitu pendekatan psikologi di masa awal yang menekankan analisis pengalaman langsung ke dalam elemen-elemen dasar. Karena Psikologi Wundt adalah ilmu mengenai pengalaman kesadaran (conscious experience), maka metode yang digunakan dalam psikologi adalah observasi mengenai pengalaman tersebut. Pada dasarnya hanya orang yang mengalami saja yang dapat mengadakan observasi. Karena itu metode yang digunakan adalah intropeksi, yaitu penelitian seseorang tentang observasi dirinya sendiri mengenai psikisnya

2.      Fungsionalisme

Pendekatan psikologi dimasa awal yang menekankan fungsi atau tujuan perilaku dan kesadaran. Salah satu pemimpin fungsionalisme adalah William James. Banyak hal yang merupakan paradoksal dari James dalam kaitannya dengan Psikologi Amerika. James dikatakan sebagai pioner Psikologi Modern di Amerika dan James menjadi salah satu Psikolog Besar dan ternama di Amerika, namun, James sendiri tidak ingin disebut demikian.

James dalam Bukunya “The principles of Pshycology” pada tahun 1890 merupakan sumbangan besar dalam bidang Psikologi . James bukan seorang Eksperimentalist, tetapi James begitu terkenal dan dipandang di Amerika. Karena itu Psikologi Fungsional mempunyai Pandangan Berbeda dengan Psikologi dari Wundt. Para fungsionalis ingin mengetahui bagaimana berbagai perilaku dan proses mental yang spesifik yang dapat membantu seseorang atau hewan beradaptasi dengan lingkungannya. mereka berusaha mencari penjelasan mengenai penyebab-penyebab yang mendasari serta konsekuensi praktis dari setiap perilaku dan proses mental ini.

3.      Psikoanalisis

Sigmund Freud merupakan pendiri Psikoanalisis, Freud mengambil metode Breuer mengenai hipnosisuntuk mengenai pasiennya, tetapi akhirnya tidak memuaskan dengan hipnosis tersebut., dan menggunakan asosiasi bebas (free association), merupakan perkembangan teknik dalam psikonalisis.

Tujuan dari psikonalisis Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsika sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasiennya. Dalam tahun 1895 Freud dan Breuer mempublikasikan “Studies of Hysteria” yang dipandang sebagai permulaan dari psikoanalisis.

Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotik keadan tidak sadar (uncscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memodifikasi pemikiran ataupun perilaku, yang terlihat pada Slip of the Tongue.

C.       Perkembangan Psikologi Pada Zaman Post Modern

Ada lima cara pandang yang menonjol dalam psikologi dewasa ini, yaitu:[14]

1.      Prespektif biologis

Sebuah pendekatan psikologi yang menekankan peristiwa-peristiwa tubuh dan perubahan-perubahan yang terkait dengan berbagai tindakan, perasaan dan pikiran.

Beberapa psikolog menelusuri perilaku dan proses-proses mental melalui pendekatan biologi (Bological Approach) yag memusatkan pada tubuh, terutama otak dan sistem syaraf.

Neurosains merupakan kajian ilmiah struktur, fungsi, perkembangan, genetika, dan biokimia dari sistem saraf. Neurosains menekankan bahwa otak dan sistem syaraf adalah inti untuk memahami perilaku, pikiran, dan emosi. Para ilmuwan syaraf meyakini bahwa pikiran dan emosi memiliki dasar fisik dalam otak.

2.      Prespektif belajar

Pendekatan psikologi yang menekankan cara lingkungan dan pengalaman mempengaruhi berbagai perilaku manusia dan hewan, mencakup behaviorisme dan teori-teori belajar sosial-kognitif. Pendekatan ini menekankan kajian ilmiah mengenai berbeagai respon perilau yang dapat diamati dan penentu lingkungannya.[15] Prinsip-prinsip pendekatan perilaku juga diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya menjadi lebih baik[16] Psikologi yang dibawah kepemimpina John B Watson dan B.F Skinner menjadi psikologi yang mendominasi pada abad 21. Banyak penelitian yang dilakukan dalam laboratorium eksperimental, ketika Behaviorisme lahir semua penelitian perilaku kebanyakan dilakukan di Laboratorium.

Pada kaum Behavioristik yang Kontemporer masih menekankan pada pentingnya mengamati perilaku untuk memahami individu dan mereka terus menggunakan metode penelitian eksperiment yag dilakukan oleh Watson dan Skinner. Akan tetapi tidak semua kaum Behavioristik saat ini menerima penolakan proses-proses berpikir oleh kaum behavioristik yang terdahulu.

3.      Prespektif kognitif

Pendekatan psikologi yang menekankan proses mental dalam presepsi, ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan berbagai area perilaku yang lain. Menurut para psikolog kognitif otak menjadi tempat atau mengandung sebuah “pikiran” yang memungkinkan proses-proses mental untu mengingat, mengambil keputusan, merencanakan, menentuka tujuan, dan kreatif[17]

Para psikolog kognitif memandang pikiran sebagai sebuah sistem pemecahan masalah aktif dan sadar. Pandangan ini berlawanan dengan pandangan Behavioristik yang menggambarkan perilaku dikendalikan oleh daya-daya dari luar. Tak hanya Behavioristik Psikologi Kognitif juga berlawanan dengan pandagan pesimistis (seperti Freud), yang memandang perilaku manusia dikendalikan oleh naluri-naluri atau daya-daya ketidaksadaran lainnya. Dalam pandangan kognitif perilaku dikendalikan melalui ingatan, presepsi, citra, dan berfikir.

4.      Prespektif sosiokultural

Pendekatan psikologi yang menekankan pengaruh sosial dan budaya terhadap perilaku. Pendekatan sosial budaya (Socialcultural approach) menelusuri cara lingkungan sosial dan budaya yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pendekatan sosial budaya tidak hanya memusatkan pada perbandingan perilaku pada seluruh negara atau bangsa tetapi juga perilaku pada suatu individu dari kelompok etnis dan budaya yang berbeda.[18]

Para penganut Psikologi ini berpendapat bahwa pemahaman yang menyeluruh mengenai perilaku seseorang memerlukan pengetahuan mengenai konteks budaya tempat perilaku itu muncul.

5.      Prespektif Psikodinamika

Pendekatan psikologi yang menekankan dinamika kesadaran dalam diri individu, seperti dorongan dalam diri, konflik, atau aliran energi insting. Prespektif ini berasal dari teori psikoanalisis.

Sejak awal abad XX hingga sekarang ini, proses pembelahan psikologi dalam aliran-aliran yang semakin mengkhusus demikian pesat. Dengan spesialisasi bidang studi tersebut diharapkan terjadi pendalaman studi pada bidangnya masing-masing hinga lebih jelas. Selain itu juga diharapkan terjadi penyesuaian aplikasinya secara lebih intensif bagi kehidupan umat manusia.

Baca juga artikel yang lain;

  1. Konsep Dasar Psikologi
  2. Metode Kajian Psikologi
  3. Biografi Ibnu Thuffail
  4. Konsep Dasar Puasa Sunnah
  5. Pendidikan Wanita dalam Islam
  6. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu yang Lain
  7. Sejarah Pendidikan Islam
  8. Sejarah Perkembangan Psikologi
  9. Jarh wa Ta'dil
  10. Sosiolinguistik Amerika dan Indonesia
  11. Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
  12. Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV

BAB III

PENUTUP 

A.    Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:

1.    Psikologi pada zaman pra modern merupakan psikologi yang masih dalam kesatuan dalam ilmu filsafat dimana ia merupakan cabang dari ilmu filsafat secara umum. Walaupun istilah psikologi belum nampak secara gamblang namun para tokoh-tokoh filsafat pada masa itu telah memilki pemikiran yang mengarah pada psikologi. Corak pemikiran pada masa ini bersifat mitologi. Adapun tokoh-toohnya antara lain Thalles, Anaximenes,  Socrates, Plato, Rene Decartes, John Lucke dan lain-lain.

2.    Psikologi pada zaman modern ditandai dengan lahirnya psikologi sebagai suatu disiplin ilmu yang mandir atau otonom dimana ia telah terlepas dari filsafat. Dengan ditandai dibangunnya laboratorium di Leipzic, Jerman oleh Wilhelm Wundt. Adapun aliran pertama yang muncul meliputi Struktualisme, Fungsionalisme, dan Psikoanalisis.

3.    Psiologi pada zaman post modern lebih mengembangkan psikologi menjadi cabang-cabang yang lebih khusus lagi. Dengan munculnya lima prespektif yang menonjol yang meliputi: prespektif biologis, belajar, konitif, sosiokultural, dan psikodinamika.

 


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M.  Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniyah Manusia. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Daulay, Nurssakinah. Pengantar Psikologi Dan Pandangan Al-Qur’an Tentang Psikologi. Jakarta: Kencana, 2014.

Dirgagunarsa, Singgih. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara, 1983.

King, Laura A.  Psikologi Umum sebuah Pndangan Asprettif, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010.

Muhid, Abdul dkk. Psikologi Umum. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. 2013

Wade, Carol dan Carol Tavris. Psikologi Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlangga, 2007.

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1983.

Wirawan Sarwono, Sarlito. Berkenaan Dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, tt .



[1] Nurussakinah Daulay, Pengantar Psikologi Dan Pandangan Al-Qur’an Tentang Psikologi (Jakarta: Kencana, 2014) 8.

[2] J Kalat, Definitation Of Psychology Dalam Nurssakinah Daulay, Pengantar Psikologi Dan Pandangan Al-Qur’an Tentang Psikologi (Jakarta: Kencana, 2014) 10.

[3] Carol Wade Dan Carol Tavris, Psikologi Edisi Kesembilan (Jakarta: Erlangga, 2007) 4.

[4] Sarlito wirawan Sarwono, Berkenaan Dengan Aliran-Aliran dan Tokoh Psikologi (Jakarta: Bulan Bintang, tt ) 28.

[5] Sarlito wirawan Sarwono, 28.

[6] Nurussakinah Daulay, 29.

[7] Sarlito wirawan Sarwono, 32.

[8] Nurussakinah Daulay, 44-45.

[9] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1983), 11.

[10] Nurussakinah Daulay, 47.

[11] M. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniyah Manusia (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), 44.

[12] Ibid., 45.

[13] Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi (Jakarta: Mutiara, 1983), 61.

[14] Carole Wade dan Carol Tavris., 21.

[15] Abdul Muhid dkk, Psikologi Umum  (Surabaya:IAIN Sunan Ampel Press,2013), 33.

[16] Laura A. King, Psikologi Umum sebuah Pndangan Asprettif  (Jakarta:Penerbit Salemba Humanika,2010),15.

[17] Laura A. King., 17.

[18] Abdul Muhid dkk., 36.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...